webnovel

05 Di Vonis Mandul (Cobaan Ketiga)

Hari ini adalah cobaan berikutnya setelah aku di fitnah menodai mantan pacarku, aku di vonis mandul oleh dokter.

Kediri 

Di rumah sakit..

"Baik saya umumkan hasil tes nya, yang sebenarnya tidak bisa menghasilkan keturunan adalah dari pihak laki-laki yaitu pak Kamil", kata dokter.

"Apa dok, mana mungkin anak saya mandul ini pasti salah kan dok.., iya kan dok?", tanya mama.

"Tidak ibu benar ini hasil tes nya, silahkan lihat kalau tidak percaya", jawab dokter.

"Mas.."

"Iya sayang, hasilnya aku yang tidak bisa memberikan kamu keturunan jadi jika kamu..", kata Kamil.

"Tidak mas, Titah tidak akan minta cerai pada mas Kamil", sambung Titah.

"Kenapa, kamu gak dengar apa kata dokter aku tidak bisa memberikan keturunan untuk kamu?", tanya Kamil.

"Mas, sekarang Titah tanya ke mas Kamil kembali, bagaimana kalau Titah yang tidak bisa memberikan anak untuk mas Kamil, apakah mas Kamil tetap akan ceraikan aku?", tanya Titah juga.

"Tentu tidak Titah, aku tidak akan menceraikan kamu", jawab Kamil.

"Begitu juga dengan aku mas, aku juga tidak akan meminta cerai pada mas Kamil", jawab Titah juga.

"Tapi.."

"Kalau masalah perkataan orang biarlah mas, jangan mas Kamil dengarkan", kata Titah lagi.

Pesantren darussalam,

Di rumah pak kyai Abdullah..

"Assalamu'alaikum pak kyai", Purnomo dan Paijo memberikan salam pada pak kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam, ada apa Pur, jo..?", pak kyai Abdullah menjawab salam dari Purnomo dan Paijo, pak kyai Abdullah bertanya pada Purnomo dan Paijo.

"Wonten preman mlebet pesantren meneh pak kyai"

(Ada preman masuk pesantren lagi pak kyai), jawab Paijo.

"Lik Jo nyindir aku ya?", tanya Kamil yang merasa tersinggung oleh sindiran dari Paijo. 

"Mboten den jene Kamil, apunten menawi rumaos tersindir"

(Tidak den mas Kamil, maaf kalau merasa tersindir), jawab Paijo.

"Iya..", seru Kamil dengan kesal.

"Dimana dia?", tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Teng kantor pak kyai"

(Di kantor pak kyai), jawab Purnomo.

"Nuwun sampun kawula kesana,Titah lan panjenengan Kamil ngaso rumiyen nuwun teng kamar siro"

(Ya sudah saya kesana, Titah dan kamu Kamil istirahat dulu ya di kamar kalian), pinta pak kyai Abdullah.

"Inggih pakde"

(Iya pakde), seru Titah.

"Kamil ikut pakde saja ke kantor ya", kata Kamil.

"Ya sudah yuk, nduk..", sambung pak kyai Abdullah.

"Inggih pakde"

(Iya pakde), seru Titah lagi.

"Assalamu'alaikum", pak kyai Abdullah, Kamil, Purnomo,dan Paijo memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Kamil, Purnomo, Paijo, dan pak kyai Abdullah.

Di kantor pak kyai Abdullah..

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", pak kyai Abdullah memberikan salam pada Rio dan tantenya.

"Wa'alaikumussalam", Rio dan tante Rio menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

"Pak kyai"

"Inggih"

(Iya), jawab pak kyai Abdullah.

"Pak tolong keponakan saya ya, bimbing dia di pesantren ini tentang ilmu agama", pinta tante Rio.

"Baik bu", sambung pak kyai Abdullah.

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada pak kyai Abdullah, Rio, dan tante Rio.

"Wa'alaikumussalam", pak kyai Abdullah, Rio, dan tante Rio menjawab salam dari Kamil.

"Kamil..", tante Rio memanggil Kamil.

"Tante..", sambung Kamil.

"Kamu kenal ngger?", tanya pak kyai Abdullah.

"Iya pakde, tantenya teman saya di kampus dulu", jawab Kamil.

"Oh jadi dia selama ini di pesantren ini pantas tidak pernah kelihatan lagi di kampus, akhirnya kita bertemu kembali musuh bebuyutan ku", kata Rio di dalam hati.

Di waktu itu jujur aku merasa takut sekali kalau Titah kenal dengan Rio, lalu Rio mengambil Titah dari ku karena keadaan ku saat ini.

"Hai Rio selamat datang di pondok pesantren darussalam semoga kamu betah di sini", kata Kamil.

"Iya..", seru Rio.

Kemudian Titah datang untuk membawakan minum dan cemilan untuk tamu, Rio melihat Titah, rupanya Rio belum tau kalau Titah itu adalah istriku dan mengetahui keadaan ku saat ini juga.

Masih di kantor pak kyai Abdullah..

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada semua orang yang ada di kantor pak kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di kantor pak kyai Abdullah menjawab salam dari Titah.

"Nak kok kamu?", tanya pak kyai Abdullah.

"Emm cantik juga, Hai boleh kenalan?", tanya Rio juga.

"Astaghfirullahalazim, mas jaga sopan santun mu, ini istri dari mas Kamil keponakan nya pak kyai", kata Paijo.

"Iya boleh, saya Titah..", jawab Titah.

"Kenapa kok gak mau salaman dengan saya sombong banget", kata Rio.

"Maaf mas saya dan anda bukan mahram, saya sudah bersuami, permisi semua assalamu'alaikum", sambung Titah yang pergi memberikan salam pada semua yang ada di kantor pak kyai Abdullah.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di kantor pak kyai Abdullah menjawab salam dari Titah.

"Aku akan rebut istri kamu darimu mil..", kata Rio dalam hati lagi.

Di kamar Titah dan Kamil..

"Assalamu'alaikum", pak kyai Abdullah memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam pakde, ada apa?", tanya Titah setelah menjawab salam dari pak kyai Abdullah.

"Pakde mau kasih rumah untuk kalian berdua dan kamar ini bisa di pakai oleh santri yang baru, kalau menurut kamu bagaimana nduk?", tanya pak kyai Abdullah juga setelah menjawab pertanyaan dari Titah.

"Kalau Titah sih terserah mas Kamil saja pakde", jawab Titah.

"Piye ngger?"

(Bagaimana nak?), tanya pak kyai Abdullah lagi.

"Boleh pakde, saya setuju sudah saatnya aku dan Titah mandiri", jawab Kamil.

"Jo, Pur.."

"Inggih pak kyai"

(Iya pak kyai), jawab Paijo dan Purnomo.

"Sekarang kalian berdua adalah abdi dalemnya Kamil dan Titah, dan mulai sekarang kamu bisa mengabdi sepenuhnya pada Titah dan juga Kamil sama seperti kalian berdua mengabdi pada ku", kata pak kyai Abdullah.

"Oh inggih pak kyai"

(Oh iya pak kyai), sambung Paijo .

"Ya sudah bantu mereka pindah rumah ya", kata pak kyai Abdullah lagi.

"Inggih pak kyai"

(Iya pak kyai), sambung Purnomo.

Di rumah ku..

"Lik, sudah istirahat saja, besok lagi lanjutkan bebenah rumahnya", pinta Kamil.

"Siap den mas", Paijo dan Purnomo melaksanakan perintah dari Kamil.

"Istriku, kamu tidur juga ya sayang", pinta Kamil lagi.

"Inggih mas.."

(Iya mas..), Titah melaksanakan perintah dari suaminya.

Dua bulan kemudian..

Aku mendengar Titah muntah-muntah di kamar mandi aku pun cemas takut terjadi apa-apa dengannya lalu aku langsung saja masuk ke dalam kamar mandi yang sebelumnya aku tidak mengetahui bahwa Titah sedang menyembunyikan tespek di tempat odol dan sikat gigi ternyata istriku hamil lalu aku berfikir sejenak sebelum berburuk sangka kemudian aku ke kamar untuk melihat hp Titah, ternyata ada panggilan tak terjawab banyak sekali dari Rio.

Di meja makan..

"Mas sarapannya sudah siap, ngajar jam berapa nanti?", tanya Titah.

"Jam delapan sayang", jawab Kamil.

"Oh..", seru Titah.

"Kita sarapan bareng yuk", ajak Kamil.

"Duh kok mual lagi ya, mas saja duluan nanti saya bisa bareng lik jo dan lik Pur kok..", Titah menolak permintaan Kamil karena mual. 

"Oh ya sudah..", sambung Kamil.

Di kamar mandi..

"Untung saya sudah membeli tespek", kata Titah.

Di meja makan lagi..

"Cah ayu mana den mas Kamil?", tanya Purnomo.

"Di kamar mandi", jawab Kamil.

"Kok uwek uwek ta..", kata Paijo yang mendengar Titah muntah-muntah di kamar mandi.

"Iya benar, ya sudah aku ke sana dulu deh..", sambung Kamil.

Di depan kamar mandi..

"Sayang.."

"Iya mas", jawab Titah.

"Kamu kenapa kok muntah-muntah?", tanya Kamil.

"Gak kenapa-kenapa kok mas, palingan cuma masuk angin doang", jawab Titah.

"Oh..", seru Kamil.

"Inggih.."

(Iya..), sambung Titah.

"Ya sudah kamu istirahat gih", pinta Kamil.

"Iya mas, nanti saya akan istirahat", sambung Titah.

"Lik Pur..", Kamil memanggil Purnomo.

"Inggih den mas"

(Iya den mas), jawab Purnomo.

"Bawa istriku ke kamar ya", pinta Kamil lagi. 

"Siap den mas", Purnomo melaksanakan perintah dari Kamil.

Di kamar Titah dan Kamil..

"Cah ayu" 

(Anak cantik) 

"Inggih lik"

(Iya lik), jawab Titah.

"Wonten ingkang telpon nuwun diangkat"

(Ada yang telepon ya diangkat), kata Purnomo memberitahu Titah kalau hpnya bunyi.

"Cobi mriki kawula mriksa"

(Coba sini saya lihat), Titah minta di ambilkan hpnya pada Paijo.

"Cah ayu menika sarapanne teng utus sarapan rumiyen sami den jene Kamil"

(Anak cantik ini sarapannya di suruh sarapan dulu sama den mas Kamil), kata Paijo.

"Maturnuwun nggih lik"

(Terimakasih ya lik), sambung Titah.

"Sami-sami cah ayu"

(Sama-sama anak cantik), kata Paijo lagi.

"Sinten cah ayu ingkang menelepon?"

(Siapa anak cantik yang menelepon?), tanya Paijo.

"Menika rencang pun jene Kamil,ora tau punapa teleponin aku lajeng saking wingi"

(Ini teman nya mas Kamil, gak tau kenapa teleponin aku terus dari kemarin), jawab Titah.

"Nggih ing entas kamawon cah ayu bokmenawi enten ingkang wigati "

(Ya diangkat saja anak cantik mungkin ada yang penting), saran Paijo.

"Kawula mboten saged mengangkat pun mbasi punika wigatos,dados dinengaken kemawon lik"

(Saya tidak bisa mengangkat nya walaupun itu penting, jadi dibiarkan saja lik), sambung Titah.

"Nuwun sampun cah ayu dhahar rumiyen nuwun" 

(Ya sudah anak cantik makan dulu ya), kaya Paijo.

"Inggih lik.."

(Iya lik..), seru Titah.

Di meja makan lagi..

"Hah.., emm baunya, sikat gigi dulu deh", kata Kamil.

Di kamar mandi lagi..

"Ini sikat gigi nya odol nya, yah jatuh lagi.., ini tespek siapa?, apa ini tespek Titah ya tapikan aku di vonis mandul, lalu anak siapa yang Titah kandung itu?, gua harus cari tau coba gua cek hp nya Titah", Kamil bertanya-tanya sendiri saat menemukan tespek di kamar mandi.

Di kamar Titah dan Kamil lagi..

"Sampun lik"

(Sudah lik), Titah memberikan piring pada Paijo.

"Menika cah ayu usadane teng unjuk"

(Ini anak cantik obatnya di minum), Purnomo memberikan obat pada Titah.

"Lik.."

"Nggih cah ayu"

(Ya anak cantik), jawab Paijo.

"Kawula kresa cerios"

(Saya mau cerita), kata Titah.

"Cerios punapa?"

(Cerita apa?), tanya Purnomo.

"Cerios kemawon cah ayu"

(Cerita saja anak cantik), kata Paijo.

"Aku mbobot lik, tapikan pundi bokmenawi saged jene Kamil sampun di vonis mandul dening dokter kalih wulan ingkang terlewat"

(Aku hamil lik, tapikan mana mungkin bisa mas Kamil sudah di vonis mandul oleh dokter dua bulan yang lalu), kata Titah lagi.

"Cah ayu ora ono ingkang mboten bokmenawi salebetipun cah ayu lan den jene Kamil pitados mawi ndekataken salira wonten gusti Alloh mawi kiyat berdoa kagem dikek i turunan mesti dikabulaken lan menika yektosne cah ayu"

(Anak cantik tidak ada yang tidak mungkin selama anak cantik dan den mas Kamil percaya serta mendekatkan diri pada gusti Alloh serta kuat berdoa untuk dikasih keturunan pasti dikabulkan dan ini buktinya anak cantik), sambung Paijo.

"Nuwun aku ngertos lik maksute siro punika kados punapa,ingkang kawula takuti yakni jene Kamil berfikiran negatif soal putra ingkang nembe ka1wula kandung menika loh,sawetawis kawula punika mboten nate bersentuhan dening laki-laki benten kajawi kaliyan panjenenganipun suamiku piyambak"

(Iya aku paham lik maksudnya kalian itu seperti apa, yang saya takuti adalah mas Kamil berfikiran negatif soal anak yang sedang saya kandung ini loh, sementara saya itu tidak pernah bersentuhan oleh laki-laki lain kecuali dengan dia suamiku sendiri), kata Titah lagi.

"Menawi punika ngantos kedadosan kersanipun kawula ingkang bantu njelasaken wonten den jene Kamil, cah ayu"

(Kalau itu sampai terjadi biar saya yang bantu menjelaskan pada den mas Kamil, anak cantik), sambung Purnomo lagi.

"Benar lik?", tanya Titah.

"Inggih cah ayu"

(Iya anak cantik), jawab Purnomo.

"Terimakasih ya lik", kata Titah mengucapkan terimakasih pada Purnomo.

"Sami-sami cah ayu"

(Sama-sama anak cantik), sambung Purnomo.

"Nuwun sampun sakmenika cah ayu sebaike ngaso, Pur yuk kita miyos"

(Ya sudah sekarang anak cantik sebaiknya istirahat, Pur yuk kita keluar), ajak Paijo.

"Yo hayuk..", sambung Purnomo.

Di meja makan lagi..

"Den mas sudah berangkat?", tanya Purnomo.

"Belum Pur..", jawab Paijo.

"Belum darimana nya jo sok tau kamu, buktinya den mas sudah tidak ada di meja makan gitu loh", kata Purnomo.

"Di belakangmu loh Pur..", sambung Paijo.

"Mana?", tanya Purnomo lagi.

"Coba kamu lihat kebelakang mu", jawab Paijo lagi.

"Ma.., eh den mas.."

"Em.."

"Aku pergi ngajar ya lik", Kamil berpamitan pada Paijo dan Purnomo.

"Nggih den mas.."

(Ya den mas..), sambung Paijo dan Purnomo.

Di kamar Titah dan Kamil lagi..

"Gua harus ngecek isi hpnya"

"Mas Kamil belum berangkat?", tanya Titah.

"Ini mau berangkat, sayang pinjam hp kamu dong..", jawab Kamil meminjam hp Titah.

"Oh iya, ini mas hpku", Titah memberikan hpnya pada Kamil.

"Ternyata benar dugaan ku, emm sayang aku pinjam buat menelepon mama ya pulsa ku habis", kata Kamil di dalam hati dan Kamil yang masih meminjam hp istrinya.

"Oh iya silahkan mas", Titah masih meminjamkan hpnya.

"Lihat saja Rio apa yang akan aku perbuat padamu, ya sudah sayang aku berangkat assalamu'alaikum", kata Kamil yang mengembalikan hpnya pada Titah dan Kamil pun berpamitan serta memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Kamil.

Di kelas bahasa Arab.. 

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada semua santiwan di kelas.

"Wa'alaikumussalam pak ustaz Kamil", semua santriwan menjawab salam dari Kamil.

"Rio saya minta waktu anda sebentar di luar bisa?", tanya Kamil.

"Bisa pak ustaz", jawab Rio.

Di luar kelas bahasa Arab.. 

"Van.."

"Inggih jene"

(Iya mas), jawab Rivan.

"Kamu kapan melamar gadis aceh mu itu?", tanya Frensky.

"Secepatnya mas..", jawab Rivan.

"Bagus.., itu Rio sama Kamil kan, ngapain mereka di luar kelas?", tanya Frensky lagi.

"Mas kaya nya mereka mau ribut lagi deh seperti soal kemarin yang hpnya Titah dia pinjam", jawab Rivan lagi.

"Wah gawat ini", kata Frensky.

"Eh maksudnya lu tuh apa haa teleponin bini orang dari kemarin?", tanya Kamil.

"Wah benar mas..", sambung Rivan.

"Lapor pak kyai ayo, van..", ajak Frensky.

"Yuk..", sambung Rivan.

"Kalau gua suka sama bini lu kenapa?", tanya Rio.

"Hmmm.., elu sudah berbuat apa saja sama bini gua kemarin?", tanya Kamil lagi.

"Ya lu fikir saja sendiri", jawab Rio.

"Keterlaluan..", Kamil memukul Rio. 

"Assalamu'alaikum ngger, ada apa ini?", tanya pak kyai Abdullah.

"Saya tidak terima pakde, istri saya yaitu keponakan pakde sendiri sudah berzinah dengan Rio, santriwan di sini hingga dia hamil karena saya tidak bisa memberikannya keturunan pakde", jawab Kamil.

"Astaghfirullahalazim"

"Ngger.., jangan berfikir buruk itu fitnah setan ngger untuk menguji cinta kalian berdua, coba kamu panggil Titah kemari van, ky", pinta pak kyai Abdullah.

"Siap pak Kyai", Frensky dan Rivan melaksanakan perintah dari pak kyai Abdullah.

Di rumah Titah dan Kamil..

"Assalamu'alaikum", Frensky dan Rivan memberikan salam pada Paijo dan Purnomo.

"Wa'alaikumussalam", Paijo dan Purnomo menjawab salam dari Frensky dan Rivan.

"Titah mana lik?", tanya Rivan.

"Di dalam", jawab Paijo.

"Ada apa mas mencari saya?", tanya Titah.

"Dik Titah dipanggil sama pak kyai untuk menghadap", jawab Frensky.

"Oh ya bilang ke pakde nanti saya datang", kata Titah.

Titah pun menjelaskan bahwa dia tidak ada hubungan apa-apa dengan Rio, tapi aku tetap tidak percaya sama apa yang dia ungkapan sampai akhirnya Titah benar-benar pergi menyusul ibu mertuaku, ibunya yang tinggal di London setelah ayahnya meninggal dunia.

Lalu salah satu orang dari pihak rumah sakit yang datang kerumah kemudian menjelaskan bahwa aku tidak mandul & hasil lab kemarin tertukar, aku pun bergegas menuju bandara untuk menghentikan niat Titah meninggalkan ku ke London.

Di bandara.. 

"Titah..", Kamil menghentikan langkah Titah. 

"Mas Kamil..", Titah berbalik melihat Kamil. 

"Titah, istriku, bidadari surgaku, ku mohon jangan pergi, aku sudah tau semuanya kalau ini, anak yang kamu kandung adalah anak aku, dan kamu tau apa sayang semuanya sudah terbukti kalau aku tidak mandul, dan hasil dari rumah sakit ternyata tertukar oleh pasien lain", Kamil menjelaskannya pada Titah dan mencegah Titah untuk tidak pergi menyusul ibu ke luar negeri (London).

"Iya mas, aku mau ikut kamu pulang dan aku tidak pergi meninggalkan kamu", Titah tidak jadi pergi ke rumah ibunya ke London. 

"Terimakasih ya sayang untuk tidak pergi jauh dariku", kata Kamil. 

"Iya mas..", seru Titah. 

Aku dan pak kyai Abdullah akhirnya membawa istriku kembali ke pesantren darussalam. 

Dan keesokan harinya aku dan Titah pergi ke rumah sakit untuk mengecek kandungannya bersama umi Fatimah. 

Ternyata mama tau dari pak kyai Abdullah soal kehamilan Titah, mama dan keluarga ku juga senang mendengar kehamilan Titah. 

Keesokan harinya.. 

Kediri 

Pesantren darussalam, 

Di rumah pak kyai Abdullah, 

Di meja makan.. 

"Mi.." 

"Inggih abi, enten menapa?" 

(Iya abi, ada apa?), tanya umi Fatimah. 

"Tolong siapkan kamar untuk mertuanya Titah, karena sebentar lagi mertuanya Titah sampai ke pesantren darussalam, abi juga sudah mengabarkan mertuanya Titah kemarin", jawab pak kyai Abdullah. 

"Iya abi, nanti umi siapkan kamar untuk mereka sebelum umi, Kamil, dan Titah ke rumah sakit"