Sekarang sudah hampir jam 1 siang, dan kami masih didalam ruang pertemuan. Okta masih tidak sadar kalau aku diam-diam memotretnya. Okta kelihatan menawan dengan titik hitam kecil didagunya, ya itu tailalat. Kulitnya bersih meski tidak terlalu putih,tingginya 175cm,dan berpenampilan sangat rapi. Aku kagum dengan kepintarannya.
Acara pun selesai dan kami langsung keluar ruangan. Aku masih berdiri di sebelah Okta yang sedang sibuk berbicara dengan salah satu guru disana. Tentunya untuk kali ini dia tidak memberi informasi yang salah tentang no handphone untuk info pendaftaran.
Terliahat om sudah berjalan keluar bersama Capt dan Bass dari ruangn kepala sekolah. Setelah mengucapkan terimakasih kami pun berjalan menuju mobil yang sudah ada di depan gerbang yang di kendarai oleh Pak rendi.
"ayo semua masuk" kata Bass ahmad.
kami pun masuk kedalam mobil.
mendengar om bicara dengan Capt Anwar.
"Pak kemana kita setelah ini? apa kita makan dulu? karena sekolah yang lain sudah akan pulang beberapa jam lagi. "
"Kita makan dulu Pak edi. "jawab Capt anwar dengan suara seraknya.
"Ya sudah ayo kita menuju rumah makan Upit, disana ada dendeng bakar (dendeng batokok) yang enak."kata om.
Aku duduk di bangku tengah dimana ada om disebelah kiri dan Bass ahmad di sebelah kanan. Sedangkan yudi, udin, ikbal, dan okta sempit-sempitan dikursi belakang. mereka asik bercerita tentang pengalaman kuliah mereka satu sama lainnya. Aku hanya duduk diam, karena masih merasa canggung.
Sesampainya di rumahmakan, kami mengambil tempat di sebuah meja panjang sehingga kami bisa duduk bersama-sama. Pelayan mulai menyajikan makanan, membawa piring, air, nasi dan banyak lauk yang terhidang diatas meja, termasuk dendeng batokok yang diceritakan om tadi.
Sebelum mulai makan, Oom bertanya.
"Okta asli mana?"
"Asli minang pak" jawabnya.
lalu pak rendi menyahut, "Tapi bahasa inggrisny lebih hebat dari bahasa minangnya. "
"Ah bapak bisa saja."kata si okta malu.
"Sudah sudah ayo mulai makan." kata Capt anwar.
Pas mulai makan, Bass ahmad tidak sengaja menumpahkan air minumnya, dengan cepat Okta berdiri dan membeesihkannya.
"Sudah pak biar saya yang bersihkan."katanya.
sungguh pemandangan yang menyejukkan, okta adalah lelaki yang baik.
Entah berapa banyak kami makan hari itu yang pentingnya kami kenyang dan senang.