webnovel

unSpoken

Hanny_One · Teen
Not enough ratings
42 Chs

BAB 13 : Dia Cantik

BAB 13 : "Dia Cantik"

Marcel melirik jam tangannya. 30 menit sudah berlalu. 'Ternyata memang tidak mungkin seorang wanita hanya membutuhkan 5 menit untuk bersiap-siap'. Pikirnya. Padahal dia sudah menduga hal itu tapi hatinya tetap gelisah takut liana mungkin lari lewat pintu lain,untuk menghindarinya. Walaupun dia tahu hal itu tidak mungkin. Karna dia sudah memastikan rumah kontrak kan ini hanya punya 1 pintu keluar.

"tidak inggin menunggu didalam mobil saja kah tuan?" tanya pak handoko dari dalam mobil

"tidak" jawab marcel

"kaki mu tidak lelah ya,berdiri disana ?" reza yang berdiri disamping mobil menimpali.

"hey ini masih jam kerja panggil aku tuan" marcel menunjuk kearah reza

"baik tuan,maaf. Jangan pecat saya tuan" reza membalas dengan jenaka

"hisss dasar" marcel tampak kesal

Krek… pintu rumah liana terbuka

Marcel membalikkan badan. Dia terpesona memandang sosok liana dengan gaun biru malam yang membingkai tubuhnya indah. Gaun itu Nampak pas membalut tubuhnya. 'tidak salah aku memilih gaun ini' batin marcel. Dengan panjang gaun diatas lutut menampakkan kaki mulusnya. Rambutnya yang panjang diikat setengah dengan diberi jepit beraksesoris 3 mutiara berjejer. Nampak lehernya yang putih dihiasi sebuah liontin berbentuk hati yang sama dikenakannya malam itu.

"Ehem... ehem… tatapan mu seperti akan memakannya" reza menggoda marcel yang dengan lekat memandang liana

Marcel tersadar dari lamunannya.

"kau cantik"pujinya pada liana "sungguh cantik"

"terima kasih"ucap liana sambil menunduk malu.

. . .

Didalam mobil mereka diam membisu. Bukannya tidak ada yang inggin ditanyakan tapi marcel sengaja mendiamkannya. Karna dia tahu liana tidak akan mau membuka mulut saat ada orang lain.

"kita akan kemana pak?" tanya liana dengan isyarat tanggan,dia tidak mengeluarkan suaranya karna sadar ada orang selain marcel didalam mobil ini.

"ke pesta ulang tahun" jawab marcel singkat

"ulang tahun siapa pak?"

"adik ku,dan liana kenapa kau terus memanggil bapak?" marcel menatap liana

"karna anda atasan saya" jawab liana ragu "dan karna anda memang bapak-bapak kan"

Tambahan kata-katanya membuat reza dan pak handoko tertawa terpingkal-pingkal. Mereka memperhatikan keduanya dari kaca spion. Mereka mengerti bahasa isyarat karna sering berkomunikasi dengan marsha dan sering mengikuti marcel melakukan bakti sosial disekolah-sekolah untuk para disabilitas.

"hahaha bapak-bapak katanya" reza menimpali

"hush " marcel memberikan tatapan marah pada reza lewat kaca spion.

"maaf.. maaf.. hahaha" reza berusaha menahan tawanya.

Marcel memandang liana,mendekatkan wajahnya pada liana. Aroma parfumnya tercium.

"maaf" ujar liana takut dengan tatapan Marcello

"apakah aku terlihat setua itu?" tanya marcel serius

Suasana berubah dingin dan mencekam.

Liana meangguk ragu. Tatapan marcel makin tajam..

"tapi anda masih cukup tampan dan tidak akan kalah jika bersaing dengan anak-anak muda." Liana menambahkan isi pikirannya agar marcel tidak marah padanya

Marcel masih menatapnya serius.

"benar pak,saya tidak bohong. Anda sangat tampan dan mempesona. Hidung anda mancung,kulit anda bersih,mata anda indah,bibir anda seksi"

Marcel tertawa mendengar pujian liana.

"aku rasa kau berkata jujur saat ini. Aku memang masih sangat tampan dan awet muda"

"kepedean lu" reza menyahut dari belang setir.

"orang jelek diam aja. Nga usah ikut nyahut. Dasar syirik" marcel membalas sambil memukul ringan kepala reza

"aduh… hahaha"reza tertawa

'ternyata dia tidak seperti yang aku lihat dan pikirkan. Dia sungguh orang yang berbeda dari orang yang aku tahu selama ini. Batin liana

"jadi liana…" marcel memandang liana dalam. Jantung liana berdetak kencang

"ia pak?"

"apakah kamu mau menikahi ku?" iris mata liana membuka lebar terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan marcel.

'what? Pertanyaan macam apa ini? Menikahinya?'batin liana

Pak handoko dan reza belum selesai tertawa mengejek marcel sontak ikut terkejut,tawa mereka hilang. Dan ikut tegang dengan pertanyaan itu. pak handoko membalikkan badan melihat kearah keduanya.

'dia serius'batinnya saat melihat ekspresi marcel.

"kau bilang aku cukup tampan dan masih bisa bersaing dengan anak muda. Jadi aku masih tergolong pantas bukan menjadi suami mu yang seorang gadis muda?" marcel menampakkan keseriusan pada wajahnya

'ini gila. Benar-benar gila. Apa ini sebuah pertanyaan atau intimidasi'

"jadi apa kau mau menikahi ku?" marcel tersenyum dengan sebelah alis terangkat

'guk' liana menelan ludahnya kasar

'bagaimana ini? berPikir liana,pikir?' liana memaksa otaknya yang membeku untuk berpikir cepat memberi jawaban

'"sa…sa…saya…" liana terbata. Belum sempat ia memberi jawabanCkitt..mobil berhenti. Sepertinya sudah sampai tempat tujuan

Marcel memandang reza dengan tatapan protes dari kaca spion. Reza hanyar meringgis.

"maaf,tapi kita sudah sampai" ujarnya

"huh…" liana membuang nafas lega 'untung saja'

"sepertinya kamu perlu waktu untuk memikirkannya. Jadi aku akan menunggu dengan sabar. Tapi aku tidak inggin mendengar jawaban 'TIDAK'" marcel memberi tekanan pada suaranya "ketika kamu terpikir kata itu maka lebih baik kamu inggat apa yang kamu lakukan dimalam 'ITU' marcel kembali memberi tekanan pada kata-katanya. Marcel mendekati wajah liana,dengan setengah berbisik dia berkata "kamu harus bertanggung jawab atas perbuatan mu terhadap ku kala 'ITU' " marcel menyudahi kata-kata nya lalu keluar dari mobil dengan senyum penuh siasat.

'APA?, dasar BOS JAHAT. Sepertinya aku gila tadi meanggapnya orang baik. percuma beri waktu berpikir. Bodoh! Kalo aku juga tidak punya pilihan.' Liana bersunggut-sunggut keluar dari mobil.

'padahal disini aku yang dirugikan. Seharusnya aku yang minta pertanggung jawaban kenapa malah aku yang harus bertanggung jawab. Dasar bos sialan.' Liana berjalan dibelakang marcel sambil menatap marah pada punggungnya.

Marcel berbalik menatap liana. Liana cenggegesan terkejut.

"lambatnya. Apa perlu aku gendong"

Liana mengelengkan kepalanya keras. Sambil membuat tanda silang dengan kedua tanggannya.

Marcel mendekat lalu menyambar tanggan liana. Setengah menariknya. Mensejajarkan posisi mereka. Ia mengandeng tangan mungil itu dengan erat. Tanpa peduli dengan tatapan terkejut liana.

Liana melihat kearah tangan nya. 'hangatnya' batin liana. 'eeeh… apa yang aku pikirkan. Bodoh liana bodoh' liana mengumpat pada diri sendiri 'bisa-bisanya kamu berpikir seperti itu kepada pria ini. Liana sadar,sadar dia ini monster. Si sultan yang sewena-wena. Oooh jantung berhentilah merasa gugup dan kasmaran' liana berusaha menenangkan dirinya yang gugup karna berpeganggan tangan dengan marcel. Sekujur tubuhnya terasa panas. Wajahnya memerah.