Di sore hari yang hangat ...
Sema terbangunkan oleh silauan mentari sore hari, perlahan-lahan ia membuka matanya dan mendapati dirinya sedang terbaring. Ia mencoba untuk bangun dengan kedua tangannya, akan tetapi ia menyadari ... kedua tangannya telah terpotong.
Yang ia lihat hanyalah lengan yang terpotong setengah dan diperban, ia mulai bingung apakah yang ia hadapi ini kenyataan atau illusi.
Napasnya mulai berat dan ia sangat panik, berteriak sekeras mungkin dan suaranya terdengar sampai ke luar ruangan ini.
*Brakk
Seorang perempuan membuka pintu ruangan ini, mendapati seorang Jomblo yang panik melihat kedua tangannya terpotong. Sorot mata yang ia tunjukkan seperti keputus asaan tak berjurang yang diselimuti kegelapan pekat.
Kasuvi yang melihat keadaannya saat ini terkejut dan panik, ia segera menghampiri Sema lalu memeluknya seraya memendamkan wajah Sema ke dadanya.
"Soutarou ... tenanglah ... tenanglah, aku ada di sampingmu karena itu semuanya akan baik-baik saja."
Perkataan dari Kasuvi membuat Sema tersadar bahwa apa yang ia alami saat ini adalah kenyataan yang mutlak. Ia mencoba merasakan sensasi tangannya yang terpotong, rasa dari menggerak-gerakkan setiap jari jemarinya menghilang.
"Kasuvi ... apa yang terjadi setelah aku tidak sadarkan diri?"
"Soutarou ... kau ... "
Flash Back
Sema bertekuk lutut di hadapan sang Algojo yang siap menebas kepalanya, ia mengayunkan pedangnya tepat ke leher Sema untuk memenggalnya. Akan tetapi, Levius menggunakan sebuah sihir yang memanggil senjatanya berupa jangkar terikat dengan rantai.
Jangkar tersebut dapat menghentikan serangan sang Algojo, Kasuvi segera merapal sebuah sihir api. Di depan mulutnya muncul sebuah segel sihir berwarna merah, Kasuvi menghirup napas dalam-dalam lalu menyemburkannya dengan sekuat tenaga sampai-sampai para pasukan menjauh dari posisi mereka bertiga.
Sang Algojo pun mundur karena serangan sihir api dari Kasuvi yang menyerang dalam skala area. Dengan senjata Levius yang berupa jangkar, ia memecah belenggu berupa rantai-rantai yang mengikat mereka bertiga.
Setelah selesai, ia segera membawa Sema dengan cara menggendongnya meskipun darah dari kedua tangan Sema yang terpotong memancar keluar. Kasuvi segera membawa dua tangan Sema yang terpotong lalu pergi dari tempat ini secepatnya.
* * * * * *
"Jadi begitu ... ngomong-ngomong, di mana dua tanganku yang terpotong?"
Tanya Sema kepada Kasuvi yang bersandar kepadanya di samping kanan. Ia bersandar dengan kepala yang menempel pada pundaknya.
Mereka berdua duduk di atas kasur yang dipakai Sema untuk tidur tadi, suasana sore hari ini membuat Kasuvi tidak ingin pergi ke tempat yang berbahaya karena bisa saja Sema akan mati.
"Tanganmu sudah ditangani oleh Levius dengan cara mendinginkannya di tumpukan es agar tidak membusuk."
Sahut Kasuvi, Levius datang ke ruangan ini dengan tangannya yang sedang dikeringkan menggunakan handuk berwarna putih.
"Sema, aku membawamu ke tempat ini karena hanya di sinilah kau bisa ditolong oleh seorang Demi-Arachne."
Ucap Levius seraya menjelaskan sedikit tempat ini yang mereka singgahi sementara waktu. Tempat ini merupakan bagian dari wilayah Erinu, akan tetapi sedikit ke wilayah selatan dan di tempat ini juga merupakan bekas reruntuhan.
"Demi-Arachne?"
"Ya, dia seorang manusia setengah laba-laba dan dia juga kenalanku. Akan tetapi, apakah ia mau menyembuhkanmu karena ia akan mengujimu."
"Menguji?"
Tanya Sema, Levius meletakkan handuk yang ia gunakan ke atas meja lalu menghela napas sebentar karena cukup berat untuk mengatakannya.
"Ya, untuk sekarang jika kau sudah siap, datanglah ke tengah-tengah tempat ini maka kau akan menemukan tempat berukuran kecil dengan rerumputan hijau yang memenuhi."
"Apakah dia benar-benar bisa menyembuhkanku?"
"Entahlah, akan tetapi ... dia salah satu pengguna Arch Gear."
Sahut Levius, Sema menelan ludahnya lalu berpikir dua kali untuk mengambil keputusan. Ia menoleh ke samping kanannya yang terdapat Kasuvi sedang bersandar ke tubuhnya.
"Apakah aku harus menyerah ... apakah aku harus ... "
Ketika di tengah-tengah keputus asaannya, Sema menyadari bahwa ia tidak bisa lagi menggunakan sihir rendah berupa mana yang memiliki bentuk benang-benang tipis.
Ia memandangi wajah Levius yang sudah menyadari bahwa Sema tidak akan bisa lagi menggunakan sihir. Mana miliknya lenyap karena sebuah kecacatan, apa yang disadari olehnya merupakan ancaman terbesar.
Sema tersenyum kecil dengan berat hati setelah menyadari bahwa ia tidak akan bisa menggunakan sihir lagi. Ia tahu bahwa sebelumnya ia juga tidak bisa memakai sihir, tidak apa jika seperti itu asalkan orang lain tidak terluka olehnya.
"Maaf Kasuvi, Levius ... aku ... akan pergi ke tempat Demi-Arachne itu."
Sahut Sema seraya beranjak dari atas kasur, Kasuvi tidak percaya bahwa Sema tidak menyerah begitu saja. Meskipun begitu, sebetulnya Sema sudah menyerah namun untuk meratapi nasibnya sekarang ini maka tidak akan berguna dan hanya sia-sia saja setelah keenam orang yang mempercayakannya dikhianati kepercayaannya.
"Levius, tolong jaga Kasuvi. Aku akan pergi ... menemuinya."
Sahut Sema seraya melangkah melewati Levius yang menunjukkan ekspresi kecewa karena ia tidak terlalu berguna untuk Sema. Suara langkah kaki yang menjauh dan semakin pudar, membuat Levius dan Kasuvi semakin ingin menangis karena mereka berdua tidak berguna.
* * * * * *
Di aula kerajaan Erinu, seorang pasukan melapor bahwa penyusup dari kerajaan lain telah dibereskan meskipun itu sedikit dipalsukan. Raja kerajaan Erinu tertawa setelah mendengar kabar dari para penyusup itu.
"Orang-orang bodoh! Mereka pikir bisa masuk dan keluar dari kerajaan Erinu ini!"
Perkataan dari sang Raja mutlak, ia menoleh ke samping kanannya yang berupa seorang sipir penjara yang dipanggil olehnya.
"Bagaimana kabar pasukan bayaran yang lainnya?"
"Ya, para pasukan bayaran itu sudah kami masukkan ke penjara. Karena mereka memberontak, kami membuat mereka babak belur."
Sahut si penjaga penjara, pasukan bayaran yang dimaksud adalah orang-orang yang menjual tiga budak kepada Sema. Kini mereka dipenjara dan dijagai dengan ketat, dan yang paling mengerikan adalah rencana dari raja.
Dia tidak ingin kehilangan ras Dragonewt Iblis biru yang merupakan bagian dari legenda dan kekuatan tempurnya sangat hebat. Karena itu, ia menyuruh Pemimpin pasukan bayaran untuk menuliskan surat dan mengirimkannya kepada Sema.
Dengan surat yang sampai padanya, maka rencana licik ini berhasil sehingga Sema datang bersama Levius yang merupakan ras legenda dari Dragonewt Iblis biru.
Sang Raja memerintah para pasukan yang datang untuk melapor kepadanya untuk menangkap Levius. Kenapa? Levius masih belum terkena kemampuan dari Arch Gear Bettenou sehingga otaknya tidak bisa dicuci karena ia pergi terlebih dahulu sebelum sampai ke tangannya.
"Akan aku kuasai daerah ini dengan kekuatan Dragonewt Iblis biru."
* * * * * *
Sema mencari sendirian di mana letak tempat yang ditunjukkan oleh Levius untuk menemui Demi-Arachne di mana. Ia menelusuri tempat ini yang masih bersih meskipun berupa reruntuhan yang sudah di tinggalkan.
Ia kebingungan dengan tempat yang membingungkan ini, ketika ia berniat untuk mencari lagi. Sebuah benang laba-laba menyilaukan matanya, ia melihat ke samping kanan dan terdapat lorong yang cukup panjang.
Di setiap langkahnya menyusuri lorong ini, setidaknya terdapat benang laba-laba yang menemple di dinding. Ketika ia melihat sinar mentari yang sedikit masuk ke lorong ini, terdapat seorang perempuan sedang berdiri di atas rerumputan dengan pandangannya ke atas.
Seorang perempuan memakai topi bundar dengan rambut perak panjang disertai hiasannya berupa sarang laba-laba. Memakai sebuah gaun yang warnanya didominasi dengan warna hitam dan putih.

Ia menoleh ke arah Sema dengan tangan kanan yang menyentuh benang-benang tipis yang terdapat di tempat ini. Sosoknya terlihat anggun, namun Sema tahu bahwa ia bukan manusia biasa karena intuisi Jomblo yang mengatakannya sendiri.
Sema berjalan menghampirinya dengan dua tangan yang masih terasa sakit karena terpotong oleh sebuah pedang yang tajam. Pandangannya lurus ke depan melihat seorang Demi-Arachne sedang menunggu kedatangannya.
"Apakah kau manusia yang bernama Sema Soutarou?"
"I-iya ... "
Jawab Sema, ia sedikit terintimidasi karena tatapan Demi-Arachne yang ada di hadapannya sedikit kelam. Ia menghampiri Sema lalu memegang pipinya menggunakan kedua tangan yang sedikit mirip dengan tangan manusia.
Tangannya terlihat sedikit dimodifikasi untuk mengendalikan benang yang dikeluarkan oleh Demi-Arachne. Modifikasi inilah yang menjadikan Demi-Arachne dapat bekerja layaknya manusia biasa.
"Apa yang kau inginkan?"
"Aku ... "
Sema memikirkan sejenak pertanyaan dari Demi-Arachne yang dilontarkan kepadanya. Ia yakin satu hal yang ia inginkan saat ini.
"Aku ingin kekuatan yang dapat melindungi orang lain, meski nyawaku taruhannya."
Ucap Sema dengan sorot mata yang sangat yakin, tanggapan dari Demi-Arachne hanya menunjukkan mata yang sayu dan ia menundukkan kepala.
"Baiklah jika seperti itu, aku akan ... "
Dari bawah gaunnya terlihat sebuah kaki manusia yang ditambah dengan kaki laba-laba ukuran cukup besar lengkap dengan tubuh bagian belakang laba-laba.
Ia menunjukkan taringnya kepada Sema lalu dengan segera menggigit lehernya dengan taring yang mengandung paralysis.
Sema berteriak kesakitan dengan kencang sampai-sampai terdengar oleh Levius dan Kasuvi yang sedang menunggu di ruangan tadi. Mereka berdua segera pergi ke tempat Sema dengan sumber suara tadi sebagai penunjuk lokasi.
Melihat seorang Jomblo tak sadarkan diri karena Demi-Arachne tadi menggigitnya dengan taring yang dilapisi paralysis. Mereka berdua segera menghampirinya lalu Kasuvi memegang tubuh Sema yang tak sadarkan diri.
"Tenanglah, dia hanya kuberi penenang olehku. Kedua tangannya yang terpotong membuatku sedikit terkejut, Levius ... manusia yang ada di hadapanku ini tidak memiliki mana maupun energi sihir sama sekali. Aku tidak tahu apakah aku dapat membantunya atau tidak, namun dia bilang ... 'Aku membutuhkan kekuatan untuk melindungi orang lain' karena ucapannya. Aku tidak punya cara lain selain membantunya."
"Terima kasih Carilla, kau mau membantuku."
"Tidak-tidak, aku hanya membayar hutangku padamu. Untuk sekarang ... bawa dia ke perpustakaan milikku."
"Perpustakaan?"
* * * * * *
"Oh? Apakah ada tamu?"
Pikir seorang Demi-Arachne yang duduk di sebuah kursi yang dibuat cukup tinggi dengan penyangganya. Ia melihat tiga orang perempuan sedang membawa seorang laki-laki yang kedua tangannya terpotong.

"Nee-chan? Apakah ada masalah?"
Tanyanya, ia pun turun dari atas kursi lalu berjalan pelan menghampiri mereka bertiga. Levius membawa sebuah kotak yang terbuat dari kayu, ia membukanya lalu terdapat dua tangan manusia yang dibekukan oleh es.
"Oh ... jadi ada pekerjaan untukku? Biarkan aku yang mengatasinya."
Ia menunjukkan senyuman kecilnya setelah memperhatikan Sema dari atas kepala sampai ujung kakinya.
"Baiklah ... mari kita mulai operasinya."
To Be Continue ....