pagi minggu itu sungguh cerah. Liana sudah bersiap menunggu jemputan. Ia hari ini akan ikut Marsha mengunjungi salah satu destinasi hiburan wahana permainan didalam kota. Dengan kaos berwana merah muda dan celana jeans pendek,rambutnya dikepang Nampak sosok yang sederhana namun juga manis.
Tadi malam sebelum liana diantar pulang oleh marcel, marsha menagih kado ULTAH nya dari marcel. Marcel memberikan dua buah kupon masuk ke wahana bermain. Akhirnya liana diajak untuk pergi menemaninya. Liana Sempat menolak,tapi karna marsha setengah memaksa akhirnya liana mengiyakan.
Tidak berselang lama sebuah mobil putih datang menghampiri. Kaca depan dan belakang terbuka. Sosok yang tidak kalah manisnya melambai dari kursi belakang. senyumnya begitu lebar. Berbeda dengan sosok dingin yang duduk didepan,disebelah kursi supir. Wajah tampan itu tampak datar. Ia menurunkan kaca matanya memandang liana dari atas kebawah.
"tidak jelek," kata marcel
"kau manis sekali hari ini nona" reza menambahkan
liana memberi senyum pada reza yang duduk dibelakang setir. Dan berlalu memasuki mobil tanpa mengindahkan marcel.
"aku juga mau rambut ku dikepang seperti ini" marsha berujar sambil memegang rambut liana
"baiklah,sini aku bantu. Bawa sisir?"
Marsha meangguk,lalu membuka tasnya dan mengambil sebuah cermin kecil ikat rambut dan juga sisir.
"tapi aku inggin dikepang dua"
"oke" liana mulai menyisir dan mengikat rambut marsha.
Marcel memperhatikan kedua nya melalui kaca. Marcel tersenyum tipis melihat tingkah keduanya. Sedang reza ikut memperhatikan. Sebenarnya reza cukup heran dengan tingkah liana yang tidak pernah mau membuka mulutnya saat berada ditengah orang banyak. Seakan-akan dia orang bisu. Dan sandiwara nya berhasil memang banyak orang menyangka bahwa dia benar-benar tidak bisa berbicara. Tapi saat dia hanya berduaan dengan marcel dia tampak bercakap-cakap secara normal. Reza sungguh inggin tahu alasannya,tapi diurungkannya untuk bertanya.
"wah…ayu. Kamu sungguh ayu sekali" reza menoleh kebelakang saat liana selesai mengepang rambut marsha,sambil mengacungkan jempol "good job" katanya pada liana
"kenapa dipanggil ayu?" liana bertanya
"karena nama ku Marsha Ayu Ardaninatta,biasanya hanya nenek,ka Reza,ka marcel dan pak handoko yang panggil seperti itu."
Liana meangguk mengerti
"nona liana tinggal sendiri?" reza membuka percakapan
Liana meangguk "jangan panggil nona,cukup liana saja,pak"
"oke,kalo gitu kamu jangan panggil pak panggil ka reza atau mas reza saja,asal jagan om ya"
"oke"
"aku juga jangan dipanggil pak,panggil kakak juga" marcel angkat suara
"eeh…tapi anda kan atasan saya" liana protes
"itu hanya berlaku saat dikantor" marcel tidak menerima protes liana
Liana masih Nampak binggung. 'Tapi kan canggung' batin nya. 'masa manggil ka marcel atau mas marcel. Iiiihhhh…' liana agak bergiding
"orang tua liana dimana?" reza melanjutkan pertanyaannya
"sudah nga ada" liana sedikit menunduk
"ooohhh maaf ya liana" reza Nampak menyesal
"tidak apa" jawab liana sambil menggeleng ringan
Marsha menyodorkan kue kering yang dibawa nya,ia Nampak berusaha mengalihkan pembicaraan karna suasana berubah canggung.
"ka reza hari minggu gini juga kerja ya? Terus kapan waktunya libur?"
"aku itu kerja 24jam non stop. Aku libur ya kalo marcel juga libur. Dia diam dirumah nga kemana-mana berarti waktu libur aku lah itu"
"ka reza tinggal dimana?"
"dirumah marcel"
"ka reza belum nikah?"
"belum. Gimana mau punya anak istri pacar aja nga punya."
"kenapa nga nyari?"
"gimana mau nyari,waktu buat nyarinya aja nga ada. Tiap hari nemani sisultan ini kemana-mana" reza curhat colongan
"ceritanya dipermanis dikit lah,biar aku nga kedengaran jahat banget." Marcel buka suara
"emang kebenarannya kaya gitu kan." Sambil tertawa ringan reza membalas
"ka marcel itu nga berani bawa mobil,makanya kemana-mana harus bawa supir" marsha menambahkan
"dan supir kepercayaan nya ya aku" sambung reza
"kenapa nga berani?" liana makin penasaran
"Dulu marcel pernah kecelakaan " reza melirik kearah marcel sebelum melanjutkan kata-katanya "jadi mulai saat itu dia nga pernah berani lagi bawa kendaraan sendiri"
Liana meangguk mengerti. Sambil bibirnya membulat membentuk huruf 'ooooo'
. . .
Mereka sampai di wahana bermain. Marsha berloncat kecil kegirangan. Lalu dengan tidak sabar menarik tanggan liana,membawanya menaiki roler coster. Liana memandang ngeri lintasan dihadapannya.
"emang kamu berani?" tanya liana
marsha meangguk mantap
"sendiri aja ya,aku nga ikut" liana berusaha menolak. Dia sungguh takut.
"kenapa? Takut?" marcel yang ikut mengantri dibelakang mereka bertanya dengan nada ejekan
Liana hanya diam,tidak menyahut.
"nga perlu takut. Ada aku disini" marcel menunduk kesamping mendekatkan wajahnya,mengatakannya tepat disamping wajah liana
Akhirnya dia duduk disamping marcel. Dengan tanggan melingkar dilengan berotot itu. marcel duduk tegap dengan hati yang berbungga-bungga. Dia tersenyum senang mendapati liana menempel padanya. Sedangkan marsha duduk didepan mereka disebelah reza dengan semanggat mereka menunggu kereta itu berjalan.
Liana menutup matanya sambil berteriak,merasakan tubuhnya terbawa dengan kecepatan tinggi. Berbelok tajam,menanjak,turun,dan berputar. Dia sungguh takut tidak mau membuka matanya. Peganngan tangannya makin erat dilengan marcel. marcel mencondongkan badannya kesamping. Mendekat pada liana. Liana melingkarkan kedua lenggannya memeluk tubuh lelaki itu. marcel makin senang,senyumnya makin lebar. Dengan tanggannya ia membalas pelukan liana.
"ternyata semudah ini dapat pelukan" marcel menikmatinya
. . .
Pukul 12.30
Terik matahari siang itu sungguh menyengat. Akhirnya mereka berempat memutuskan untuk beristirahat setelah puas menaiki berbagai macam wahan dan berkeliling.
"mau makan apa?" reza bertanya
"ayam porsi jumbo dengan 2 nasi" marsha bersemangat
"liana?"
"terserahlah ka,ikut aja."
"oke,tunggu disini. Kami pesan dulu. Ayo cel" reza menarik tanggan marcel
"tadi seru sekali,habis ini kita coba beberapa lagi yuu,kita naiki semua" marsha berbicara dengan semanggat
"semua? Memang tidak lelah?"
"lelah sih" marsha cengigisan "tapi seru"
"kapan-kapan kan bisa kesini lagi. Jadi wahana yang belum sempat dicoba bisa lain waktu"
"ka marcel itu orang sibuk,ini aja untung-untungan bisa diajak kesini. Terakhir kali kami kesini itu tahun lalu"
Belum sempat liana memberi jawaban. Seorang laki-laki berjalan kearah meja mereka .
"liana!" katanya sambil melambaikan tanggan
Liana membalas lambaian tanggannya. Sepertinya seorang yang dikenalnya.
Marsha memandang kagum lelaki itu. dengan baju kaos biru muda kulitnya yang putih Nampak bertambah cerah,ditambah sinar matahari siang yang menerangi wajahnya. wow. Topi hitamnya bergambar mikkey mouse. Ia datang dengan seorang bocah laki-laki yang berumur sekitar 10 tahun. Topi mereka couple.
Lelaki itu memeluk liana. Mereka tampak akrab. Lalu menyalami marsha yang tertegun memandang wajahnya. Anak kecil yang datang bersamanya juga tampak mengenal liana dengan baik. karna tanpa sungkan liana juga memberi pelukan padanya.
Marcello menggenggam dengan keras minuman yang dibawanya. Sampai minuman itu berhamburan tumpah membasahi lantai.
"hey bro, apa-apaan sih lo. Habis tumpah lah minuman itu." reza kesal melihat marcel dengan sengaja menumpahkan minuman mereka. Marcel tidak merespon. Wajahnya Nampak keras karena kesal.
"kenapa?" reza menegur marcel yang mematung sambil menatap tajam kedepan. Reza mengikuti arah pandangannya.
Disana liana sedang dipeluk laki-laki. Berbicara begitu akrab. Senyumannya lebar,begitu gembira.laki-laki itu tidak kalah tampan dari marcel. dengan perawakan bagus,dada bidang,senyum yang menawan.
"mungkin temannya cel" reza berusaha memberi penjelasan pada marcel yang cemburu
Marcel mengambil langkah ingin segera menjauhkan keduanya. Tanggan nya ditahan oleh reza.
"tunggu. Bawa ini juga" reza menyerahkan nampan yang berisi makanan "gue mau pesan minuman lagi" tambahnya
. . .
"kapan pulang?"tanya liana
"baru 1 minggu disini. Kamu apa kabar?"
"1 minggu dibilang baru." Liana bersunggut
"eeeh…jangan marah begitu. Maaf ya,tidak mengabari" lelaki iitu mengelus rambut liana
"aku berencana akan mengejutkan mu mala mini. Tapi nyatanya kita bertemu disini. Gagalah rencana ku" lelaki itu tertawa ringan.
"kan tadi bisa tidak perlu menyapa ku dan pergi begitu saja"
"mana bisa aku mengabaikan mu,sayang" ucapnya sambil mencubit pipi liana lembut
Prak…
Suara nampan yang diletakkan marcel dimeja dengan keras