"Tu-tunggu sebentar ... namamu Kasuvi, kenapa kau menjadikanku tuanmu? Dan tentang ras Dragonewt Iblis merah?"
"Tentu saja ... karena kau ... ngg, ngomong-ngomong siapa namamu?"
Tanya Kasuvi yang menyadari bahwa ia belum mengetahui nama dari pria Jomblo yang ada di hadapannya saat ini.
"Sema Soutarou, seperti yang kau lihat ... aku tidak memiliki kelebihan dan aku lemah."
Ucap Sema seraya merendahkan diri, tiba-tiba saja Kasuvi mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Sema yang malu saat ia dekat dengan seorang wanita sehingga pipinya sedikit memerah.
"Fufufu ... Soutarou punya kelebihan, kelebihan itu adalah kebaikan Soutarou."
Kasuvi tersenyum kecil, ia pun menjauhkan wajahnya dari wajah Sema lalu berdiri. Kasuvi mengulurkan tangan kanannya, ia membantu Sema agar bisa berdiri lalu Sema meraih tangannya.
"Tangan Soutarou besar, jangan-jangan kau selalu ... "
Perkataan dari Kasuvi membuat Sema terkejut, ia merasa dipojokkan tetapi karena Kasuvi menunjukkan senyuman manisnya. Sema mulai bingung bagaimana cara untuk menanggapinya, apakah topik pembicaraan mereka berdua akan menjurus ke hal-hal yang mesum.
"Bekerja keras."
Dengan perkataan Kasuvi yang dilanjutkan, Sema menghela napas cukup panjang dengan situasi yang melenceng ini. Kasuvi menunjukkan wajahnya yang bingung karena ia cukup tidak mengerti dengan tingkah Sema yang menjaga jarak dengannya.
"Soutarou ... apakah kau sedang bekerja?"
Tanya Kasuvi, Sema menganggukkan kepala untuk menanggapi pertanyaannya. Ia pun menjelaskan pekerjaan yang ia ambil saat ini, Kasuvi mendengarkannya dengan seksama lalu ia memohon kepada Sema agar ia mau dibantu olehnya.
"Tetapi ... pekerjaan ini tidak cocok bagi perempuan cantik sepertimu, ehehe ... "
Sema menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya meskipun tidak gatal dan pipinya sedikit merah karena ia mengatakan sesuatu yang memalukan. Kasuvi tidak masalah dengan itu, malahan ia lebih memaksa dari pada sebelumnya.
"Baiklah ... jika Kasuvi memaksa ... "
Sema membiarkan Kasuvi ikut dengannya, Sema meninggalkan sapi hutan yang telah ia buru tadi lalu ia mengidentifikasi jejak kaki yang telah ditinggalkan oleh kelompok sapi hutan tadi.
"Kita ke sana Kasuvi."
Ucap Sema seraya menunjuk ke depan, Kasuvi menggunakan indera penciumannya yang tajam lalu ia menunjuk ke sebelah kanan.
"Soutarou, di sebelah kanan ... "
"Tunggu ... bukannya kelompok sapi itu ada di depan?"
Tanya Sema, Kasuvi menggelengkan kepala pertanda ia tidak setuju dengan usulan dari Sema. Mau tidak mau, Sema menghela napas lalu menuruti keinginan dari Kasuvi.
Kasuvi yang memandu jalan, melewati berbagai pohon oak dan pohon-pohon yang dedaunannya rindang. Melihat seekor naga hitam sedang mengunyah daging sapi hutan bulat-bulat.
Sema merasa kenal dengan naga hitam itu, ia menyadari bahwa naga hitam yang ada di depan mereka yang bernama Roguira. Sema berjongkok, sedangkan Kasuvi ... ia malah keluar dari semak-semak dan menghampiri Roguira dengan wajahnya yang datar.
Roguira menyadari kehadiran seorang perempuan yang datang dari semak-semak tidak jauh darinya. Sema segera keluar dari semak-semak lalu mengikuti Kasuvi dari belakang dan sedikit menjaga jarak.
"Soutarou!? Apa yang sedang kau lakukan di sini?"
Pikir Roguira, ia pun menelan daging sapi hutan yang ia kunyah lalu mengganti posisinya dari bersandar menjadi duduk dengan santai. Kasuvi tetap berjalan ke arah Roguira lalu berdiri di hadapannya seraya saling bertatapan mata.
Tatapan mereka berdua membuat atmosfir suasana di sekitar tempat ini terasa suram. Sema memikirkan bagaimana caranya mengubah suasana suram ini menjadi lebih berwarna seperti memiliki pacar.
"Hei ... bisakah kita ... "
Sema mencari-cari alasan, tetapi ia tidak menemukan alasan yang tepat bagaimana caranya untuk mengubah situasi. Tiba-tiba saja, Kasuvi berlari dengan kedua tangan yang siap memeluk seseorang yang datang menghampirinya.
"Paman Roguira!"
"Kasuvi!"
Suasana di antara mereka berdua seperti hamparan bunga yang penuh makna. Roguira mengerahkan tangan kanannya yang terdapat kuku-kuku tajam dengan niat mengusap-usap kepala Kasuvi.
Ketika tangannya meraih kepala Kasuvi, Roguira langsung menekannya dengan tenaga yang sangat kuat sampai-sampai tanah yang dipijak oleh Kasuvi retak.
"Ke mana saja kau bocah tengik!? Karenamu, aku mendapatkan masalah dari Tetua Tyrant dan Izmira!"
"Hahaha! Itu masalah Paman! Aku baru saja pulang main dari rumah Ausregina dan Kitsune!"
Mereka berdua mengeluarkan aura naga yang sangat hebat sampai-sampai para binatang yang tinggal di hutan ini pergi dengan sekejap. Sema melihat pertengkaran mereka berdua dengan wajahnya kecut.
Kasuvi dan Roguira saling menyemburkan api dari mulut mereka. Api milik Roguira berwarna ungu kehitaman dan api milik Kasuvi merah menyala.
Setelah saling beradu semburan api, Kasuvi menggunakan tangan kanannya untuk melepas cengkeraman Roguira dari atas kepalanya. Roguira kalah tenaga dengan Kasuvi dan ia menunjukkan wajahnya yang licik dan menakutkan.
"Hehehe ... Paman Roguira tidak akan bisa mengalahkanku, lebih baik Paman kembali dan jaga Izmira yang sedang hamil."
"Kuh ... bocah tengik."
Mereka berdua masih mengeluarkan aura yang hebat, Sema hanya bisa terdiam seraya menunjukkan ekspresinya yang kecut karena terus dikacangi. Beberapa saat kemudian, mereka berdua menghilangkan aura naga yang hebat lalu berdamai dengan cara aman.
Setelah melihat kondisi dan situasi mereka berdua aman, Sema keluar dari semak-semak lalu menghampiri mereka berdua.
"Akh ... Paman Roguira, kenalkan ... dia Sema Soutarou."
"Sudah tahu."
Jawab Roguira dengan cepat seraya menunjukkan wajahnya yang malas untuk meladeni Kasuvi. Kasuvi mulai kesal, ia pun adu tenaga dengan Roguira menggunakan kedua tangan.
"Hohoho ... tidak semudah itu Kasuvi, kau ingin aku lempar ke pulau apung lagi?"
"Berani sekali Paman, baiklah ... aku ladeni kau."
Tatapan mereka berdua haus akan darah disertai aura naga yang kembali memancar. Tiba-tiba saja Kasuvi melepaskan kedua tangannya dari cengkeraman Roguira, Kasuvi merapal sebuah sihir dan tangan kanan lalu kaki kanannya bersinar berwarna merah.
Sebuah zirah ringan tangan naga merah dan zirah ringan kaki kanan telah terpasang. Kasuvi langsung memusatkan sihir elemen api di ujung telapak tangan kanannya.
"Sihir Naga: Fire Blow."

Sema merasakan bahaya yang sangat membahayakan, ia pun memegang pundak kanan Kasuvi dengan pelan disertai sedikit rasa takut.
"Kya!?"
Desahan imut dari Kasuvi membuat Sema dan Roguira terkejut, dengan rasa malu dan pipi yang merona. Kasuvi menoleh ke belakang dengan zirah ringan naga merah yang menghilang seperti serpihan roh yang terbawa angin.
Wajah imut yang ia tunjukkan membuat hati Sema yang Jomblo mulai tertarik, tetapi ia tahu terdapat batasan yang tidak boleh dilalui.
"Soutarou ... mesum ... "
Kasuvi mengatakannya dengan wajah yang imut dan sedikit ditutupi dengan tangan kanannya. Karena penasaran kenapa ia bisa dikatakan mesum, ia pun menghampiri Roguira lalu menanyakannya dengan cara berbisik.
"Roguira ... kenapa aku bisa disebut mesum dan ... kenapa ia mendesah ketika aku sentuh?"
"Oh ... bangsa Dragonewt memiliki sebuah titik rangsangan yang tersebar di seluruh tubuh mereka. Tetapi, setiap Dragonewt memiliki titik rangsang yang berbeda tempat."
"Jadi maksudmu ... jika aku memijat titik rangsang itu ... apakah ... Kasuvi akan sagne?"
"Yah ... apa yang kau katakan memang benar, ngomong-ngomong ... kenapa kau bisa mengenal Kasuvi?"
Tanya balik Roguira, Sema menjelaskannya dengan singkat lalu membuat Roguira mengerti dengan keadaan Kasuvi.
"Baiklah ... Kasuvi, aku akan pergi ke gua di mana Tetua Tyrant biasanya tidur, Soutarou ... aku titip dia kepadamu."
Ucap Roguira dan ia mempercayakan Kasuvi kepada Sema, Kasuvi menerimanya dengan senang hati dan menunjukkan wajahnya yang bahagia.
Setelah itu, Roguira pergi meninggalkan mereka berdua di hutan ini. Kasuvi dan Sema melambai-lambaikan tangan kanan mereka ketika Roguira sudah terlihat terbang jauh.
"Huh ... aku harap, Izmira dapat melahirkan anaknya dengan lancar. Baiklah, Soutarou ... ayo kita pergi."
Kasuvi mengajak Sema untuk pergi dari tempat ini, ia mengulurkan tangan kanannya lalu Sema meraihnya dengan tangan kanan. Berpegangan tangan, sebetulnya Sema malu ketika Kasuvi masa bodoh dengan hal tersebut.
"Ngomong-ngomong Soutarou, setelah mengumpulkan sapi hutan yang sedang kau buru. Bolehkah aku tetap bersamamu?"
Tanya Kasuvi dengan wajahnya yang imut, Sema menghirup napas dalam-dalam ketika ia mendengar permintaan dari Kasuvi.
Tanpa disadari olehnya, Sema mendekat dengan cepat lalu menarik lengan kanan Kasuvi dilanjutkan dengan memeluk Kasuvi dengan mengeratkan kedua tangannya lalu membenamkan wajah Kasuvi ke pundaknya.
"Tentu saja boleh."
Ucap Sema, ia menyadari bahwa apa yang ia lakukan terlalu melampaui batas. Ia segera melepas pelukannya dari Kasuvi jika saja ia marah, tetapi ... Kasuvi menundukkan sedikit kepalanya disertai dengan pipi yang memerah.
"Terima kasih ... Soutarou."
Ucap Kasuvi dengan menutupi wajahnya dengan telapak tangan kanan karena ia tidak ingin menunjukkan wajahnya yang malu di depan Sema. Sema hanya menanggapinya dengan senyuman kecil lalu mengelus-elus kepala bagian atas dengan lembut.
"Baiklah ... kita pergi."
To Be Continue