webnovel

unSpoken

Hanny_One · Teen
Not enough ratings
42 Chs

BAB 38 : siapa aku untuk mu?

BAB 38 : Siapa Aku Untuk Mu?

Tok … Tok … Tok …

suara hujan yang lebat meredam suara yang lain. Liana yang berada dikamar nya Nampak sudah terlelap. Dia tidak mendengar suara ketokan pada pintu dan juga suara reyhan yang sedari tadi memangilnya diluar.

reyhan masih bertahan disana,didepan pintu. Walaupun tubuhnya menggigil kedinginan dan kepalanya makin berat. Pandangan nya mulai berkunang-kunang. Dia duduk teras,punggung nya tersandar pada pintu. Dia berusaha mempertahan kan kesadaran nya. dia kembali menekan nomor liana pada ponselnya. Berusaha menghubungi nya didalam. entah sudah panggilan yang ke berapa puluh itu.

dengan sabar dia mendengarkan bunyi telepon tersambung diseberang sana. sampai akhirnya suara yang dia tunggu muncul terdengar. hatinya sungguh bahagia akhirnya liana meangkat panggilan nya.

'tok' liana memberi ketukan pada ponselnya, mengartikan halo

"aku diluar" ucap reyhan dengan lemas

liana tersadar,segera melangkah turun dari kasurnya. Menutup telepon nya.

dor..dor..dor.. dipukul reyhan keras pintu itu

"liana" panggil reyhan dengan sisa tenaganya.

liana bergegas kearah pintu, dia sempat melirik jam dinding yang menunjukan pukul 11 malam lebih. ini sungguh sudah larut malam pikir liana.

suara kunci yang mulai dibuka membuat reyhan bangkit dari duduknya. Dengan satu tangan yang bertumpu pada dinding. menyangka tubuhnya yang hampir limbung jatuh. sosok liana dengan wajah penuh khawatir muncul dari balik pintu.

"hai" sapa reyhan dengan suara yang lemah. wajahnya pucat seluruh tubuhnya basah. Nafasnya tidak beraturan.

"kamu hujan-hujanan tengah malam begini?" isyarat tangan. Liana memarahinya

"iya,aku ingin ketemu kamu" sebuah senyum berusaha tergores dari wajah kesakitan itu.

"kamu kenapa?" isyarat tangan. Liana Nampak khawatir

"aku …" tubuh reyhan tiba-tiba terjatuh kearah liana. Kaki nya tidak mampu lagi menopang berat tubuhnya.

liana terkejut,hampir ikut terjatuh karena tiba-tiba tubuh reyhan menimpa nya. liana memapah reyhan masuk. Tubuh kecilnya Nampak kewalahan dengan sebagian besar berat tubuh reyhan bertumpu pada nya.

dia merebahkan reyhan di sofa. Liana menyentuh dahi nya,sengatan panas tubuhnya yang tinggi mengagetkan tangan liana. 'dia sakit' batin liana. Wajah reyhan Nampak begitu tersiksa merasakan sakit di sekujur tubuhnya. matanya terpejam dan bibirnya yang membiru Nampak gemetar,tubuhnya menggigil kedinginan.

liana berdiri bergegas ingin mengambil selimut dikamar nya. Tapi tangan reyhan menghentikan nya.

"jangan hubungi mama atau pun Alvin" reyhan menatap liana dengan lesu.

liana meangguk,mengiyakan. Dia memahami bahwa mungkin saat ini reyhan punya sesuatu yang tidak ingin diketahui oleh keluarganya.

liana merawat reyhan malam itu. dia menemaninya tidur diruang tamu. Dia baru bisa tertidur sekitar jam 3 subuh setelah suhu tubuh reyhan turun.

. . .

Liana berada di dapur sudah siap dengan setelan kerja nya. sedang memasak bubur untuk sarapan Reyhan. dengan cekatan dia menata meja dan menyiapkan sarapan pagi itu.

Reyhan membuka matanya mencium aroma harum makanan dari arah dapur. dia mendudukkan tubuhnya,memegang kepalanya yang masih terasa berat dan sakit. disadarinya kini dia sudah berganti pakaian. bukannya dia tidak tahu tadi malam Liana membantu nya berganti pakaian,tapi saat itu dia sedang dalam keadaan setengah sadar. dirumah Liana memang ada tersimpan beberapa pasang pakaian nya. karena biasanya Reyhan dengan sengaja meninggalkan nya disana agar dicuci kan oleh Liana.

"harum nya,jadi lapar" ucap Reyhan sambil berjalan kearah dapur sambil mengelus perutnya.

"cuci muka dan sikat gigi dulu sana" isyarat tangan. Liana meingatkan.

"baiklah" Reyhan menurut. langsung masuk kekamar mandi.

Liana baru selesai menata bubur yang baru masak kedalam mangkuk. Reyhan keluar dengan wajah dan rambut yang masih basah. dia tidak mengeringkan nya dengan benar. Liana menatap nya dengan tajam. tapi Reyhan tidak menghiraukan nya. dan langsung mengambil tempat duduk. Liana mendekat,mengambil handuk kecil yang ada di bahu reyhan. mengusap wajahnya dengan lembut,mengeringkan rambutnya. jarak wajah mereka cukup dekat. Reyhan terpaku ditempat,memandang wajah Liana lekat. aroma parfum yang lembut dari tubuhnya tercium bercampur dengan aroma wangi dari sampo nya.

Liana menyentuh dahi reyhan kemudian dahi nya sendiri mencoba membandingkan suhu tubuh mereka. mata Reyhan tidak berkedip memandang Liana dihadapan nya. wajah Reyhan memerah. Liana yang menyadari hal ini,lalu menyentuh pipi nya yang terasa panas. Liana nampak binggung. 'apakah dia masih sesakit tadi malam?' batin liana. Reyhan segera memalingkan wajah nya, menyembunyikan kegugupannya dan deru jantung nya yang berdebar hebat.

"aku sudah baik-baik saja" ucap Reyhan, menjelaskan.

Liana nampak lega.

"ayo makan" isyarat tangan. ajak nya sambil menyerahkan semangkuk bubur kehadapan Reyhan.

"habis makan langsung minum obat ya,jangan ditunda-tunda nanti kelupaan" isyarat tangan. Liana meingatkan. dia tahu benar bahwa Reyhan orang yang lalai ketika berurusan dengan obat.

Reyhan meangguk ringan sambil mengambil satu suapan besar bubur dan memasukkan nya kedalam mulut nya.

"sshh... panas" Reyhan mengaduh.

Liana dengan khawatir menyerahkan segelas air.

"makanya hati-hati" isyarat tangan. Liana nampak marah sambil memukul pundak Reyhan ringan.

Reyhan hanya terkekeh.

"aku berangkat kerja,nanti kamu ya yang ngunci pintu terus taruh ditempat biasa." isyarat tangan.

"siap bos" ucap Reyhan sambil memberi hormat.

Liana memandang Reyhan lekat. didalam pikiran nya penuh dengan pertanyaan. mengapa Reyhan harus pergi ke rumah nya tadi malam ditengah hujan lebat dan dalam keadaan sakit. dia juga tidak diijinkan untuk memberi tahu Tante Nia dan Alvin tentang keberadaan nya dirumah nya. tapi dia mengurungkan niatnya untuk bertanya. dia tahu betul bahwa Reyhan orang yang cukup rumit,sulit untuk mengartikan setiap tindakan nya.

'mungkin dia sedang ngambek karena meminta sesuatu tapi tidak dituruti. Dan ka Alvin memarahinya dengan keras.' batin Liana. dia mencoba menerka-nerka keadaan Reyhan. dia tidak ingin menyinggung hal ini, takut Reyhan akan pergi ketempat lain dan sulit untuk dihubungi. Reyhan orang yang cukup nekat.

Reyhan merasakan pandangan menelisik dari Liana. tapi dia tetap mengunci mulut. membiarkan Liana menerka nya sesuka hati.

"aku berangkat ya. jangan lupa kunci pintu kalo kamu pulang nanti" isyarat tangan. Liana berdiri mengambil jaket dan tas nya.

tiba-tiba tangan Reyhan menggenggam tangan nya erat. menghentikan langkah nya. seakan tidak ingin ditinggal pergi.

"cium" ucap Reyhan sambil menunjuk dahi nya dengan wajah memelas seperti anak kecil yang sedang meminta permen.

Liana sedikit terkejut. lalu menyentil dahi Reyhan dengan tangan satunya yang bebas.

"sakit" Reyhan mengaduh sambil menggosok bekas sentilan Liana.

Liana memerengkan kepala nya,menyipitkan matanya memandang Reyhan. dia mempertanyakan permintaan Reyhan.

"kenapa seperti itu? kamu kan biasa memberi ku sebuah kekecupan dan do'a saat aku sakit" Reyhan merasa terintimidasi.

"bukan kah kamu yang tidak ingin hal itu lagi. kamu bilang kita sudah besar." isyarat tangan. Liana meingatkan.

Liana memang biasa melakukan hal itu dari dulu. tapi semua itu sudah berhenti lama. terakhir kali adalah saat reyhan jatuh sakit karena demam berdarah dan harus dirawat dirumah sakit selama satu Minggu saat mereka kelas 3 SMA. setiap hari setiap Liana selesai menjenguk,Liana akan memberinya sebuah kecupan sambil memanjatkan do'a untuk kesembuhan nya. tapi setelah sembuh Reyhan memperingat kan Liana untuk tidak melakukan hal itu lagi,dengan alasan dia malu dan tidak mau di perlakukan seperti seorang bocah lagi. mereka sudah besar katanya.

"hehe" Reyhan tertawa canggung mendapatkan jawaban Liana.

Liana menyilang kan tangan nya di dada.

"tapi kan aku sedang sakit saat ini. sekali saja ya? pleassss" Reyhan memohon dengan sangat.

Liana memajukan tubuhnya. mendekatkan wajah nya. mendaratkan sebuah kecupan hangat pada dahi Reyhan. posisi ini bertahan beberapa detik. 'tuhan tolang beri kesembuhan pada Reyhan. sembuhkan sakitnya' Liana berdo'a pada hati nya.

Reyhan terpaku,tidak menyangka Liana benar-benar mengabulkan permintaan nya.

"sudah. aku pergi ya" isyarat tangan. Liana beranjak sambil melambai kearah Reyhan yang masih membatu ditempat.

"Liana,siapa aku untuk mu?" Reyhan bertanya dengan nada setengah berteriak kearah Liana yang hampir melangkah meninggalkan pintu.

Liana memandang nya sejenak. melempar senyum manis.

"kamu saudara ku" isyarat tangan. Liana menjawab mantap

"kamu tidak berpikir untuk menghabiskan sisa waktu mu dengan ku? membangun sebuah keluarga bersama ku?" tanya Reyhan dengan nada lesu.

Liana memandang Reyhan heran. tidak mengerti dengan arah pertanyaan nya.

"kamu tidak memandang ku sebagai seorang laki-laki? yang mungkin akan kamu cintai nanti. yang akan menemani mu sampai maut memisahkan. yang akan membangun keluarga kecil bersama mu"pandangan mata Reyhan nampak sendu. wajah serius.

Liana diam sejenak berusah mencerna apa yang baru saja ia dengar. Liana menarik nafas panjang.memandang Reyhan dalam. lalu berjalan mendekat. memeluk Reyhan hangat. tubuh Reyhan terasa gemetar.

"aku mencintai mu. sungguh-sungguh cinta" bisik Reyhan.

Liana melepaskan pelukan nya. memandang mata Reyhan yang sendu.

"aku juga. aku sangat menyayangi kamu,tapi hanya sebatas ini. aku berharap hubungan kita tidak berubah karena hal ini. aku minta maaf,tapi ini lah hati ku" isyarat tangan. Liana nampak mantap dengan jawaban nya.