webnovel

unSpoken

Hanny_One · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
42 Chs

BAB 37 : Hati Yang Terluka

BAB 37 : Hati yang Terluka

alvin pulang dengan wajah yang lebih baik hari ini. bukan hanya wajah yang baik tapi juga suasana hati yang lebih baik. ada perasaan lega pada hati nya setelah mendengar penjelasandari marcello tadi siang. Dia juga merasa lega saat mengetahui marcello tidak sedang bermain dengan liana. Walaupun tidak dipungkiri bahwa Alvin menyimpan rasa ntuk liana,dan merasa patah hati atas hal ini,tapi dia seorang laki-laki yang penuh prinsip. Dia tida akan menganggu hubungan ini, liana sudah memutuskan untuk bersama marcello. Jadi ini waktunya mundur. Dan lagi dia sudah pernah menyatakan pada liana bahwa dia akan menyetujui segala keputusan nya,dia akan merestui pilihan hati liana.

"ada apa ini? anak mama Nampak cerah kali ini." ibu Nia menegur Alvin yang berjalan kedapur dengan bersiul.

"sepertinya suasana hati kamu mulai membaik ya?" ayah nya ikut menyapa

Alvin hanya membalas dengan senyum merekah,membenarkan tebakan kedua orang tua nya. ia mengambil tempat duduk dimeja makan tepat disebalah ayah nya.

"ini baru anak mama, ceria dan bersemangat" ibu nia menepuk pundak Alvin.

"maaf ya ma,beberapa hari ini buat mama khawatir." Alvin mengengam tangan ibu nia "Alvin,lagi banyak pikiran kemarin"

"iya,nga papa. Mama ngerti." Ibu Nia memandang Alvin dengan penuh kasih

"mana reyhan?" tanya Alvin saat menyadari sedari tadi dia tidak melihat adik nya itu.

"mungkin masih dikamar,dia tadi siang hujan-hujanan,mama rasa dia nga enak badan deh."

"makan malam nya mau diantar kekamar aja ma atau mau papa pangilkan dia. Dari tadi nga keluar kamar dia nya"

"nanti mama aja yang pangil,papa makan aja"

ibu Nia melangkah kearah kamar reyhan diatas,baru saja kakinya menaiki dua anak tangan,sosok reyhan sudah muncul. Wajahnya terlihat pucat. Beberapa kali ia bersin.

"kamu nga papa nak?" ibu Nia Nampak khawatir,tangan nya menyentuh dahi reyhan.

"kamu demam sayang"

"nga papa ma, nanti juga reda kalo udah makan dan minum obat" reyhan menenangkan.

"ya udah,kalo gitu ayo makan. Biar kamu cepat minum obat dan istirahat" ibu Nia menarik tangan reyhan kemeja makan dengan cepat.

Avin memandang keadaan reyhan dengan setengah curiga. Dia menerka ini ada hubungan nya dengan cerita nya tentang liana pagi tadi. Seperti nya bukan tanpa sengaja reyhan hujan-hujanan tadi siang. Alvin tau diantara mereka reyhan lah yang paling menyukai liana. Tanpa berkata-kata pun dia sudah mampu membaca tingkah adik nya itu selama ini yang over proteksi kepada liana.

"ma,tahu nga tadi siang liana datang kerumah sakit" Alvin membuka suara

"hah? Buat apa? Apa dia sakit?" ibu Nia terkejut

"nga ma,nga sakit. Dia Cuma nemui aku" Alvin melirik kearah reyhan yang memandang nya dengan penuh pertanyaan.

"buat apa nemui kaka?" ayahnya ikut penasaran

"liana ingin menjalani terapi, aku rasa kini dia memutuskan untuk sembuh" Alvin mengatakan nya dengan jelas.

mereka berempat saling bertukar pandang,ada kilatan bahagia dari mata ibu Nia. Dia senang dengan kabar yang ia dengar. Mereka tahu masalah liana. Tapi tidak pernah mengubrisnya,karena hal itu tentang pribadi liana dan takut membuat liana tersinggung.

"syukurlah,mama senang sekali"

"tapi kenapa sekarang dia sendiri yang datang,padahal selama ini kaka kan sudah membujuk nya tapi dia selalu menolak" pertanyaan itu muncul dari ayah Alvin yang merasa sedikit penasaran dengan keputusan liana.

"ada seseorang yang berhasil membujuk nya yah," Alvin mengatakan nya dengan memandang reyhan yang masih terdiam terpaku mendengarkan.

"siapa?" ibu Nia memajukan badannya,Nampak sangat penasaran.

"ibu tahu pengusaha muda yang sering diberitakan Marcello Ardaninatta?"

"tau, dia kan pemilik perusahaan tempat liana bekerja. tapi apa hubungannya dengan liana?" ibu Nia Nampak binggung.

"dia punya hubungan khusus dengan liana" lagi-lagi Alvin memperhatikan ekspresi reyhan

"apa?" ibu Nia menutup mulutnya terkejut

"yang benar?" tanya ayah Alvin sama tidak percayanya

Alvin meangguk ringan.

"hubungan khusus seperti apa?" ayahnya kembali bertanya

"mereka sedang berpacaran sekarang. Dan sepertinya kehadiran marcello memberi dampak baik untuk liana,dia mampu membuat liana datang sendiri untuk memulai terapi. Liana juga Nampak berbeda dia terlihat lebih ceria dan bahagia,dia menjadi lebih terbuka. Dan dari info yang aku dengar dari mulut marcel secara langsung bahwa saat liana bersama nya dia berbicara secara normal."

wajah ibu Nia makin terkejut,bukan hanya dia reyhan dan Ayah nya pun juga. Mereka Nampak tidak percaya dengan ini semua. Sedangkan hati reyhan terasa makin sakit,dia kecewa kenapa tidak dengan nya liana seterbuka itu. kenapa tidak nya yang sudah mengenalnya sedari kecil dia berbicara dan membuka diri. Kenapa malah dengan orang yang baru saja dikenal dia mampu dan bisa seperti ini.

"liana juga terlihat baik-baik saja walaupun baru bertemu dengan ibu Nara. padahal aku takut dia akan syok dan menjadi tidak terkendali. Tapi nyatanya dia baik-baik saja. Tentu ini tidak lepas dari peran marcello"

"kapan ibu Nara kembali dan menemui liana?" ibu Nia memang tidak tahu bahwa liana sudah bertemu kembali dengan ibu nya. reyhan Alvin dan ayah memang sengaja tidak menceritakan hal ini.

"senin kemaren dia datang,dan pulang sabtu tadi" Alvin menjawab tenang.

"oh…," ibu Nia menunduk. Dia berencana akan memaki ibu Nara mengantikan liana jika dia bertemu dengan sosok wanita itu. tapi dia merasa lega liana baik-baik saja walaupun sudah menemui wanita yang sudah membuang nya itu.

"berarti liana nga akan jadi anak mama benaran dong,karena dia tidak akan menikah dengan salah satu dari kalian" ibu Nia meanggak kepala memandang kedua putranya bergantian dengan ekspresi sedih.

"iya,ya ma." Ayah ikut bersedih menyadari hal itu,"habis kalian berdua ini lamban,kan udah ayah bilang cepat lamar liana. Terserah siapa diantara kalian yang lebih dulu." Ayah Nampak menaikan nada nya.

"ayah jangan marah" Alvin merangkul pundak ayahnya.

"biar pun liana tidak menikahi salah satu dari kami,bukan kah liana sudah punya ikatan sebagai keluarga kita" Alvin menghibur. "yakan ma" mengengam tangan ibu nya.

keduanya Nampak bersunggut dan merengut.

"nanti Alvin carikan menantu yang nga kalah cantik deh dari liana, dan yang pasti juga harus sayang sama kalian" Alvin membujuk.

"tahun ini ya,harus tahun ini. mama pingin gendong cucu. Anak abang mu kan udah pada besar,nga bisa digendong-gendong lagi"

"iya benar" ayah ikut menyahut

"iya-iya"

tawa bahagia pecah. Suasana berlalu dengan hangat. Tapi reyhan masih diam seribu bahasa. Wajah nya Nampak lesu. Tatapan nya dingin,rona mukanya makin pucat.

"ma,aku selesai. Aku duluan ya, mau istirahat" reyhan berdiri dan melangkah pergi dari meja makan.

. . .

malam makin pekat,hujan kembali menguyur dengan deras. Reyhan berada didalam selimutnya,matanya belum juga terpejam. Pikiran nya masih melayang. Kegelisahan hati nya makin memuncak. Dia beranjang,mengambil jaket dan kunci motornya. Kepalanya terasa berputar,suhu tubuhnya juga makin tinggi. Tapi rasa sakit itu tidak digubrisnya.

dia keluar rumah tanpa pamit. Menaiki motornya,melaju ditengah hujan dan jalan yang sepi. Dia mengarahkan motornya menuju rumah liana. Dia tidak berpikir tentang kondisi tubuhnya saat ini,yang dia tahu bahwa dia sangat ingin bertemu liana,ingin memandang wajah nya.