webnovel

unSpoken

Hanny_One · Teen
Not enough ratings
42 Chs

BAB 36: Terapi Pertama

siang itu hujan menguyur dengan cukup deras. Liana berada diluar gedung kantor tempat kerjanya. dia sedang memesan taksi online. dia tidak ingin kehilangan kali pertama terapinya. mobil Mercedes Benz menepi berhenti tepat didepan Liana. sudah tertebak siapa pemiliknya. tidak lain dan tidak bukan Marcello.

Marcello keluar dengan sebuah payung. dia menjemput Liana sendiri. tidak perduli dengan pandagan karyawan-karyawan nya yang lain. padahal selama ini dia tidak ingin menunjukkan hubungan mereka karena dia takut Liana akan merasa tidak nyaman dikantor. tapi kali ini rasa cemburunya lebih besar dari harga diri nya.

Liana masih terpaku,tidak menyangka Marcello seberani ini.

"ayo,aku antar" Marcello menggenggam tangan Liana. menuntun nya masuk kedalam mobil.

"aku bisa sendiri,aku sudah memesan taksi ..."

"za,jalan" Marcello tidak mendengarkan penolakan Liana.

"kakak,jika seperti ini semua orang akan tahu"

"tidak apa. biarkan mereka tahu kalo aku tergila-gila pada kamu" Marcello menjawab santai.

"ini akan menjadi gosip hot nanti,dan tidak akan mereda dengan cepat" Liana menutup wajahnya membayangkan apa yang akan terjadi.

"kamu semalu itu menjadi kekasih ku? padahal banyak wanita yang berharap berada diposisi mu. bahkan mereka berjuang dengan segala cara hanya untuk menarik perhatian ku" Marcello menyombongkan diri.

"itu mereka bukan aku" Liana menjawab lesu.

"ya kamu benar. karena disini aku yang berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan mu,Liana." Marcello menarik dagu Liana," aku yang tergila-gila pada mu" wajah Marcello mendekat.

"ehem!" Reza berdehem dengan keras, menghentikan niat Marcello.

. . .

Tok..Tok..Tok..

"masuk" Alvin menjawab dari balik mejanya. berniat meminum air mineral didekat nya.

Liana melambaikan tangan.

"uhuk uhuk" Alvin tersedak.

"kakak,tidak apa?" Liana mendekat dan nampak khawatir.

Alvin melambaikan tangan,mengatakan bahwa dia tidak apa-apa.

"kamu,sedang apa disini?" Alvin bertanya ramah.

Liana nampak malu-malu,"Mmm...",Liana memainkan jari tangan nya.

Alvin memajukan badannya ke depan. memangku wajahnya dengan tangan. menanti jawaban Liana.

"aku datang sebagai pasien" isyarat tangan.

Alvin sedikit terkejut.

"aku ingin kakak menjadi terapis ku" isyarat tangan. Liana kembali memainkan jari tangannya.

"benarkah?" Alvin merekah kan senyum,menyadari Liana merasa gugup sekarang.

Liana meangguk.

"aku senang akhirnya kamu datang sendiri." Alvin sudah dari dulu menawarkan Liana hal ini,dan merekomendasikan dokter-dokter kenalan nya tapi dia selalu menolak,dan beberapa kali Alvin mencoba menerapi nya sendiri tapi yang terjadi malah Liana histeris dan terlihat tersakiti.

"ini pilihan Liana sendiri,itu artinya Liana siap untuk melakukan pengobatan ini. aku senang, sungguh senang untuk Liana" Alvin benar-benar merasa bersyukur atas keadaan Liana yang mau membuka dirinya.

"jadi Kaka mau membantu kan?" isyarat tangan.

"tentu saja" Alvin menjawab dengan mantap.

mereka memulai kali pertama itu dengan santai. Alvin juga memberi Liana kesempatan untuk menceritakan kepada nya tentang beberapa waktu ini. alvin benar-benar menikmati waktu ini. dia menjalankan tugas nya sebagai seorang dokter,tidak menempatkan diri nya sebagai seorang yang dekat mengenal Liana.

Alvin melupakan pertanyaan yang sudah disiapkan nya untuk Liana. dia mengantar Liana keluar.

"pulang sendiri?"

Liana menggeleng ringan.

"sama siapa?" Alvin tiba-tiba menjadi penasaran.

Liana menunjuk Marcello yang sedang duduk di bangku tunggu diluar ruangan.

"oh..." Alvin menyembunyikan rasa terkejutnya.

'lagi-lagi dia. aku rasa mereka benar-benar ada hubungan special' batin Alvin. dia mengepalkan tangan nya.

"sudah selesai?" Marcello berdiri menghampiri.

Liana meangguk

Marcello menatap Alvin, mengulurkan tangan nya

"apa kabar ?" dengan ramah Marcel menyapa.

"baik" Alvin tersenyum ramah.

"bagaimana konsultasi nya?" Marcello bertanya pada Liana,dengan nada rendah dan begitu lembut.

"berjalan lancar" isyarat tangan.

"mau makan siang dulu"ajak Marcello

Liana meangguk lalu meminta Alvin ikut. Alvin mengiyakan. akhirnya ke tiga nya pergi bersama makan didekat rumah sakit. Alvin mencari kesempatan untuk menanyakan hubungan keduanya.

Liana pergi kekamar mandi beberapa saat sebelum makanan yang mereka pesan datang.

"kalian pacaran?"

Marcello memandang Alvin tenang, lalu memberi anggukan kecil.

"berapa lama?"

"baru beberapa Minggu ini"

"jadi kemaren pagi saat aku datang berkunjung kamu sedang bermalam di rumah nya?"

"iya,aku bermalam disana" Marcello menjawab santai,sambil membaca ekspresi wajah Alvin.

Alvin nampak tertunduk lesu.

'aku rasa mereka yang seperti ku sangka kan' batin Alvin. dia menyiapkan hati untuk kemungkinan terburuk.

"tapi kami tidak seperti yang kamu pikirkan kan" marcello merasa risih dengan pemikiran Alvin,dia memutuskan untuk menjelaskan menghentikan permainan ini, dia tidak ingin Liana dipandang buruk.

"aku terpaksa menginap malam itu,karena supir ku tidak bisa menjemput. tidak ada yang terjadi antara aku dan Liana. dia bukan wanita seperti itu"

Alvin berhembus lega,

"ya,Liana bukan wanita seperti itu"

. . .

Reyhan berada didepan rumah liana. dia duduk diatas motornya sambil memandang ke arah pintu. seakan berharap akan ada sosok Liana keluar menyambut dengan senyum nya. padahal dia tahu ini jam kantor,dan hari ini bukan hari libur bagaimana bisa Liana masih berada dirumahnya nya saat ini. tapi dia disana termenung hampir satu jam. tidak beranjak sedikit pun ditengah guyuran hujan yang mulai mereda,tertinggal gerimis.

'liana seandainya apa yang dibicarakan Abang benar adanya, apa yang harus aku lakukan? aku yakin kamu tidak akan berbuat hal yang seperti itu. aku yakin! sungguh yakin. Tapi bukan itu yang menjadi ketakutan ku Liana. aku takut kehilanganmu. aku takut saat mendengar ada laki-laki lain selain aku dan Abang yang kini berada disisi mu. aku takut dengan perasaan ku. aku terbiasa bersama mu, dan aku berharap ini akan berlangsung selamanya. aku ingin menghabiskan sisa hidup ku dengan mu. tidak kah kau merasakan selama ini perasaan ku? atau kah hanya aku yang memiliki rasa ini? Liana aku sungguh menyesal tidak mengatakan nya, padahal waktu kita bersama begitu panjang dan banyak kesempatan untuk mengatakannya. tapi aku tidak mengambil kesempatan itu. aku sungguh menyesal Liana.' batin Reyhan berkecamuk.

'liana, seandainya laki-laki ini hanya bermain dan memanfaatkan mu,aku tidak akan tinggal diam. aku akan maju sebagai tameng. aku tidak bisa melihat mu patah hati. cukup lah mama mu itu saja yang meninggal kan luka. jangan ada yang lain. Liana, selama ini bukan kah aku yang selalu maju melindungi mu? bukan kah aku yang selalu ada untukmu? bukan kah aku tempat kepala mu tersandar? apakah masa itu tidak akan ada lagi? aku takut. sungguh takut.'

Reyhan menyadari bahwa perasaan nya bukan sekedarnya saja pada sosok Liana. perasaan nya tidak lah kecil seperti sangka nya selama ini. dia merasakan ketakutan pada hati nya. dia tahu dan menyadari perasaan nya ini mulai tumbuh semenjak kecil. tapi dia tidak menggubris nya. karena dia merasa Liana tidak akan jauh dari dia sampai kapan pun. jadi tidak perlu ada kata-kata ' aku menyukai mu' pun Liana memang sudah menjadi milik nya. tidak perlu ada ikatan yang terproklamir pun Liana sudah dekat dengan nya.