Aksa dan Daniel melihat Hana dan Intan buru-buru pergi meninggalkan restoran. Ujung mata Aksa tak bisa lepas dari Hana sampai dia pun menghilang di balik dinding restoran.
"Pak, halo !" Daniel mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Aksa yang terlihat seperti tatapan kosong.
"Awasss!" Aksa menepiskan tangan Daniel di depan wajahnya yang menghalangi pandangannya.
"Bapak kenapa? Bukannya ini udah waktunya kita pergi ke rumah sakit?"
Aksa tidak menjawab pertanyaan Daniel. Dia malah beranjak dari tempat duduknya dan rasanya dia lebih ingin membuntuti Hana hari ini. Menurut perkatan Intan tadi kalau Hana ada pemotretan untuk brand pakaian di sini. Bukankah itu pertanda kalau eksistensi Hana sekarang sudah mulai terkenal. Dan itu membuat dirinya sedikit tidak tenang.
"Mobil sudah saya siapkan Pak," kata Daniel melaporkan.
"Ya." Jawaban singkat Aksa membuat hati Daniel semakin tidak tenang karena sepertinya Aksa masih kesal karena salah paham suka "pedang panjang" itu masih berlanjut.
Sebuah mobil dengan supirnya sudah Daniel pesankan. Meskipun Daniel sering membuat kecerobohan tapi untuk urusan yang lain Daniel memang sangat diandalkan Aksa. Jadi makanya dia betah sekali kalau membawa Daniel. Karena segala keperluan dan hal hal lain Daniel bisa dikatakan perfect. Kecuali mungkin kecerobohannya dalam hal lain.
Kemudian setelah Aksa dan Daniel naik, mobil pun perlahan melaju membelah sebuah jalan di kota Berlin menuju rumah sakit. Daniel beberapa kali melihat wajah Aksa yang terlihat cemas. Sangat ambigu, dia cemas dengan keadaan orangtuanya apa dia mencemaskan Hana. Mau bertanya Daniel takut salah dan takut kalau dia menganggu lamunannya. Jadi dia putuskan untuk diam dan tak banyak bicara.
*** ***
Setelah bertanya pada salah satu pegawai rumah sakit, Aksa dan Daniel kemudian berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju gedung sebelahnya. Rumah sakit ini adalah katanya yang paling terbaik di daratan Eropa, Aksa dan Daniel kemudian mencari sebuah gedung tempat di mana Papa Tanu dirawat di sana. Dan tak begitu sulit untuk menemukan kamar rawat Papa Tanu, karena letak kamarnya persis depan meja informasi dan para perawat dan dokter berjaga.
Ibu Rika yang melihat kedatangan Aksa, tak kuasa menahan tangisnya dan langsung memeluk Aksa. Aksa kemudian agak canggung mendapat pelukan ibunya. Bu Rika nampak menangis sambil terisak karena sudah lama memang dia tidak bertemu dengan Aksa. Daniel kemudian memutuskan untuk keluar dari ruangan itu dan memberikan privasi untuk mereka.
"Mama tidak mimpi kan, kau sedang berada di depan Mama?" tanya Ibu Rika mengusap wajah Aksa, salah satu putra berharganya.
"Tidak, memang Mama tidak mimpi."
"Maafkan Mama Aksa," isak Ibu Rika kemudian mencoba memohon sambil berlutut atas segala kesalahannya. Aksa dengan sigap menahan tubuh sang Ibu agar tidak melakukan itu. Walau bagaimanapun itu tidak pantas. Tetap saja dia harus menghormati ibunya meskipun ibunya adalah pendosa. Aksa mengangkat dan menahan agar tubuh Ibu Rika tidak berlutut. Melihat ibunya yang sampai begitu ingin berlutut memohon maaf padanya. Aksa tak kuasa menahan anak sungai yang tak terbendung di sudut matanya.
"Maafkan Mama Aksa, Mama memang pantas dihukum atas segala dosa dan kesalahan Mama."
"Sudah Mah, Aksa juga minta maaf, kalau selama ini Aksa mengabaikan Mama dan tidak berbakti sama Mama." Aksa menangis sedih dan tak kuasa berbicara karena suaranya tercekat dengan isak tangisnya.
Ruangan rawat itu berubah menjadi penuh haru biru. Papa Tanu yang melihat kedatangn Aksa dengan kondisi yang memprihatinkan. Badannya penuh dengan alat dan kabel yang terpasang dari kepalanya sampai ke tengan badannya. Wajah Papa Tanu nampak berair melihat kedatangan Aksa.
"Ak-sa ." Hanya itu yang sanggup Papa Tanu katakan. Mulutnya hendak mengatakan sesuatu. Tapi sepertinya dia tidak bisa mengucapkan kata-kata apa lagi secara jelas selain nama Aksa dan kata "maaf" yang terdengar.
Aksa sangat prihatin dengan kondisi kesehatan Papa Tanu yang seperti itu. Rupanya mungkin Allah memberikan teguran dan balasan pada orang yang sudah menyakiti Papanya lewat penyakit yang dideritanya.
"Aksa sudah maafkan semua kesalahan Papa, dan mungkin Papa juga akan memaafkan kalian berdua." Kata Aksa memegang tangan Papa Tanu yang Aksa rasakan sudah lemah.
Wajah Papa Tanu yang tadinya menegang seketika berubah menjadi tenang dan garis bibirnya membentuk sebuah senyuman karena mungkin dia sudah merasa tenang karena Aksa sudah memaafkan kesalahannya.
"Terima kasih Nak." Ibu Rika kemudian memeluk tubuh Aksa lagi. Tangisnya kembali lagi pecah. Aksa kemudian melihat tangan Papa Tanu bergerak-gerak memanggil Ibu Rika.
Kemudian Ibu Rika mendekatinya dan mendekatkan telinganya pada suaminya untuk mendengarkan apa yang dia katakan. Karena Tanu sudah tidak bisa bersuara lebih keras lagi. Jadi dia hanya bisa kuat berbicara dengan membisikkan pelan.
Terlihat Ibu Rika mengangguk pelan. Kemudian Ibu Rika memegang tangan suaminya itu dengan penuh cinta sambil menatap Tanu tersenyum. Entahlah apa yang mereka sedang komunikasikan.
"Aksa, ada sesuatu lain yang ingin kami sampaikan padamu. Sebelumnya kami meminta maaf kalau ini sangat terlambat untuk kami ceritakan."
Aksa sedikit gemetaran mendengarnya. Apakah ini yang dimaksud dengan Bayu waktu itu. Apakah itu?
"Apa Mama mau mengatakan kalau aku bukan anak kandungnya?" tebak Aksa cemas. Segala sesuatu yang buruk akan datang padanya. Aksa harus bersiap. Dia memejamkan mata karena tegang mendengar yang akan disampaikan ibu Rika.
"Selama ini kami pendam karena keegoisan kami dan ketakutan kami. Tapi setelah apa yang terjadi dan menimpa kami, kami rasa ini harus disampaikan. Dan memang walau bagaimanapun suatu saat ini harus kamu ketahui."
Deg deg deg.
Jantung Aksa seakan mau berhenti berdetak karena dia sudah pasrah apa yang akan diutaAksan mamanya.
Flashback on ...
"Bayu, kenapa kamu membuat Aksa jatuh dari sepeda!" bentak Papa Tanu dan Ibu Rika saat Aksa remaja terjatuh dari sepeda karena sengaja ditabrak oleh Bayu.
Papa Tanu dan Ibu Rika sangat melindungi Aksa dari bentuk apa pun yang membahayakannya. Dan itu membuat Bayu sedikit marah dan merasa kalau kedua orangtuanya hanya menyayangi Aksa seorang. Kenapa Aksa selalu teristimewa dan selalu diutamakan oleh kedua orangtuanya. Padahal Aksa itu adalah anak kandung Restu Mahesa dan bukan anak kandung Tanu Demian.
"Pa ... Ma ... Bayu dapat juara Sains tingkat pelajar SMA!" Bayu menunjukkan piala prestasinya di depan Ibu Rika dan Papa Tanu. Namun lagi-lagi kedua orang tua itu hanya bergeming karena saat itu mereka mendengar kabar kalau Aksa sakit di pesantren. Ibu Rika dan Papa Tanu panik dan buru-buru pergi ke Cirebon dan tidak sempat mengucapkan sepatah kata pun atas prestasi Bayu tersebut.
Perhatian kedua orangtuanya sedikit terurai ketika Aksa memutuskan untuk hidup mandiri di luar kota saat SMA dan kuliah di LA. Karena dia merasa Bayu selalu berbuat jahat dan sering membuatnya tidak betah di rumah.
Dan ketika hari itu. Di mana kecelakaan itu terjadi. Aksa dan Gea menjadi korban kecelakaan beruntun. Dan ajaib ada seseorang yang menyelematkannya. Hana. Ibu Rika langsung ingin memberinya hadiah uang dan menjadikannya menantu atas rasa syukurnya karena Aksa selamat dari kecelakaan itu. Sungguh aneh, Bayu merasakan itu.
Kenapa kedua orangtuanya ingin menjadikannya menantu, padahal mereka sangat ngotot melarang Bayu menikahi Nadia yang seorang gadis yatim piatu dari kalangan orang biasa. Hal itu lah membuat Bayu semakin bertanya-tanya kenapa kedua orangtuanya itu sangat melindungi dan mengistimewakan Aksa. Sampai-sampai Ibu Rika rela ingin menikahkan Aksa dengan orang yang menyelamatkannya dari kecelakaan maut itu.
Flashback end ...
"Selama ini, kami sudah membohongimu. Kami berusaha melindungimu mati-matian hanya demi sesuatu yang bukan hak kami." Ibu Rika kemudian mengawali pernyataannya pada Aksa.
"Maksud mama apa?" tanya Aksa tidak paham.
"Ini adalah tentang aset rahasia almarhum papamu?" kata Ibu Rika.
"Apa? Aset rahasia."
"Papamu pernah mengansuransikan jiwanya dengan jumlah yang banyak. Serta aset-aset yang dia simpan tanpa semua orang tahu. Itulah kenapa Nenekmu selalu mengira kalau Mama yang sudah mengambil aset papamu itu. Padahal Mama tidak mengambilnya."
"Semua aset dan hak waris asuransi jiwa Papamu itu diwariskan padamu semua."
Aksa kaget mendengar itu semua dari Ibu Rika.
"Maafkan Mama dan Papa Tanu. Awalnya kami ingin menguasai itu Aksa, tapi kami tidak berhasil karena menurut pengacara Papamu waktu itu, berdasarkan surat wasiat rahasianya yang sengaja dia sembunyikan dari keluarganya. Karena Papamu memang sepertinya sudah mempersiapkannya hanya untukmu Nak. Semua aset dan warisan itu hanya bisa diserahkan oleh Bank dan Asuransi itu jika kamu sudah menikah."
"Ma, sumpah Aksa merasa pusing mendengar cerita Mama. Apa Mama sedang mengarang cerita?" tanya Aksa tidak percaya.
"Tadinya memang Mama dan Papa sepakat akan menceritakan itu semua jika kau menikah resmi dengan Hana. Dan Hana awalnya memang ingin Mama peralat agar bisa menguasai Hana dan aset itu. Kami lakukan itu untuk menjaga kestabilan perusahaan Demian yang kala itu di ambang hancur karena Bayu tidak mau menikahi Salma putri Valentino yang kami jodohkan karena supaya perusahaan Papa bisa bangkit. Tapi rupanya saat itu kamu menolak untuk segera menikah. Padahal kalau kamu menikah aset dan uang asuransi itu bisa cair dan membantu perusahaan Papa Tanu."
Mata Aksa basah mendengar pengakuan dosa Ibu Rika dan Papa Tanu yang lainnya. Bukan hanya sudah berselingkuh saja, mereka tega melakukan ini padanya yang tidak tahu apa-apa perihal warisan yang ditinggalkan papanya itu. Mereka sudah curang beberapa kali rupanya.
"Tapi untungnya Papa dan Mama bisa mengelola perusahaan tanpa aset itu, Valentino mau membantu kita tanpa menikahkan putrinya dengan Bayu. Sampai saat ini perusahaan Demian maju tanpa sedikitpun aset dari papamu itu."
"Pantas saja , selama ini perlakuan kalian sangat beda padaku sejak kecil. Itulah kenapa Bayu selalu bertindak sewenang-wenang padaku. Karena kalian mengistimewakan aku dibanding Bayu hanya karena demi uang asurasi dan warisan. Apa kalian tidak sadar kalau perbuatan kalian itu sudah membuat hidup kami menderita karena salah paham ini." Aksa meneteskan airmatanya sebagai tanda kekecewaannya atas perbuatan Ibu Rika dan Pak Tanu.
"Ma-maaf," terdengar suara Papa Tanu yang keras mengucapkan kata maaf.
Aksa tertunduk dan entah dia harus menjawab apa tentang pengakuan dosa mereka.
===Studio Author===
Halo pembaca, mau jadi top fans yang dapat hadiah pulsa dari author? Berikan Power Stone sebanyak-banyaknya untuk karya ini!
Baca lanjutan The Remarriage di aplikasi resmi. WEBNOVEL.