BAB 14 : BERTEMU ANGGOTA KELUARGANYA
Meeka memasuki ruangan acara. Liana terkesima dengan indahnya ruangan itu yang didominasi oleh warna putih dan merah muda. Dia tidak sadar memasuki ruangan ini karna sibuk dengan pikirannya sendiri. Liana mengalihkan pandangan kewajah marcel. Mata mereka bertemu. Liana memberikan sebuah senyum lalu meangkat jempolnya. Memberi pujian pada dekorsi ruangan itu.
Iris mata marcel melebar melihat senyum liana. Senyum itu sungguh manis. Marcel mendaratkan tangan nya pada dadakirinya. Merasakan detak jantungnya yang kencang. Suaranya amat keras. Marcel takut liana mendengarnya. 'tenangkan dirimu marcel. Tenang. Tenang' marcel mengatur nafasnya. 'seperti remaja bucin saja' runtuknya pada diri sendiri. 'ingat umur marcel. Ingat umur'
Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing. Tidak menghiraukan pandangan orang-orang sekitarnya yang memperhatikan tautan tangan keduanya. Apa lagi para wanita yang menaruh hati dan niat menggoda marcel malam ini. Tatapan mereka sungguh bengis pada sosok liana. Sedangkan para colegan yang hadir memberikan tatapan bertanya-tanya siapa wanita yang di gandeng marcel saat ini. Sedangkan untuk marsha dan nyonya besar mereka sungguh gembira melihat marcel membawa seorang wanita setelah 5 tahun terakhir.
"marcel!"
Marcel memandang kearah asal suara itu. ia menyunggingkan senyum hangat
"nenek" ucapnya
Pelukan hangat mendarat.
"cucuku sayang"
Sebuah pukulan kecil mendarat pada lengan marcel.
"marsha." Marcel memandang wanita cantik disampingnya "happy birthday sayang" peluknya hangat
"ini wanita itu" tanya marsha
Marcel meangguk. Mengiyakan. Marsha dan neneknya berpandangan lalu ,tersenyum bahagia.
"halo sayang,senang kamu datang' nyonya besar memeluknya bergantian dengan marsha
"aku marsha,adiknya lelaki ini" marsha melirik marcel memberi kode agar dia menterjemahkan bahasanya. Marcel menggeleng. Lalu…
"aku liana. Pegawai kantor lelaki ini" liana membalas dengan senyum.
Marsha cukup terkejut sekaligus senang melihat liana pandai dan mengerti bahasa isyarat. Padahal dia sempat takut akan sulit berkomunikas dengan nya.
"dia orang yang penyayang. Walaupun kadang dia sangat over proteksi"
"dia suka sekali mengintimidasi dan sangat tidak suka mendapat penolakkan. Kadang aku takut berada didekatnya. Ia seperti harimau yang akan memangsa apa saja didepannya" liana membalas
"hey,aku hanya akan memangsa mu saja. Tidak orang lain" marcel nimbrung
"iiihhh dasar" marsha menarik tangan liana menjauh. Marcel memberikan ekspresi merajuk yang menggemaskan. Kedua nya lantas tertawa.
"mereka sudah sangat akrab. Padahal baru bertemu" nyonya besar angkat bicara
"nenek benar,mereka akan jadi teman akrab yang akan mengosipi tentang ku setiap hari" mendengar pernyataan marcel nyonya besar tertawa.marcel mengandeng lengan neneknya tanpa malu dihadapan para tamu.
Dia sungguh menjadi sosok lain ketika bersama anggota keluarganya. Ia akan menjadi sosok yang hangat dan penuh perhatian. dia akan menjadi sosok yang ceria,lembut sekaligus mengemaskan. Sunguh bertolak belakang dengan sikapnya kepada karyawan dan colegannya.
. . .
Acara ulang tahun marsha malam itu berlangsung meriah. Dia begitu sumringan bahagia. Berbeda dengan marcel yang sama sekali tidak menikmati pesta itu. dia merengut memandangi kedua gadis yang sedang bercengkrama dan tertawa bahagia ditenggah acara.
"hey…" reza menepuk pundak marcel. "kenapa?, ini acara adik lo,masa wajah abang nya masam begini"
"gimana nga,tuh lihat" marcel menunjuk liana yang terus digandeng oleh marsha dibawanya kesitu kemari
"ooohhh…,memang kenapa?" reza tidak mengerti maksud marcel
"malah tanya kenapa?,aku tuh bawa dia kesini pinggin sekalian pendekatan tapi dia malah direbut sama rubah cilik itu"
"hahaha…ya ampun marcel gue kira kenapa. Ternyata lo sewot gara-gara liana sama marsha"
"udah kaya perangko tu mereka. Saking akrabnya. Padahal baru juga ketemu. Udah nyambung aja."
"lo seharusnya bersyukur. Nga perlu repot mendekatkan liana sama keluarga lo. Dengan sendirinya dia udah akrab dan mencuri hati nenek dan adik lo"
"percuma dia dekat sama keluarga gue tapi guenya ditolak. Kalo gitu kan dia batal jadi kaka nya marsha dan cucu menantu nenek gue"
"hahaha…. Lu lucu ya" reza terpingkal-pingkal mendapati sifat marcel yang menjadi pencmburu. Padahal liana dekat dengan adiknya sendiri. Apalagi kalo sampai kedapatan dengan laki-laki lain. Bisa-bisa marcel mengamuk.
"marcel" seorang pria dari kerumunan melambaikan tangan kearah marcel dan reza.
"nah… ini ni juaranya datang." Reza menyalami. Radit Nampak binggung tapi tetap menyambut tangannya dengan hangat.
"lo disini ternyata. Tadi gue keliling cari lo"
"alah bohong,lo keliling bukan mencari gue tapi cari mangsa"
Radit cenggegesan mendengar celotehan marcel yang telak. Radit adalah sosok yang humoris dan merupakan teman dekat marcel dari kecil. Dia juga seorang investor diperusahaan nya.
"eh…tadi nenek lo saat ketemu gue langsung nyalamin,meluk sambil bilang terimakasih melulu. Gue tanya lah tu,makasih buat apa. Lalu dia bilang makasih atas usaha gue yang nga pernah putus buat ngenalin lo sama cewe. Padahal kan selama ini semua cewe yang gue kirim lo tolak mentah-mentah semua."
"mmm… lalu?"
"lalu pak handoko juga tadi nyelamatin gue. Gue tanya balik lagi selamat buat apa. Terus kata nya selamat karna usaha yang kesekian kali ini berhasil dengan gemilang. Lah gue makin binggung dong"
"lalu?" marcel kembali bertanya dengan malas
"lalu tadi si reza ni ikut-ikutan ngomong aneh" radit menunjuk reza "juara datang,juara apaan y ague. Rasanya gue nga ada menangin sesuatu deh. Lotre aja lewat terus nga ada yang nyangkut." Radit mengaruk kepalanya yang tidak gatal memikirkan perlakuan yang aneh malam ini.
"mereka kaya nya salah paham sama lo. Mereka kira cewe yang gue dekati sekarang termasuk kiriman dari lo" marcel menjawab malas
"jadi nona liana itu bukan kiriman dari kamu dit?" reza tidak menyangka liana bukan salah satu wanita yang masuk daftar antrian radit untuk dikirim mengoda marcel.
"cewe apa? Liana siapa siapa sih yang kalian bicarakan?" radit binggung
"itu liana. Kamu benar nga kenal?" reza memutar kepala radit,menunjukkan sosok liana yang sedang duduk dengan marsha dan nyonya besar
"HAH? Nga kenal gue"
"jadi liana itu siapa? Ko bisa masuk kamar lo cel malam itu? dia benar-benar cewe kesasar bukannya disasarin sama radit?"reza mencoba mencerna kejadian minggu lalu
"ia,dia nga sengaja masuk kamar gue. Lalu ya kejadian deh" dengan ringan marcel menjawab
"kejadian?" radit mengangga "maksudnya.." dia memandang reza mencari tanda bahwa tebakkannya benar
"Ya…kejadian itu" reza menyahut.
Mata radit makin membesar mulutnya makin menggangga.
"HAH!!!!" dia setengah berteriak "benaran sudah gituan?"
"mmmm…" marcel meangguk
"wah…." Radit menatap liana diujung sana "suka daun muda ternyata" dia melihat kearah marcel sambil menggeleng kan kepala.