"Spectra!"
Sekalipun aku berteriak dengan kencang, ia tidak akan mendengar.
Setelah Illidian memberitahuku dimana Spectra, aku langsung buru-buru datang untuk melihat kondisinya sekarang ini.
Sesuai dengan perkataannya, ia terbujur lemas.
Bagiku bahkan ini lebih buruk.
Nampak bayangan hitam itu tidak sama seperti saat aku berjumpa dengannya. Kini bayangan itu nampak seperti sebuah batu yang menyelimuti tubuhnya. Keras dan dingin... Ini sungguh buruk.
Apa yang telah ia lakukan? Apa yang sudah ku lakukan hingga ia jadi seperti ini?
Apakah ini karena kutukannya?
Aku takut...
"Illidian, apa yang terjadi padanya?! Kenapa dia jadi seperti ini?!"
"Daya hidupnya melemah bersama bayangan hitam yang memudar menyelimutinya." Jawab Illidian.
Dia mendekatiku dan Spectra yang terbaring lalu kembali melanjutkan penjelasannya.
"Ini mungkin karena kutukan yang terikat padanya, ia telah melakukan pelanggaran dalam perjanjiannya dengan Sang singa agung."
Ini membuat hatiku sakit...
Ia mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkanku. itu terlalu egois!
"Spectra..."
Aku tidak bisa menahan air mataku mengalir, tangisan kecil kala menyebut namanya sudah menggambarkan apa yang aku rasakan sekarang ini. kesedihan.
Spectra adalah orang yang baik, ia mau melindungiku tidak peduli siapa diriku sebenarnya. padahal kami tidak saling mengenal sebelumnya, namun ia memberikan lebih dari yang ku butuhkan.
Ketika aku berada di dalam hutan dan tersadar, aku tidak tahu harus apa dan berbuat apa. dalam hatiku berpikir apakah cinta dan kasih sayang dari seorang pelayan itu akan kembali ku temukan dalam hutan ini?
Spectra yang menjadi jawaban atas semua itu.
Ini baru dua hari saat aku berjumpa dengannya, haruskah secepat itu aku harus berpisah lagi dengannya? terlebih...
"Ketika ia membawamu ke desa ini, ia menitipkan pesan padaku. jika kau sudah sadar nanti, ia memintaku untuk mengantarmu kembali keluar hutan. ia hanya ingin kau bisa kembali pulang dan berjumpa dengan keluargamu."
...bagaimana bisa aku meninggalkannya? aku dan dia sudah berjanji akan tinggal dan bermain bersama di istana.
Aku tidak mau meninggalkannya!
Aku ingin melihatnya lagi dan kembali menjelajahi hutan ini bersamanya sampai istana!
Gerutuhku kepadanya hanyalah: "Tidak mau! aku tidak mau kalau Spectra tidak ikut!".
Aku tahu sikap kanak-kanakku itu, ia mencoba menenangkanku dalam pelukannya. namun itu tidak akan pernah cukup, sekalipun ia berkata: "Maafkan aku Lily, tetapi ini permintaan Spectra. tolong pahami perasaannya."
Aku tidak bisa melakukan itu!
Meninggalkannya terbujur lemas dan mati perlahan-lahan setelah ia menolongku dan memberiku lebih dari yang aku inginkan. aku tidak bisa melakukan hal sekejam itu!
"L...l-y...."
Panggilan itu...
"P-u...lang....l-l-la-h... k-ke-m-b-bali ke i-s-t-ta-na..."
"Spectra..."
Ia bisa berbicara..., ia masih bisa berbicara!!
"Spectra!"
Aku tidak salah mendengar, Spectra bisa berbicara dengan terbata-bata. ia memanggil namaku, menyebut namaku dengan suara indahnya seperti saat itu.
Mengenggam tangannya yang keras dengan kedua tangan kecilku, aku berusaha dengan apa yang aku bisa untuk menyembuhkannya dengan kemampuanku. tapi, apa yang bisa aku lakukan untuk itu? genggamanku ini tidak cukup hangat untuk meluluhkannya.
Spectra, kau bisa mendengarku?
"K-k-kem...-b-ba-lilah...L-l-li-ly...."
"Tidak! aku tidak mau!! Aku tidak mau meninggalkanmu di sini..."
"J-ja-jangan...m-me-mena...ngis, Lily..."
"Bagaimana mungkin aku bisa berhenti menangis jika aku harus meninggalkanmu seperti ini. ini semua karena salahku! maafkan aku Spectra..!! maafkan aku!!"
Ah...!
"Hei... semuanya tidak seburuk itu. aku baik-baik saja Lily... argh~!"
Ketika tangisanku menutup kedua mataku, aku tahu ia berusaha untuk menggunakan tangan kirinya membelai rambutku. tubuhnya yang lemas tak bertenaga berusaha menggapai diriku. ia berusaha menenangkan diriku, ia ingin menghapus air mataku.
Bahkan kondisinya yang sudah seperti ini masih bisa untuk menghiburku dengan sisa daya hidup yang dia punya....
"Maafkan aku karena aku tidak bisa menerima ajakanmu itu, Lily. saat kau sampai di rumah nanti, tolong sampaikan saja salamku pada kedua orangtuamu, juga pelayanmu itu."
"Tidak! aku tidak mau pulang! aku ingin pulang bersamamu Spectra!"
"Maafkan aku Lily, sepertinya aku tidak bisa mewujudkannya. bahkan saat tubuhku masih dapat berdiri tegak sekalipun, aku tidak akan bisa meninggalkan hutan ini!"
"Kenapa?"
"Bukankah sudah aku ceritakan padamu, aku adalah sandera Paduka Arryutus. sekalipun aku bisa bergerak bebas, aku tetap tidak akan bisa keluar dari hutan ini, Lily."
Aku tidak tahu harus berkata apa lagi...
Aku sudah kehabisan kata-kata mendengarkan keadaannya yang seperti ini.
Mengorbankan dirimu yang tengah lemah untuk menyelamatkan orang lain. itu sungguh tindakan yang egois...
Kau hanya melukai dirimu sendiri, ksatria terkutuk!
Bukan, dia adalah pahlawan.
"Sebaiknya kau bersiap-siap, Lily. Illidian akan mengantarmu sampai perbatasan hutan. kau berasal dari Echalost, bukan? jaraknya tidaklah jauh lagi dengan desa ini. aku yakin, pelayanmu itu sedang menantimu di sana..."