webnovel

04. Aku Di Fitnah Menodai Mantan Pacarku (Cobaan Kedua)

Seminggu sudah mantan pacarku tinggal di pesantren darussalam hingga akhirnya aku di fitnah memperkosanya atau melecehkannya hingga aku harus menikahinya, tapi teman ku Rivan dan Frensky tidak terima kalau aku di fitnah dan rumah tangga ku hancur.

Karena di belakang baju ku robek, aku juga berfikir sama dengan kedua temanku bahwa kejadian yang ku alami sama seperti kisah nabi Yusuf as yaitu di fitnah oleh Zulaikha.

Kediri, 

Pesantren darussalam 

Di rumah pak kyai Abdullah,

Di kamar Titah dan Kamil..

"Mas aku ke sungai nyuci baju dulu ya", Titah meminta izin pada Kamil untuk mencuci baju di sungai. 

"Iya sayang, hati-hati ya", Kamil memberikan izin Titah untuk mencuci baju di sungai. 

"Iya mas..", seru Titah. 

Di depan kamar Titah dan Kamil..

"Ini saatnya", kata Siska di dalam hati.

Di kamar Titah dan Kamil lagi..

"Aa.."

"Iya.., Siska, kamu ngapain ada di dalam kamar saya?, pergi kamu dari kamar saya", Kamil mengusir Siska dari kamarnya.

"A, kenapa aa berubah sekarang?", tanya Siska.

"Maaf ya Siska, kamu pergi sekarang", Kamil mengusir Siska dari kamarnya lagi. 

Di depan kamar Titah dan Kamil lagi..

"Mas.."

"Apa?", tanya Frensky.

"Punika wonten punapa nuwun ribet-ribet teng Kamar Kamil?"

(Itu ada apa ya ribut-ribut di Kamar Kamil?), tanya Rivan juga.

"Mana saya tau van", jawab Frensky.

Di kamar Titah dan Kamil lagi..

"Saatnya, tolong, tolong, tolong, tolong..", kata Siska di dalam hati dan berteriak meminta tolong untuk menjalankan rencananya. 

"Ini ada apa?", tanya pak kyai Abdullah.

"Saya di nodai oleh Kamil, pak kyai", jawab Siska.

"Enggak pakde, enggak bukan seperti itu", jawab Kamil yang di fitnah oleh Siska.

"Astaghfirullahalazim Kamil apa yang kamu lakukan di pesantren saya memalukan menodai dia, bagaimana dengan keponakan ku perasaannya pasti hancur", kata pak kyai Abdullah.

Masih di depan kamar Titah dan Kamil..

"Mas.."

"Apa?", tanya Frensky.

"Kamil mboten berzinah kaliyan bekas pacare sayangipun panjenenganipun teng fitnah berzinah kaliyan bekas pacare"

(Kamil tidak berzinah dengan mantan pacarnya tapi dia di fitnah berzinah dengan mantan pacarnya), jawab Rivan.

"Masa, panjenengan tau darimana?"

(Masa, kamu tau darimana?), tanya Frensky lagi.

"Punika teng wingking agemanne Kamil suek"

(Itu di belakang bajunya Kamil robek), jawab Rivan lagi.

"Panjenengan kasinggihan van.., lajeng gimana punapa ingkang kedah kita tumindaken?"

(Kamu benar van.., terus gimana apa yang harus kita lakukan?), tanya Frensky lagi.

"Tengga sekedhap, kula pados ide riyen"

(Tunggu sebentar, saya cari ide dulu), jawab Rivan.

"Gelis ampun dangu"

(Cepat jangan lama), kata Frensky.

"Jagi jene.."

(Siap mas..), sambung Rivan.

Lima menit kemudian..

"AHA..!!", Rivan telah mendapatkan ide untuk menolong Kamil dan membuktikan Kamil telah di fitnah oleh Siska.

"Kenapa van?", tanya Frensky.

"Ide jene.."

(Ide mas..), jawab Rivan.

"Oh ya sudah cepat apa idenya?", tanya Frensky lagi.

"Ya sudah mana sini..", jawab Rivan lagi.

"Sini apanya?", tanya Frensky lagi.

"Kupingnya", jawab Rivan lagi.

"Kupingku untuk apa?", tanya Frensky lagi.

"Bisikin mas Frensky", jawab Rivan lagi.

"Oh bisikin saya, ya sudah nih..", kata Frensky lagi.

Di kamar Titah dan Kamil lagi..

"Ada apa ini pakde, kok rame sekali di kamar saya dan mas Kamil?", tanya Titah.

"Aku di nodai oleh aa, teh..", jawab Siska.

"Apa!!", Titah kaget dengan apa yang di katakan oleh Siska.

"Sayang ini bohong, aku di fitnah..", kata Kamil yang mencoba menjelaskannya pada Titah.

"Berhenti mas, kamu jaga jarak dari aku, aku jijik sama kamu", sambung Titah.

"Kamu harus menikah dengan dia malam ini juga", kata pak kyai Abdullah.

"Tapi pakde", kata Kamil lagi.

"Yes akhirnya aku menikah juga dengan kamu, Kamil, laki-laki yang sangat aku cintai", kata Siska di dalam hati lagi. 

Di depan kamar Titah dan Kamil lagi..

"Van.., aku ora tampi menika menawi Kamil kedah krama kaliyan bekas pacare punika, mbasi aku mboten rela menawi panjenenganipun krama dik Titah kulo, aku ugi cobi kagem tulus dan akhirnya aku saged ngikhlasaken ne panjenenganipun kagem Kamil dan sakmenika aku sampun nyintai putri benten yaiku garwaku piyambak"

(Van.., aku gak terima ini kalau Kamil harus menikah dengan mantan pacarnya itu, walaupun aku tidak rela kalau dia menikah dik Titah ku, aku juga coba untuk ikhlas dan akhirnya aku bisa mengikhlaskannya dia untuk Kamil dan sekarang aku sudah mencintai wanita lain yaitu istriku sendiri), kata Frensky.

"Inti ne kemawon jene ampun kepanjangan"

(Intinya saja mas jangan kepanjangan), keluh Rivan.

"Aku ora tampi dalem anda mereka ajur"

(Aku gak terima rumah tangga mereka hancur), kata Frensky lagi.

"Sayangipun jene sebaik pun kita tengga ngantos ijab qabul kemawon"

(Tapi mas sebaiknya kita tunggu sampai ijab qabul saja), sambung Rivan.

"Sae.."

(Baik..), seru Frensky.

Di belakang pesantren darussalam..

"Garwa ku tulung rekam panjenenganipun kresa ngomong punapa nuwun"

(Istriku tolong rekam dia mau ngomong apa ya), kata Frensky meminta tolong pada Anissa.

"Sae garwa ku"

(Baik suamiku), Anissa melaksanakan perintah dari Frensky.

"Lik Pur.."

"Nuwun jene Frensky"

(Iya mas Frensky), jawab Purnomo.

"Tumindaken sami rencana kita wau nuwun"

(Lakukan sesuai rencana kita tadi ya), pinta Frensky lagi.

"Jagi mas Frensky.."

(Siap mas Frensky..), Purnomo melaksanakan perintah dari Frensky.

"Van sakmenika kita tengga teng mriki kemawon"

(Van sekarang kita tunggu di sini saja), pinta Frensky lagi.

"Inggih jene.."

(Iya mas..), seru Rivan melaksanakan perintah dari Frensky.

Dan akhirnya Rivan dan Frensky berhasil mendapatkan rekaman rencana Siska untuk memisahkan aku dan Titah, lalu Anissa, Frensky, Rivan, Purnomo, dan Paijo datang memberikan rekaman yang tadi Anissa rekam, untuk bukti sekaligus membatalkan pernikahan ku dengan Siska malam ini.

Di masjid pesantren darussalam..

"Akhirnya tinggal selangkah lagi aa Kamil menjadi milikku dan Titah pasti akan meninggalkan Kamil, selangkah lagi Kamil..", kata Siska di dalam hati.

"Sudah bisa dimulai ijab qabul nya?", tanya pak kyai Abdullah.

"Sudah pakde..", jawab Kamil dengan terpaksa.

"Baik, saudara Kamil ikuti saya, saya nikahkan engkau ananda Muhammad Kamil Mukhtar bin Ubaidillah dengan Siska binti Muhammad Iqbal dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai"

"Saya Terima nikah nya.."

"Tunggu..", Rivan dan Frensky memberhentikan akad nikah atau ijab kabul Kamil.

"Rivan, Frensky apa-apa an ini?", tanya pak kyai Abdullah.

"Iih padahal tinggal sedikit lagi, kenapa harus ada ngangguan juga sih dari santri di sini..", kata Siska di dalam hati lagi.

"Perempuan ini memfitnah sahabat saya", jawab Rivan.

"Kamu menuduh saya memfitnah Kamil mana buktinya?", tanya Siska.

"Ini buktinya, istriku mana rekaman nya", jawab Frensky dan Frensky meminta hasil rekamannya pada Anissa.

"Ini mas buktinya", Anissa memberikan hasil rekamannya pada Frensky.

"Itu rekaman bukti yang pertama loh pak kyai", kata Purnomo.

"Kalau yang kedua, coba pak kyai Abdullah perhatikan kalau benar den mas Kamil mencoba melecehkan mbak Siska kenapa baju pada bagian belakangnya den mas Kamil yang sobek kenapa bukan bagian depan atau kenapa bukan bajunya mbak Siska yang sobek", kata Paijo.

"Benar itu pak kyai Abdullah", seru Rivan dan Frensky.

"Ya kalian ada benarnya juga, kenapa anda tega berbuat seperti ini, kasihan kan Kamil dan Titah, bagaimana kalau rumah tangga mereka berantakan dan bercerai, mereka ini kan menikah ingin melengkapi ibadah mereka dan ingat ya mbaknya pernikahan itu bukan untuk main-main dan pernikahan itu adalah sakral, sekali seumur hidup", pak kyai menjelaskannya pada Siska.

Akhirnya Rivan, Frensky, Anissa, Purnomo, dan Paijo berhasil membuktikan bahwa aku tidak bersalah, pernikahan pun batal Titah pun kembali mencintaiku seperti kemarin. Siska di kirim kembali ke Amerika oleh ayahnya, untuk melanjutkan kuliahnya di Amerika, setelah Siska dan suaminya menikah di pesantren darussalam.

Masih di masjid pesantren darussalam..

"Assalamu'alaikum", papa Siska memberikan salam pada semua yang ada di masjid pesantren darussalam.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di masjid pesantren darussalam menjawab salam dari ayah Siska.

"Siska apa-apaan ini", papa Siska datang dengan marah melihat kelakuan anaknya. 

"Papa..", Siska terkejut melihat ayah nya datang ke pesantren darussalam.

"My wife"

(Istriku)

"Yes my husband"

(Ya suamiku)

"Come here for a while"

(Kemari sebentar)

"Yes my husband"

(Ya suamiku)

"Siska now listen to my father, you join your mother huh" 

(Siska sekarang dengarkan ayah, kamu ikut ibumu ya)

"Daddy mean?" 

(Maksud ayah?), tanya Siska.

"I've also understood what my father meant, there are you with your mother"  

(Sudah nanti kamu juga mengerti apa yang di maksud ayah, sudah sana kamu ikut ibumu), jawab papa Siska.

"Okay father.." 

(Baiklah ayah..), seru Siska.

"Sebelumnya saya minta maaf kepada semua santri yang ada di pesantren darussalam, serta pada istri Kamil dan juga Kamil atas semua kelakuan Siska, anak saya, saya juga berniat menikahi Siska dengan calon menantu saya di pesantren darussalam ini, apakah di izinkan pak kyai Abdullah?", tanya papa Siska.

"Oh ya, tentu saya izinkan", jawab pak kyai Abdullah.

"Baik tunggu sebentar saya panggilkan calon suami anak saya terlebih dahulu", kata papa Siska.

"Silahkan pak Iqbal", sambung pak kyai Abdullah.

"Mr. Sultan.."

(Tuan Sultan..), papa Siska memanggil calon suami Siska.

"Yes Mr. Iqbal"

(Ya tuan Iqbal), jawab calon ayah mertua Siska.

"I will marry my child with your child today at this Darussalam Islamic boarding school, how do you agree Mr. Sultan?

(Saya akan menikahi anak saya dengan anak anda hari ini di pesantren darussalam ini, bagaimana apakah anda setuju tuan Sultan?), tanya papa Siska lagi.

"Yes I agree Mr. Iqbal, can be started now then"

(Ya saya setuju tuan Iqbal, bisa di mulai sekarang kalau begitu), jawab calon ayah mertua Siska lagi.

"Okay"

(Oke), seru papa Siska.

"Kamil sekarang kamu ganti baju ya karena baju yang kamu pakai akan di pakai oleh calon suami dari Siska", kata papa Siska.

"Baik om", sambung Kamil.

"Ternyata aku salah paham, mas Kamil maafkan saya", kata Titah di dalam hati dengan rasa bersalah karena ikut menuduh Kamil menodai Siska.

Di rumah pak kyai Abdullah,

Di kamar Titah dan Kamil lagi..

"Sudah mil?", tanya pak ustaz Fitri.

"Sudah pak ustaz Fitri", jawab Kamil.

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Kamil dan pak ustaz Fitri.

"Wa'alaikumussalam", Kamil dan pak ustaz Fitri menjawab salam dari Titah.

"Mas Kamil..", Titah datang ke kamar dan memeluk Kamil dengan menangis.

"Kamu kenapa sayang?", tanya Kamil.

"Ini sudah kan mil, kalau sudah biar saya bawa ke kamar tamu?", tanya pak ustaz Fitri juga.

"Sudah pak ustaz Fitri", jawab Kamil lagi.

"Ya sudah kalau begitu saya permisi dan kalian bisa lanjutkan mengobrol, assalamu'alaikum", kata pak ustaz Fitri dan pak ustaz Fitri pun memberikan salam pada Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Titah dan Kamil menjawab salam dari pak ustaz Fitri.

"Mas Kamil..", Titah masih menangis dan memeluk Kamil.

"Kamu kenapa sayang?", tanya Kamil lagi.

"Saya merasa bersalah ikut-ikutan menuduh mu, maafkan aku, suamiku", jawab Titah yang masih menangis dan meminta maaf pada Kamil.

"Iya sayang saya sudah memaafkan kamu, istriku, bidadari surgaku, sudah ya jangan menangis lagi ya sayang ku", kata Kamil yang menghibur Titah agar tidak menangis.

Di depan kamar tamu, kamar Aji..

"Duh Fitri mana sih, lama banget di tungguin gak datang-datang", keluh pak ustaz Fitroh yang menunggu pak ustaz Fitri saudara kembarnya.

"Assalamu'alaikum", pak ustaz Fitri memberikan salam pada pak ustaz Fitroh.

"Wa'alaikumussalam", pak ustaz Fitroh menjawab salam dari pak ustaz Fitri.

"Kamu kemana saja sih, di tungguin lama sekali?", tanya pak ustaz Fitroh.

"Maaf lama nunggunya troh, saya di kamar dik Titah jadi obat nyamuk dulu soalnya makannya lama", jawab pak ustaz Fitri.

"Oh ya sudah tidak apa, ya sudah yuk cepat dandani pengantin prianya", kata pak ustaz Fitroh.

"Yuk..", sambung pak ustaz Fitri.

Di kamar tamu, kamar Siska..

"Assalamu'alaikum Siska", papa Siska memberikan salam pada Siska dan istrinya.

"Wa'alaikumussalam", Siska dan mama Siska menjawab salam dari ayah Siska.

"Kamu sudah siap, jika sudah di tunggu di masjid untuk ijab kabul?", tanya papa Siska.

"Sudah ayah", jawab Siska.

"Bagus, istriku cepat ya sudah di tunggu", kata papa Siska.

"Iya suamiku, yuk Siska, kita ke masjid", sambung mama Siska.

"Iya mah..", seru Siska.

Di kamar Titah dan Kamil lagi..

"Ya sudah yuk sayang kita lihat akad nikah nya Siska", ajak Kamil.

"Iya mas..", sambung Titah.

Di kamar tamu, kamar Siska lagi..

"Siska dan istriku sudah pergi, saya akan ke kamar Titah dan Kamil untuk menghentikan mereka ke aula pesantren darussalam menghadiri akad nikah dari anak ku", kata papa Siska.

Di kamar Titah dan Kamil lagi..

"Assalamu'alaikum", papa Siska memberikan salam pada Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Titah dan Kamil menjawab salam dari papa Siska.

"Om ada apa, apakah acaranya akan segera di mulai?", tanya Kamil.

"Iya acaranya akan segera di mulai mil, lebih baik kamu dan istrimu jangan ke aula dulu sampai akad nikahnya selesai", kata papa Siska.

"Baik om, kalau begitu saya akan tetap di kamar bersama istri saya", sambung Kamil.

"Ya sudah nanti kalau sudah selesai saya akan hubungi kamu lewat whatsapp", kata papa Siska lagi.

"Baik om", seru Kamil.

"Assalamu'alaikum", papa Siska memberikan salam pada Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Titah dan Kamil menjawab salam dari papa Siska.

"Berarti kita tetap berada di kamar dong mas?", tanya Titah.

"Iya sayang", jawab Kamil.

"Ya sudah kita tunggu saja sampai akad nikahnya selesai" 

"Ya sudah..", seru Kamil.

Akhirnya aku dan Titah menunggu di kamar sampai akad nikah Siska selesai, setelah akad nikah Siska selesai barulah aku dan Titah ke masjid pesantren darussalam untuk mengucapkan selamat pada Siska dan suami.

Di masijd pesantren darussalam..

"Sudah siap kah ananda Aji untuk memulai akad nikah ini?", tanya penghulu.

"Sudah siap pak..", jawab Aji.

"Baik kalau begitu langsung saja kita mulai"

"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan engkau ananda Aji bin Sultan  dengan Siska binti Muhammad Iqbal dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai"

"Saya terima nikahnya Siska binti Muhammad Iqbal dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan Al-Qur'an dibayar tunai"

"Bagaimana saksi sah?", tanya penghulu lagi.

"Sah..", jawab para saksi.

"Alhamdulillah, sekarang kalian sudah resmi menjadi suami dan istri", kata penghulu.

"Hayuk nak masuk, kalian sudah resmi menjadi suami dan istri", kata umi Fatimah.

"Saya akan whatsapp Kamil memberikan kabar Siska sudah resmi menikah dengan Aji", kata ayah Siska di dalam hati.

                     ** 

Percakapan Kamil dan ayah Siska lewat whatsapp.

"Assalamu'alaikum Kamil, saya ingin memberitahu kalau Siska sudah resmi menjadi istri dari Aji", papa Siska memberitahu Kamil, kalau Siska dan Aji sudah selesai ijab kabul. 

"Wa'alaikumussalam, iya om, saya akan ke sana untuk memberikan selamat pada Siska dan suaminya", sambung Kamil.

                     ** 

Aku dan Titah pun keluar dan ke masjid pesantren darussalam untuk memberikan selamat pada Siska dan Aji, karena mereka sudah resmi menikah dan menjadi suami dan istri. 

Di masjid pesantren darussalam lagi.. 

"Siska, Aji, selamat ya kalian sudah resmi menjadi suami dan istri", Kamil memberikan selamat pada Siska dan Aji, karena sudah sah menjadi suami dan istri. 

"Semoga pernikahan kalian berdua sakinah mawadah warahmah", Titah juga memberikan doa pada Siska dan Aji, karena sudah sah menjadi suami dan istri.

"Aamiin.." 

"Kok aa Kamil gak di pelaminan bersamaku, lalu yang di pelaminan bersamaku siapa?", tanya Siska dalam hati dengan heran, karena melihat Kamil bersama dengan Titah bukan di pelaminan bersama dengan Siska. 

Setelah Siska dan suami kembali ke Amerika datanglah cobaan lainnya yaitu aku di vonis mandul dan aku berburuk sangka kepada istriku bahwa anak yang sedang dikandung istriku bukan anak ku.

Ternyata hasil laboratorium itu tertukar oleh pasien lain, dan aku ternyata tidak mandul dan sebentar lagi akan menjadi ayah.