5 Bermalam di Penginapan

Sema dan Kasuvi berhasil menangkap tiga ekor sapi hutan yang dijadikan sebagai quest bagi pemula. Sema mengirim tiga ekor sapi hutan tersebut ke Guild dengan bantuan kereta barang yang lewat saat Sema berniat kembali ke dalam kerajaan Archdale.

Sema mendapatkan uang berupa dua koin perak, ia masih belum tahu berapa harga dari koin-koin yang dijadikan mata uang di dunia ini. Kasuvi menjelaskannya kepada Sema, tentang mata uang yang ada di dunia ini dan hal-hal yang lainnya.

Meskipun begitu, Kasuvi tidak tahu bahwa Sema berasal dari dunia lain yang dipindahkan dalam keadaan masih Jomblo.

Suasana sore yang hangat menyelimuti kerajaan Archdale dan isinya, Sema menatap langit lalu ia mencari-cari penginapan yang murah bersama dengan Kasuvi yang bersamanya.

Ia teringat dengan sebuah penginapan yang ada di dekat sungai ketika ia membersihkan daging sapi hutan bagian paha. Dengan segera, Sema mengajak Kasuvi untuk pergi ke penginapan yang Sema maksud.

Kasuvi menganggukkan kepala pertanda ia setuju, Sema dan Kasuvi pergi menuju Archdale sembari jalan-jalan di kota. Melewati berbagai gang, melihat penduduk yang sedang bersosialisasi dan yang lainnya.

   "Ngomong-ngomong Soutarou ... apakah wanita Guild itu memberikanmu pedang itu?"

Tanya Kasuvi seraya menunjuk-nunjuk pedang yang ada di pinggang Sema, Sema menganggukkan kepala disertai senyuman kecilnya.

   "Ya ... Lyria Rena, itulah namanya. Aku harus berterima kasih padanya karena telah memberiku pedang ini secara gratis."

Ketika Sema membicarakan Lyria Rena, Kasuvi terlihat kesal sedikit cemburu dengan mengembungkan pipinya. Meskipun begitu, Sema tetap perhatian kepada Kasuvi dengan mengelus-elus kepalanya.

Setelah lama berjalan menuju penginapan yang bernama 'Penginapan Keluarga Kamina' itu. Mereka berdua memasukinya lalu terlihat beberapa petualang sedang berkumpul untuk melepas lelahnya.

Terlihat seorang pasangan suami istri sedang mengelola penginapan yang cukup besar ini. Istrinya menangani para tamu dan pengunjung lalu suaminya menangani bagian dapur dengan cekatan.

   "Selamat datang di penginapan Kamina, apakah anda ingin menginap atau makan?"

Tanya perempuan yang sudah dewasa dengan rambut panjang diurai berwarna coklat. Memakai celemek berwarna merah dan dadanya terlihat cukup besar meskipun sudah tertutupi oleh celemek.

   "Kami berdua akan menginap dengan satu ruangan dua ranjang."

Ucap Sema, perempuan dewasa tersebut mencatatnya pada sebuah kertas yang berisi daftar tamu dan pengunjung. Sema disuruh membayar lima koin perunggu, itu juga sudah mencakup makan malam dan sarapan untuk besok.

Sema membayarnya dengan satu koin perak, kembaliannya tersisa lima koin perunggu. Sema diberi kunci kamarnya lalu diberitahu letak ruangan yang ia sewa untuk menginap.

   "Arin! Pesanan meja tiga dan lima sudah siap!"

   "Ya sayangku! Aku akan segera ke sana!"

Perempuan dewasa itu pun berpamitan untuk melanjutkan pekerjaannya, Sema dan Kasuvi segera pergi ke lantai dua yang di mana terdapat ruangan Sema yang ia sewa.

Sema dan Kasuvi memasuki ruangannya yang terdapat sebuah penerangan dari tiga lilin yang telah dinyalakan. Sema berbaring di kasur miliknya, meskipun sudah ada kasur bagiannya masing-masing.

Kasuvi, ia malah berbaring di atas ranjang Sema dengan perut Sema dijadikan bantal olehnya.

   "Kasuvi, bukannya ada ranjang lagi di sana."

   "Huhum ... apakah Soutarou malu jika aku selalu menempel padamu."

   "Bukannya seperti itu, hanya saja aku masih belum biasa dengan seorang perempuan yang selalu dekat denganku."

Ucap Sema, Kasuvi tiba-tiba saja bergerak dan mengubah posisinya dengan kedua tangan ada di samping kanan dan samping kiri kepala Sema.

Ia menatap mata Sema dengan senyuman kecil yang menyertainya lalu Sema sedikit malu karena Kasuvi sangat berani dalam mendekatinya.

   "Kalau begitu ... akulah yang pertama kali ini mendekati Soutarou dari pada siapapun."

Ucap Kasuvi, di akhir kalimatnya ia tersenyum kecil dengan kedua mata yang tertutup. Sema menyuruhnya segera menyingkir dari atas tubuhnya karena situasi dan kondisi tadi sangat berbahaya bagi si Jomblo ini.

   "Aku akan tidur dulu, Kasuvi ... bangunkan aku ketika makan malam tiba."

   "Ya ... kalau begitu, selamat tidur."

Jawab Kasuvi, perlahan-lahan Sema memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur karena ia kelelahan. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Kasuvi ketika dirinya tidur, tetapi ... ia membiarkan pemikiran tersebut agar tidak mengganggunya.

* * * * * *

   "Soutarou ... Soutarou, bangun. Soutarou ... "

Suara lembut dari seorang perempuan menggema di gendang telinga kanan Sema. Ia memejamkan matanya karena terbangun oleh suara yang memanggil namanya tersebut.

Ia melihat sosok perempuan dengan rambut kecoklatan dengan mata merah yang indah. Ia menunjukkan senyuman kecilnya ketika Sema sudah siuman lalu ia menyingkir dari atas tubuh Sema.

Sema terbangun dengan rasa lapar di perut yang sudah terasa, ia menyadari bahwa waktu untuk malam sudah tiba. Sema diajak oleh Kasuvi untuk makan malam karena tadi, terdapat pemilik penginapan yang menyuruh Kasuvi dan Sema untuk makan malam terlebih dahulu.

Mereka berdua turun ke lantai satu melalui tangga, Sema pergi terlebih dahulu untuk ke sungai dan mencuci wajahnya. Sedangkan Kasuvi menempati meja makan yang telah dipesan olehnya beberapa waktu lalu ketika Sema tertidur lelap.

   "Hidup di dunia lain ya ... "

Pikir Sema seraya menatap air sungai dan cahaya bulan memantul melalui jernihnya air sungai. Ia pun segera membasuh wajahnya beberapa kali, berkumur-kumur lalu segera kembali ke penginapan.

*Kringg

   "Soutarou, di sini."

Panggil Kasuvi, Sema menganggukkan kepala disertai senyuman kecil lalu pergi ke tempat yang berupa meja makan malam mereka berdua. Hidangan makan malam sudah tertata rapi di atas meja, Kasuvi terlihat menunggu Sema duduk agar mereka dapat makan malam bersama.

Pemilik penginapan yang merupakan sepasang suami istri mengintip mereka berdua di meja resepsionis. Tatapan mereka berdua membuat Sema tidak nyaman sedangkan Kasuvi biasa-biasa saja seraya menikmati jamuan makan malam.

   "Bisakah anda berdua menghentikannya ... itu membuatku khawatir akan keselematanku."

Ucap Sema seraya menatap curiga ke arah sepasang suami istri pemilik penginapan. Suami istri tersebut meminta maaf kepada Sema lalu mereka berdua mendekati Sema.

Pak Tua pemilik penginapan tersebut berbadan kekar tetapi tidak kurus dengan kumis agak tebal dan ia juga memakai celemek putih untuk memasak. Sedangkan istrinya, ia juga memakai celemek dan menunjukkan senyuman kecilnya di hadapan Sema dan Kasuvi.

Sema meminum air bening dengan perlahan-lahan yang sudah disajikan oleh pemilik penginapan.

   "Tamu terhormat kami, sebetulnya jarang sekali ada sepasang kekasih bermalam di penginapan ini. Karena itu, kami berdua ingin sekali agar kalian menikmati malam yang panjang."

Ketika Pak Tua itu sedang mengatakannya, tiba-tiba saja Sema tersedak lalu menyemburkannya kembali tepat di wajah Pak Tua tersebut.

   "Soutarou ... kau tidak apa-apa?"

Kasuvi mengambil sapu tangan putih yang tersedia di atas meja lalu mengelap mulut Sema sampai kering. Istri dari pemilik penginapan pun mengambil sapu tangan dari saku celemek lalu mengeringkan bekas semburan Sema.

   "Ma-maafkan aku, karena anda mengatakan hal-hal yang seharusnya ... aku ... "

Ucap Sema dengan sedikit malu, Pak Tua itu pun menyadarinya bahwa Sema dan Kasuvi bukanlah sepasang kekasih. Tiba-tiba saja, istri dari pemilik penginapan memegang perutnya dengan tangan kanan lalu memijatnya perlahan-lahan.

   "Jangan-jangan istri anda sedang hamil?"

Tanya Kasuvi seraya menatap matanya, Arin, istri dari pemilik penginapan menanggapinya dengan anggukan kepala.

   "Ya ... kami berdua sudah menetapkan namanya, jika perempuan Miu atau Sanae kalau laki-laki ... itu masih kami berdua pikirkan."

Ucap Arin istri dari pemilik penginapan, Pak Tua itu pun tertawa dengan bahagia karena istrinya mengandung. Mereka berdua pun berpamitan dan meminta maaf karena mengganggu makan malam Sema dan Kasuvi.

Ketika makan malam berlangsung, Sema memikirkan alasan kenapa Kasuvi ingin bersamanya meskipun ia mengerti tentang dirinya menjadi tuan dari Kasuvi lalu ... ia menanyakannya kepada Kasuvi.

   "Alasanku? Kalau itu tentu saja ... aku tidak tahu."

Jawab Kasuvi dengan senyuman manisnya, Sema memiringkan kepalanya 30° dengan wajah bingung yang terpampang jelas.

   "Tidak tahu? Kenapa?"

Tanya lagi Sema, Kasuvi meminum air bening terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari Sema. Setelah lega, ia pun memejamkan matanya lalu membuka matanya kembali dengan perlahan-lahan.

   "Tentu saja ... apakah untuk bersama Soutarou membutuhkan alasan, karena aku ingin bersamamu bukan berarti harus ada alasan."

Setiap perempuan pastinya malu untuk mengatakannya, tetapi untuk Kasuvi ... ia mengatakannya disertai dengan senyuman yang manis. Sema yang mendengarnya, hanya bisa menghela napas lalu membiarkannya.

   "Begitu ya ... tetapi ... apakah kau ini beneran polos atau pura-pura polos?"

   "Ekh? Kenapa?"

Kasuvi menunjukkan ekspresi wajahnya yang bingung seraya memasukkan daging sapi ke mulutnya dengan garpu yang terbuat dari kayu.

   "Sudahlah ... lupakan saja."

   "Baiklah jika Soutarou yang menginginkannya ... "

* * * * * *

Di pagi hari yang damai, Kasuvi tidur di ranjangnya dan tidak menyelinap ke ranjang Sema karena ia tahu bahwa hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh sepasang kekasih.

Kasuvi terbangun akan silauan mentari pagi yang menyinari kedua penglihatannya, ia bangun dari posisi tidur menjadi duduk seraya mengucek kedua matanya.

Kasuvi melihat wajah Sema yang sedang tertidur dengan air liur yang menetes, Kasuvi pikir Sema sedang menikmati mimpinya. Karena itu, ia memilih menunggu Sema bangun sendiri dari pada dibangunkan dengan paksa.

*Blarr

Tanah terguncang oleh sebuah ledakan besar, Sema langsung terbangun dengan kaget lalu ia berdiri di atas kasur dengan posisi siap bertarung.

   "Ekh ... apa yang sedang terjadi?"

Pikir Sema, ia menoleh ke sebelah kanan dan terdapat Kasuvi yang sedang melihat suatu hal dari jendela yang baru saja ia buka gordennya.

   "Kasuvi ... ada apa?"

Tanya Sema seraya turun dari atas kasur, ia pun berjalan menghampiri Kasuvi dari belakang lalu melihat apa yang dilihat oleh Kasuvi.

Terjadi kebakaran di pintu gerbang kerajaan Archdale, asap hitam yang pekat semakin bertambah kian lama. Pak Tua pemilik penginapan masuk ke ruangan Sema, ia pun melaporkan bahwa terjadi serangan dari musuh yang berupa serangan dari kerajaan sebelah.

   "Apa yang harus aku lakukan ... "

Pikir Sema, ia segera memakai kaos hitam miliknya karena ketika tidur, ia melepas pakaiannya.

Kasuvi segera menoleh ke belakang lalu mengikuti Sema yang keluar dari ruangan ini. Kasuvi menyamakan langkah kakinya dengan Sema yang tergesa-gesa, turun ke lantai bawah yang terdapat pemilik penginapan sedang minum teh.

   "Ohh ... apakah kalian berdua akan pergi?"

Tanya Pak Tua itu yang sedang menikmati teh di pagi hari bersama istrinya. Sema menunjukkan ekspresi yang kecut karena seharusnya, mereka mengungsi ke tempat yang aman.

   "Kami pergi dulu, terima kasih atas waktunya."

Ucap Sema seraya membuka pintu depan penginapan yang berdering karena di bagian atas pintu ditempeli lonceng. Sebelum Kasuvi pergi, ia berterima kasih kepada pemilik penginapan suami istri tersebut seraya membungkukkan badan.

   "Soutarou ... kita mau ke mana?"

   "Tentu saja ... membantu orang-orang yang sedang dalam kesulitan."

To Be Continue .....

avataravatar
Next chapter