17 Bab 16

Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Haruskah aku kembali ke istana dan meninggalkannya di sini?

Setelah Spectra menyuruhku untuk pulang, aku hanya kembali ke tenda tempat dimana aku bangun dari tidurku...

Dan hanya termenung.

Aku yakin Illidian sudah menunggu lama di luar sana, tetapi aku tak mempedulikannya.

Karena di dalam pikiranku hanya Spectra yang terus terngiang-ngiang.

Benarkah aku meninggalkannya seperti itu?

Jika aku harus membalas segala kebaikannya, apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya tetap bertahan hidup?

-'Apakah tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan kutukan itu?'

-'Tidak ada, kecuali dengan kemurahan hati Paduka Arryutus. tetapi itu hanyalah sang punuk yang merindukan purnama.'

Ah... Benar juga!

Sang singa itu!

Hanya yang menanam kutukan itu yang bisa mencabutnya lagi.

Tetapi...

'...tetapi itu hanyalah sang punuk yang merindukan purnama.'

Apakah segitu dendamkah ia kepada manusia sampai tak mau melepas kutukannya? Seharusnya ia bisa memberikan pengecualian dengan syarat tertentu.

Tetapi ia justru memerintahkan Spectra agar tidak menolong manusia.

Ia tidak boleh menyerang seluruh makhluk di hutan ini dengan alasan apapun.

Sebenarnya tragedi seperti apa yang membuatnya bersikap seperti itu? Apakah sebegitu dahsyatnya hingga ia menaruh dendam besar kepada kami, para manusia?

Spectra juga tidak memberitahukanku lebih jauh, banyak yang ia tutupi dariku.

Sebenarnya apa yang terjadi?

-'Tidak, kita tidak boleh menyerah. Demi Raja Agung para Goblin, Tuan Zerk. kita akan membalaskan dendamnya pada gadis itu. aku yakin dialah orang sebenarnya yang telah menghancurkan separuh bangsa kita di Hutan Timur. dengan kekuatan dari kalungnya itu, ia bisa menghancurkan segalanya. aku yakin kedatangan Spectra ke hutan ini juga bermaksud untuk melindungi gadis itu untuk melakukan kejahatan yang sama.'

Mengapa para Goblin waktu itu menuduhku sebagai pelaku tragedi tersebut?

Hanya ada satu jalan untuk mengetahui jawabannya!

Menghadap penguasa hutan ini!

Hanya itu satu-satunya cara untuk mengetahui kejadian tragedi itu dan mungkin dapat menyelamatkan nyawanya.

Hanya saja, apakah Illidian mau membawaku menghadapnya?

Lebih baik ku coba dulu sebelum berkata tidak!

Akupun keluar dari tenda, tepat di depanku dia berdiri bersama dengan seekor kuda.

Tunggu dulu! Apakah dia benar-benar seekor kuda?

Kuda itu benar-benar beda dengan yang biasa ku tunggangi dengan Mozart.

Apakah kuda itu termasuk keturunan dari Ras Elf?

Kuda itu memiliki wajah yang sedikit membuatku takut. mata yang hampir tak terlihat... tidak, mata itu nampak seperti terpejam dan tak pernah terbuka. selain daripada itu, bulunya yang seharusnya lembut dan berwarna terang namun tidak untuk kuda ini. aku melihatnya bukan tidak berbulu, melainkan seperti berbalut api berwarna biru. api itu membara di sekujur tubuhnya mulai dari ujung kepala sampai ujung ekor.

Apakah ia bermaksud ingin mengantarku pulang dengan menunggangi kuda itu?

"Bagaimana Lily? oh- kau pasti terkejut melihat Debi kesayanganku. percayalah, dia sama seperti kuda yang senantiasa kau tunggangi."

"Debi?"

Apa itu nama kudanya atau nama spesiesnya?

"Iya, dialah yang akan mengantarkanmu sampai perbatasan hutan dengan cepat. ia adalah salah satu kuda kesayanganku."

"Sayangnya kita tidak akan pergi ke perbatasan."

"Apa?!"

Sudah ku duga, ia akan terkejut mendengar perkataanku ini.

"Antarkan aku ke kediaman Raja Hutan Arryutus. mungkin dia mau mengangkat kutukan Spectra dengan meminta syarat darinya."

"Tunggu dulu, Lily. apakah kau yakin ingin menemui beliau?"

"Iya, aku tidak peduli itu hanya sebuah punuk yang merindukan purnama. paling tidak, aku ingin mengusahakan apa yang aku bisa untuk memertahankan hidupnya. lagipula..."

Aku diam sejenak, membayangkan sosok bayangan itu yang memberikanku segalanya selama ini.

"...ada banyak hal yang tidak aku ketahui tentang tragedi itu. aku bermaksud untuk menanyakan hal tersebut padanya agar semuanya kian jelas."

Mungkin itu juga akan membongkar jelas indetitas dari Spectra dan dari kerajaan mana ia berasal. meskipun para Goblin sempat menuduhku atas tragedi tersebut, aku hanya menyimpan pendapat terburuk jika itu memang benar.

Aku berharap bukan dari kerajaanku.

"Maafkan aku Lily, aku bukan ingin mematahkan semangatmu, tapi... meminta sesuatu kepadanya adalah hal yang mustahil. bagaimana jika ia tidak mengabulkan permohonanmu itu?"

"Jika ia menceritakanku kejadian tragedi itu yang sebenarnya, bagiku sudah cukup. aku akan menyerah dan kembali ke tempat seharusnya aku berada. tapi, aku tetap berharap bisa menolong nyawanya, sebagai balasan karena ia telah menyelamatkan nyawaku."

Aku tidak bisa melakukan hal kejam seperti meninggalkannya begitu saja....

Iapun berlutut dan menakup pipi kecilku. ia mungkin bisa merasakan basah karena bekas air mataku sebelum-sebelum ini. iya, aku sudah banyak menangis.

"Sama seperti Spectra, aku sangat mengkhawatirkan keselamatanmu Lily. apakah kau benar-benar ingin menemuinya? aku dengar darinya kau hampir ditelan oleh beliau hidup-hidup."

"Jika itu terjadi lagi..."

Aku sempat merasa takut mendengar kata-kata itu. tetapi, aku masih ingat saat para Goblin coba menyakitiku kalung yang ku kenakan ini melindungiku dari mereka.

Tapi... apakah ini juga akan berfungsi jika singa tua itu menyerangku? saat aku pertama kali berjumpa dengannya, kalung ini tidak bereaksi apapun.

Akupun hanya membalasnya dengan menatap kalung ini...

Ia sepertinya juga menatap kalung itu.

"Baiklah... aku akan mengantarmu kepadanya."

avataravatar
Next chapter