webnovel

03. Kembalinya Masa Lalu (Cobaan Pertama)

Dua bulan sudah aku dan Titah menikah, sumpah aku sangat bahagia sekali, sampai akhirnya cobaan pertama hadir yaitu datangnya masa lalu ku atau mantan pacarku, yang membuat Titah istriku cemburu.

Di bandara Halim Perdanakusuma..

"Hem.., akhirnya aku bisa kembali lagi ke Jakarta, Kamil saya kembali untukmu"

Di rumah Siska..

"Papa aku kembali"

"Yes my daughter, welcome back at home, you tomorrow there is a plan to go again yes your mama said, where's the plan to go?" 

(Ya putriku, selamat datang kembali di rumah, kamu besok ada rencana mau pergi lagi ya kata mama mu, ada rencana mau pergi kemana?), tanya papa Siska.

"Yes right father, tomorrow I want to go to the mall and all want to go to his house Kamil" 

(Ya benar ayah, besok aku mau ke mall dan sekalian mau ke rumahnya Kamil), jawab Siska. 

"Oh.., I'm not you and have you broken up?" 

(Oh.., loh bukannya kamu dan dia sudah putus ya?), tanya papa Siska lagi. 

"It's true that we have broken up, but it's not yet a word breaking up father's father?" 

(Memang benar kami sudah putus, tapi kan silahturahmi tidak ada kata putus kan ayah?), tanya Siska juga. 

"Yes right what you say Siska, even though you have broken up, but the blessings still have to be established" 

(Ya benar apa yang kamu katakan Siska, walaupun kalian sudah putus, tetapi silahturahmi tetap harus terjalin), jawab papa Siska. 

"Yes, then I rest first" 

(Ya sudah kalau begitu aku istirahat dulu)

"Yes, there's good night, dear

(Ya sudah sana, selamat malam sayang) 

"Good night too" 

(Selamat malam juga ayah)

Di pesantren darussalam,

Di kamar Titah dan Kamil..

"Mas.."

"Iya sayang"

"Kira-kira kamu pergi ke jakarta jam berapa ya?", tanya Titah.

"Mungkin jam enam keretanya berangkat jam tujuh, aku kan perginya sama kamu sayang", jawab Kamil.

"Oh, aku kira pergi sendiri", kata Titah.

"Enggak mungkinlah sayang aku gak ajak kamu ke Jakarta, apa lagi kan pastinya banyak kerabat dekat mama dan ayah yang mau kenal atau ketemu kamu", sambung Kamil.

"Assalamu'alaikum", pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri memberikan salam pada Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Titah dan Kamil menjawab salam dari pak ustazFitroh dan pak ustaz Fitri.

"Sebentar ya sayang  aku lihat ada siapa di luar sana", kata Kamil.

"Iya mas..", sambung Titah.

"Assalamu'alaikum", pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri memberikan salam pada Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam, eh pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri ada apa?", tanya Kamil setelah menjawab salam dari pak ustaz Fitri dan pak ustaz Fitroh.

"Hanya memastikan saja hari ini kamu berangkat jam berapa, karena lusa kita mengadakan acara maulid nabi Muhammad kamu pulang jam berapa ya lusa?", tanya pak ustaz Fitri juga. 

"Oh insyaallah sampai jam sepuluh pak ustaz Fitri", jawab Kamil.

"Ya sudah kalau begitu saya dan saudara kembar saya pak ustaz Fitroh ke ruang makan pesantren darussalam duluan ya, assalamu'alaikum", kata pak ustaz Fitri dan memberikan salam pada Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Kamil menjawab salam dari pak ustaz Fitri.

"Mas.."

"Iya sayang.." 

"Siapa?", tanya Titah.

"Pak ustaz kembar kita sayang, pak ustaz Fitroh dan pak ustaz Fitri", jawab Kamil.

"Oh..", seru Titah.

"Oh iya sayang sebenarnya saya mau bertanya soal ini dari kemarin"

"Bertanya soal apa ya mas?", tanya Titah lagi.

"Soal pak ustadz Fitri", jawab Kamil lagi.

"Kenapa namanya seperti perempuan ya mas?", tanya Titah lagi.

"Iya sayang", jawab Kamil lagi.

"Oh itu karena mereka lahir di hari raya idul Fitri, ya kata bude sih awalnya Fitroh saja yang lahir lalu ketika beberapa menit Fitroh lahir tiba-tiba saja perutnya bude kembali mulas lalu lahir Fitri gitu mas", Titah menjelaskannya pada Kamil.

"Namanya sama seperti kakak ku yaitu kakak ipar mu yang sekarang tinggal di Arab Saudi mengurus usahanya", sambung Kamil.

"Oh.., kemarin kita nikah datang tidak mas kakakmu?", tanya Titah lagi. 

"Tidak sayang, kakak ku sedang mengurusi bisnis di Arab, jadi berhalangan untuk hadir di acara pernikahan kita, makannya aku ajak kamu ke Jakarta, karena mau ku kenal kan juga pada kakak ku", jawab Kamil menjelaskannya pada Titah. 

Jakarta 

Di rumah ayah..

"Assalamu'alaikum", Siska memberikan salam pada mama.

"Wa'alaikumussalam", mama menjawab salam dari Siska.

"Siska.."

"Iya tante, aa Kamil mana?", tanya Siska.

"Kamil ngurus pesantren dengan istrinya", jawab mama.

"Aa Kamil sudah menikah tante?", tanya Siska lagi.

"Iya, papa dan mama kamu dateng kok kemarin pas acara tunangan dan pernikahan Kamil", jawab mama lagi.

"Memangnya orang tua kamu gak kasih kabar mengenai pernikahan nya Kamil?", tanya ayah.

"Enggak om..", jawab Siska.

"Punten juragan pak Fitroh telepon"

(Permisi juragan pak Fitroh telepon), kata bibi memberitahu ayah.

"Manten, dieu.. Anjeun tulung bikinkan ngaleueut nya kanggo Siska"

(Mana, sini.. Kamu tolong bikinkan minum ya buat Siska), pinta mama.

"Muhun indung juragan"

(Iya ibu juragan), bibi melaksanakan perintah dari mama. 

                     ** 

Percakapan ayah dan a Fitroh lewat telepon.

"Assalamu'alaikum naha troh?"

(Assalamu'alaikum kenapa troh?), tanya ayah.

"Wa'alaikumussalam yah enjing abdi hoyong ka Indonesia, ayay tiasa papag henteu?"

(Wa'alaikumussalam yah besok saya mau ke Indonesia, ayah bisa jemput tidak?), tanya Fitroh juga setelah menjawab salam dari ayah.

"Insyaallah antos lamun bapa tiasa papag nya bapa papag nanging lamun henteu tiasa manawi Kamil anu papag"

(InsyaAllah nanti kalau ayah bisa jemput ya ayah jemput tapi kalau tidak bisa mungkin Kamil yang jemput), jawab ayah.

"Oh.. Kamil papag, emangnya  Kamil wangsul yah?"

(Oh.. Kamil jemput, emangnya Kamil pulang yah?), tanya Fitroh lagi.

"Muhun wangsul sami pamajikan na poe ieu,enjing nyampe nu mawi tabuh salapan,tabuh sapuluh an lah..,anjeun nyampe bandara tabuh sabaraha?"

(Iya pulang sama istrinya hari ini, besok nyampe paling jam sembilan, jam sepuluh an lah.., kamu nyampe bandara jam berapa?), tanya ayah juga.

"Tabuh hijian yah.."

(Jam satuan yah..), jawab Fitroh.

"Oh nya atos antos bapa whatsapp adi beuteung mu atawa Kamil langsung"

(Oh ya sudah nanti ayah whatsapp adik ipar mu atau Kamil langsung), kata ayah.

"Oke ayah, assalamu'alaikum", Fitroh memberikan salam pada ayah.

"Wa'alaikumussalam", ayah menjawab salam dari  Fitroh.

                     ** 

"Kenapa yah?", tanya mama.

"Itu Fitroh mau pulang dan Kamil besok juga sampai di sini", jawab ayah.

"Nyampe jam berapa yah?", tanya mama lagi.

"Kamil sekitar jam sepuluhan, Fitroh sekitar jam satuan", jawab ayah lagi.

"Ya sudah besok kita jemput Kamil sama Titah saja duluan", kata mama.

"Ya sudah", sambung ayah.

"Aku mau ikut juga dong tante, mau kenal sama istrinya aa", sambung Siska juga.

"Boleh..", seru mama.

"Boleh tapi kamu harus jaga jarak ya sama Kamil", sambung ayah lagi.

"Loh kok gitu om?", tanya Siska.

"Karena Kamil itu bukan mahram mu dan juga dia sudah beristri", jawab ayah.

"Siap om, enak saja aku di suruh jaga jarak dari aa Kamil.., aku akan rebut dia dari istrinya lihat saja nanti, ya sudah om kalau begitu aku pulang dulu ya om assalamu'alaikum", kata Siska di dalam hati dan berpamitan pada mama dan ayah, lalu Siska memberikan salam pada ayah dan mama.

"Wa'alaikumussalam", mama dan ayah menjawab salam dari Siska.

Kediri 

Di stasiun kediri..

"Pakde, bude kami pamit ya"

"Iya ngger, nduk.., hati-hati di jalan ya"

"Iya pakde"

"Dik Titah kenapa kamu pergi meninggalkan aku"

"Mas Frensky kenapa kamu tangisi mbak Titah ta mas.., aku ini istrimu, mas.."

"Tapi yang namanya cinta tidak bisa di paksa dik"

"Assalamu'alaikum", Titah dan Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah dan umi Fatimah.

"Wa'alaikumussalam", pak kyai Abdullah dan umi Fatimah menjawab salam dari Titah dan Kamil.

Keesokan harinya..

Akhirnya sampai juga di jakarta ternyata orang tua ku sudah ada di stasiun pasar senin untuk menjemput ku begitu juga dengan mantan pacarku, dia juga ada di sana, ketika aku turun dan berjalan menghampiri mereka mantan pacarku berlari ke arah kami dan memelukku, di saat dia memelukku, aku melihat Titah cemburu, ayah yang melihat Siska memelukku di depan Titah langsung menghampirinya dan juga menegurnya.

Jakarta 

Di stasiun pasar senin..

"Sayang sudah sampai Jakarta"

"Iya mas.., alhamdulillah ya mas sampai dengan selamat"

"Iya sayang, yuk turun hati-hati ya sayang"

"Kamil mana yah?", tanya mama.

"Itu..", jawab ayah menunjuk ke arah Kamil dan Titah.

"Aa Kamil.." Siska berlari dan memeluk Kamil di depan Titah.

"Mas kenapa kamu tidak menolak saat dia memelukmu", kata Titah di dalam hati saat melihat Siska memeluk Kamil.

"Keterlaluan..", kata ayah dengan marah saat melihat Siska memeluk Kamil di depan Titah.

"Yah tahan emosi ya", sambung mama.

"Tidak bisa mah, dia harus di tegur agar tidak mengulangi hal yang sama, Siska.."

"Iya om"

"Saya bilang apa kemarin ke kamu jaga jarak, dia itu bukan Kamil yang dulu"

"Maaf Siska kenapa kamu memeluk saya, saya sudah mempunyai istri, sayang maaf suamimu ini tidak mengetahuinya bahwa sebenarnya dia ingin memelukku"

"Iya mas gak apa-apa kok.."

"Jaga sopan santun mu ya"

"Iya om, maaf.."

"Assalamu'alaikum yah, mah..", Kamil dan Titah memberikan salam pada orang tuanya dan mencium tangannya juga.

"Wa'alaikumussalam", mama dan ayah menjawab salam dari Kamil dan Titah.

"Ya sudah yuk pulang"

"Yuk.."

Di rumah ayah lagi..

"Assalamu'alaikum", semua yang ada di depan rumah memberikan salam pada bi Inah.

"Wa'alaikumussalam", bi Inah menjawab salam dari semua yang ada di depan rumah.

"Sayang kenalkan ini bi Inah dan yang ini mang Jaja", Kamil memperkenalkan para abdi dalem nya pada Titah.

"Iya mas.."

"Den Kamil ini istrinya?", tanya mang Jaja.

"Iya mang, istri saya", jawab Kamil.

"Cantik ya", kata bi Inah.

"Terimakasih"

"Sama-sama den"

"Lihat saja nanti pasti aa Kamil akan kembali padaku dasar gadis kampung", kata Siska di dalam hati.

Di ruang tengah..

"Sudah mil, kamu ajak saja Titah ke kamar, istirahat", kata ayah.

"Iya yah, yuk sayang kita istirahat di kamar", sambung Kamil mengajak Titah ke kamar.

"Iya mas, kopernya", sambung Titah juga.

"Biar saya saja den", kata mang Jaja.

"Oh iya terimakasih ya mang", sambung Titah lagi.

"Iya den, sama-sama", kata mang Jaja lagi.

"Hemm dasar cewek kampungan berani-beraninya dia merebut Kamil dariku hemm, lihat saja aku akan membuat kalian berpisah untuk selama-lamanya hehe, lihat saja nanti", kata Siska yang tidak menyadari bahwa bi Inah berada di sana dan mendengar semua perkataannya.

Bi Inah yang mendengar semua perkataan dari Siska dan merekamnya langsung melaporkannya pada ayah dan bi Inah juga memberitahu ku.

Ya Allah sejujurnya saya sangat takut kehilangannya, istri saya, lindungilah keluarga kami dan rumah tangga kami dari orang-orang yang berniat tidak pada kami.

Dan setiap yang di rencanakan oleh Siska gagal, walaupun gagal dia tetap saja berusaha untuk menghancurkan rumah tangga kami serta memisahkan aku dari istriku tercinta.

Kakak ku, Fitroh membantuku menggagalkan setiap rencana yang buat Siska untukku dan istriku.

Keesokan harinya aku dan keluargaku tidak melihat Siska lagi di rumah ayah, ternyata Siska sudah mempunyai rencana lain yaitu diam-diam mengikuti ku dan istri kembali ke pesantren darussalam.

Keesokan harinya..

Masih di rumah ayah,

Di meja makan..

"Mah, yah, a, teh, sarapan", Titah baru saja selesai menyiapkan sarapan di meja makan. 

"Iya tah..", seru ayah.

"Sarapan apa hari ini?", tanya mama.

"Bubur mah, buatan ku sendiri, silahkan di coba", jawab Titah mempersilahkan ayah dan mama mencicipi sarapan yang Titah hidangkan di meja makan.

"Oh iya tah, nanti mama dan ayah cicipi", kata ayah dan mama.

"Tah, suamimu mana?", tanya Fitroh.

"Masih di kamar a, ganti baju tadi habis berenang dan mandi", jawab Titah.

"Oh..", seru Fitroh.

"Wih sarapan nya bubur nih, emm pasti enak, mama kok gak bilang-bilang sih kalau hari ini ingin membuat bubur", kata Kamil.

"Mama gak buat bubur ini kok", sambung mama.

"Masa sih, terus yang buat bubur siapa, gak mungkin bi Inah, bi Inah kan jam segini masih di pasar bersama mang Jaja", kata Kamil.

"Istrimu mil yang membuatkan sarapan untuk kita hari ini dan ini bubur buatan istrimu", sambung Fitroh.

"Sayang maaf ya mas Kamil tidak tau kalau ini adalah bubur buatan mu", kata Kamil yang meminta maaf pada Titah.

"Iya mas, tidak apa, maklum kok, ya sudah kita sarapan yuk", sambung Titah memaafkan Kamil.

"Mil besok berangkat jam berapa?", tanya Fitroh.

"Jam enam sore a..", jawab Kamil.

"Oh aa kira pagi", seru Fitroh.

"Enggak a, sore", sambung Kamil.

"Iya mil.."

"Aa sendiri kapan?", tanya Kamil. 

"Aa masih lama mil, istirahat dulu lah, masa kerja mulu", jawab Fitroh.

"Iya a.."

"Assalamu'alaikum", bi Inah memberikan salam pada semua yang ada di meja makan.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di meja makan menjawab salam dari bi Inah.

"Nah, Inah.."

"Muhun indung juragan, aya naon?"

(Iya ibu juragan, ada apa?), tanya bi Inah.

"Asak naon kanggo tuang beurang ieu?"

(Masak apa untuk makan siang ini?), tanya mama juga.

"Abdi asak sayur asem indung juragan"

(Saya masak sayur asem ibu juragan), jawab bi Inah.

"Bi boleh bantu masak gak?", tanya Titah.

"Muhun boleh atuh neng"

(Iya boleh dong neng), jawab bi Inah.

"Mas, itu..?", tanya Titah.

"Itu artinya boleh sayang..", jawab Kamil.

"Oh, terimakasih ya bi"

"Iya den sama-sama, saya permisi kebelakang indung juragan"

"Ya nah.."

"Sudah di lanjutkan lagi ya sarapannya"

"Iya yah.."

"Oh iya mama lupa, mama ingin ajak Titah hari ini ke mall belanja baju mil, kalau kamu mau ikut boleh kok, oh ya sekalian oleh-oleh untuk keluarga mu di pesantren darussalam", kata mama.

"Iya mah, aku juga kepikiran ke sana, boleh nanti cari sama-sama ya", sambung Kamil.

Di mall..

"Nah mil kamu bisa cari oleh-oleh di sini, Titah ikut mama ya kita cari baju untuk kamu", kata mama.

"Iya mah..", sambung Kamil dan Titah.

Beberapa jam kemudian..

Masih di mall.. 

"Alhamdulillah sudah dapat apa yang di cari sekarang pulang dan makan siang", kata ayah.

"Yah, gak lupa kan?", tanya mama.

"Tidak dong mah, tidak lupa, mil, tah, nanti kan ada undangan makan malam keluarga kita dengan keluarga rekan bisnis ayah ikut ya", jawab ayah dan memberitahu Kamil dan Titah kalau ada undangan makan malam.

"Iya yah..", seru Titah dan Kamil.

"Ya sudah yuk masuk mobil, tuh mobilnya sudah datang", kata a Fitroh.

Di rumah ayah,

Di meja makan lagi..

"Bi Inah, mang Jaja"

"Muhun indung juragan"

(Iya ibu juragan), jawab bi Inah dan mang Jaja.

"Ieu aya oleh-oleh kanggo aranjeun tina pamajikan na Kamil"

(Ini ada oleh-oleh untuk kalian dari istrinya Kamil), kata ayah.

"Oh muhun haturnuhun den geulis"

(Oh iya terimakasih den cantik), sambung mang Jaja.

"Muhun haturnuhun den geulis"

(Iya terimakasih den cantik), sambung bi Inah juga.

"Sama-sama mang Jaja dan bi Inah"

"Oh nya sakantenan abdi hayang wawar lamun engke anjeun ulah asak tuang wengi kanggo urang, margi urang bade mios tuan wengi di luar"

(Oh ya sekalian saya ingin memberitahu kalau nanti kamu jangan masak makan malam untuk kami, karena kami akan pergi makan malam di luar), kata ayah lagi memberitahu bi Inah.

"Oh muhun juragan"

(Oh iya juragan), sambung bi Inah lagi.

Setelah selesai makan siang bersama kami istirahat di kamar masing-masing, aku dan Titah mengepak barang kami kembali ke koper karena besok kami kembali ke pesantren darussalam.

Di kamar Kamil dan Titah..

"Sayang ini baju sudah semua?", tanya Kamil.

"Sudah mas", jawab Titah.

"Oke aku masukkan ke dalam koper ya", kata Kamil.

"Iya mas", sambung Titah.

Di restoran..

"Assalamu'alaikum pak Dani", ayah memberikan salam pada pak Dani, rekan bisnisnya.

"Wa'alaikumussalam pak Ubaidillah", pak Dani menjawab salam dari ayah.

"Silahkan duduk pak Ubaidillah", kata pak Dani yang mempersilahkan ayah dan kami untuk duduk.

"Ini pasti Kamil ya pak Ubaidillah?", tanya pak Dani.

"Iya pak Dani, ini Kamil dan yang ini adalah menantu saya, istrinya Kamil", jawab ayah memperkenalkan Titah kepada rekan bisnisnya.

Setelah makan malam bersama aku dan Titah kembali ke kamar dan keesokan harinya aku dan Titah berpamitan kepada ayah dan mama untuk pulang atau kembali ke pesantren darussalam, di kereta Titah melihat Siska, ternyata dia sudah merencanakan jauh-jauh hari dan kami satu kereta tapi beda gerbong tujuan Siska agar aku dan Titah tidak tau ataupun curiga dengan rencana Siska mengikuti aku dan Titah kembali ke pesantren darussalam.