3 Pertemuan Yang Mengejutkan

Di siang hari di sebuah tempat di dekat kerajaan Archdale.

Roguira hanya mengantarkan Sema ke depan gerbang Archdale karena dia seorang naga hitam pembawa bencana yang sangat hebat. Sema Soutarou, dia pun berterima kasih kepada Roguira karena telah mengantarnya.

   "Kuharap ... kita dapat bertemu lagi, Roguira."

   "Jika kau masih hidup, Soutarou."

Jawab Roguira, ia pun segera terbang meninggalkan Sema dengan kesan pertama yang bagus. Sema memandangi naga hitam tersebut terbang meninggalkannya.

   "Haah ... dia pergi, naga hitam emang keren."

Gumam Sema, ia merelakan semuanya dan siap memulai awal dan hidup yang baru di dunia ini. Ia berbalik badan lalu menelusuri jalan setapak ini yang merupakan jalan menuju gerbang kerajaan Archdale.

Antrian untuk pemeriksaan sekarang ini hanya sedikit, sehingga Sema dapat masuk ke Archdale dengan cepat tanpa ada hambatan sekali pun. Ketika langkah kakinya memasuki Archdale, Sema terpukau dengan berbagai ras selain manusia yang belum pernah ia lihat sekalipun.

   "Elf, Kobold, Lizardman, Dwarf, Demi-Human, Beastkin dan ... "

Sema melihat ke daerah sekitarnya yang terdapat banyak sekali orang, dengan rasa senang memulai petualangan yang baru. Ia pergi ke sebuah Guild petualang seraya menanyakannya ke penduduk Archdale agar mendapatkan arahan ke tempat yang dituju.

Di hadapan Sema saat ini, terdapat rumah berukuran besar yang isinya terdapat para petualang yang hebat. Sema menelan ludahnya karena ia tahu bahwa ia yang paling terlemah, dengan perlahan-lahan dan tekad yang kuat ... ia segera masuk ke dalam Guild.

Petualang dengan perlengkapan tempur yang menurut Sema keren terlihat sedang istirahat dari kelelahan setelah melawan monster. Ia segera pergi ke resepsionis Guild, terdapat seorang perempuan dengan rambut hitam panjang dan wajah yang cantik.

Matanya berwarna merah, terdapat kupu-kupu berwarna ungu yang hinggap di pundak sebelah kanannya. Hal tersebut membuat penampilannya semakin misterius dan Sema tertarik padanya.

Ia menghampiri perempuan tersebut lalu menanyakan bagaimana caranya menjadi seorang petualang. Perempuan yang menjadi lawan pembicaraan Sema menanggapinya dengan senyuman kecil yang manis.

   "Ya ... tunggu sebentar, aku akan mengambilnya terlebih dahulu."

Perempuan tersebut berjongkok untuk membawa sebuah kertas pendaftaran dan sebuah pisau tajam yang digunakan untuk sumpah darah.

   "Kau hanya harus bertanda tangan di sini lalu teteskan darahmu, maka kau menjadi seorang petualang."

Ucap perempuan tersebut seraya memberikan kertas dan pisau yang akan digunakan sebagai pendaftaran untuk menjadi seorang petualang. Sema menerima kedua benda tersebut, perempuan tersebut memberi Sema sebuah pena yang terbuat dari bulu burung.

Sema bertanda tangan lalu dilanjutkan dengan menyayat sedikit kulitnya di bagian jempol. Rasa sakit terasa dengan darah segar memancar keluar dari luka yang ia sayat.

Dengan segera, ia menempelkan jempol sebelah kirinya ke kertas yang digunakan sebagai pendaftaran. Segel sihir dengan cahaya berwarna putih tiba-tiba muncul tepat di atas kertas yang dijadikan pendaftaran.

   "Namaku adalah Lyria Rena, asalkan kau tahu ... meskipun aku seperti ini, aku adalah ketua Guild dari Aurora."

Kata-kata dari Lyria Rena membuat Sema terdiam terpaku karena perempuan yang ada di hadapannya saat ini sangat hebat menurutnya.

   "Be-begitukah ... sepertinya aku harus berjuang lebih keras lagi untuk berlatih dan dapat bertahan hidup di dunia ini."

Pikir Sema, ia pun meminta sebuah quest yang menurutnya mudah untuk dilakukan oleh seorang pemula sepertinya. Rena memberi Sema sebuah quest yang berupa berburu tiga ekor sapi hutan di dekat hutan yang ada di Archdale.

Rena mengantar Sema ke pintu depan Guild seraya membawa sebilah pedang dan sebuah buku. Di dekat tangga, ia mengucapkan salam dengan hangat kepada Sema ketika ia akan pergi.

Sebelum Sema pergi, ia dibekali sebuah pedang yang dibawa oleh Rena tadi dengan ukuran cukup panjang dan ketebalannya sangat pas untuk bergerak dengan cepat. Sema menerimanya dengan senang hati, ia pun segera pergi menuju hutan yang telah diberitahu oleh Lyria Rena.

* * * * * *

   "Bagaimana caranya menutupi kekuranganku yang memiliki mana sangat rendah."

Pikir Sema seraya berjalan memasuki hutan Archdale, ia menelusuri hutan ini dengan langkah kaki yang pelan agar para hewan yang ada di hutan ini tidak terganggu.

Sema melihat sekumpulan barang-barang yang sudah tidak digunakan oleh para petualang di dalam hutan. Sema mengganti sepatu yang ia gunakan menjadi sepatu dari kulit yang enak digunakan saat bertarung.

Mengambil perlengkapan ringan untuk melengkapi tubuhnya yang tidak ada zirah maupun perlengkapan pelindung. Ia segera melanjutkan menelusuri hutan ini, didapatinya tujuh ekor sapi yang bergerak dalam kelompok.

Tempat ini cukup lega karena pohon-pohon yang ada di sekitar kelompok sapi itu hanya sedikit. Dengan segera, Sema berlari menuju kelompok sapi hutan tersebut dan dapat menebas salah satu leher sapi hutan yang hampir kabur.

Sapi yang terkena serangan Sema terjatuh dengan darah segar memancar dari urat nadi yang putus. Sema istirahat sebentar karena hanya untuk memburu satu sapi hutan pun sudah sulit jika tanpa sihir.

Karena rasa lapar yang sudah melanda apalagi dia belum makan, Sema menguliti sapi hutan tersebut dan mengambil bagian paha. Mencari sumber air dari sungai yang ada di belakang sebuah penginapan, penginapan tersebut bertuliskan 'Penginapan Keluarga Kamina' dan cukup banyak pengunjungnya.

Sema segera mencuci daging bagian paha yang sudah ia kuliti, seraya kembali ke tempat yang tadi ia jadikan tempat istirahat. Sema mengambil kayu bakar disetiap jalan setapak yang ia lalui, mengumpulkan kayu bakar menjadi timbunan.

Sema membayangkan api yang besar pada kayu bakar yang akan ia gunakan sebagai alat pembakar daging. Beberapa menit kemudian, dengan mana yang sedikit ... Sema dapat membakar tumpukan kayu bakar tersebut dari api kecil yang ia hasilkan.

Sema membuat dua buah penyangga sebagai alat bantu bakar untuk membuat daging sapi yang dibakar dengan kematangan yang merata. Sembari menunggu masakkannya masak, Sema bersenandung lagu kesukaannya.

Sepuluh menit kemudian, daging yang ia bakar telah masak dengan cukup sempurna. Bau daging sapi yang dibakar dan baru saja diangkat membuat nafsu makan tergugah.

   "Beri aku makan ... makan ... "

Suara seorang perempuan terdengar di belakang Sema ketika ia akan menyantapnya. Sema segera menoleh ke belakang lalu menyimpan daging sapi bakar yang hampir ia santap.

   "Oi!? Bertahanlah, hoi!?"

Panik Sema seraya melihat keadaan perempuan yang tergeletak di atas tanah tersebut. Rambut panjang dengan warna rambut kecoklatan, memakai hiasan rambut di sebelah kanan dan di sebelah kiri.

Pakaian yang terlihat sedikit terbuka didominasi dengan warna putih dan merah lalu memakai rok pendek berwarna merah dan stocking kaki berwarna hitam sedikit transparan. Dia juga memakai sebuah perhiasan di sekitar lehernya berupa sebuah batu kristal berwarna hijau.

Ketika Sema panik mengkhawatirkan perempuan yang terjatuh tersebut, suara raungan yang berasal dari perut perempuan tersebut terdengar nyaring.

   "Beri aku ... makan ... "

Sahut perempuan tersebut dengan sisa tenaganya, Sema segera mengendongnya lalu menyandarkannya pada pohon dengan dedaunan yang rindang.

Ia segera meraih daging sapi yang hampir ia santap tadi dan ia memberikannya kepada perempuan misterius tersebut. Aroma daging sapi bakar itu, membuat dirinya terbangun lalu memakan daging sapi bakar buatan Sema dengan lahap.

   "Akh ... enak sekali."

Cerianya ketika ia selesai menelan daging yang ia kunyah, ia segera melanjutkan memakan daging bakar sampai tak tersisa sedikit pun. Sema hanya terbengong melihat nafsu makan perempuan yang ada di hadapannya saat ini sangat hebat.

   "Haah ... nikmat sekali, aku sangat berterima kasih padamu wahai penyelamatku."

Ucap perempuan tersebut lalu dilanjutkan dengan dogeza, Sema menyuruhnya untuk berhenti karena membantu seseorang yang berada dalam kesusahan merupakan hal yang wajar.

   "Ara ... kau baik sekali, kalau begitu ... "

Ia kembali melakukan dogeza dengan gerakan yang gemulai.

   "Aku Kasuvi, ras Dragonewt Iblis merah penjaga Lost Reantes mengakuimu sebagai tuanku."

Kasuvi menunjukkan senyuman manisnya, itu membuat dirinya imut tingkat maksimal di hadapan Sema Soutarou.

Keadaan Sema saat ini yang merupakan seorang Jomblo hanya bisa membayangkannya berjalan-jalan di taman yang penuh duri dan dia sendiri terjerumus ke duri-duri tersebut.

   "Ekh ... "

To Be Continue

avataravatar
Next chapter