20 Kesalahpahaman Yang Berlanjut

Pagi harinya, Aksa sudah rapi dan bersiap untuk mengunjungi Ibu Rika di rumah sakit. Namun karena rasa penasarannya, tak terduga Aksa sudah berada di depan pintu kamar Intan. Ada yang dia ingin tahu dari gadis itu langsung. Jadi sebelum dia menemui mamanya, dia ingin memastikan sesuatu terlebih dahulu.

Tok Tok Tok

Aksa mengetuk pintu kamar Intan. Dia berharap kalau Intan masih berada di dalam kamarnya dan belum kemana-mana. Karena belum ada tanda-tanda dibuka. Aksa kemudian mengetuk lagi pintu kamarnya dengan beberapa kali. Setelah beberapa menit menunggu, pintu kamar pun terbuka. Aksa melihat Intan yang masih menggunakan baju tidur dan kelihatannya baru bangun tidak seperti dirinya yang sudah rapi.

"Kenapa kau pagi-pagi sudah mengusik tidurku?" tanya Intan dengan tatapan super dinginnya itu.

"Aku mau tanya, kenapa kalian berdua ada di Berlin? tanya Aksa langsung to the point.

"Hana ada pemotretan dengan salah satu brand pakaian di sini, kenapa?" tanya Intan dengan sorot mata menusuk.

"Jadi kau tidak ada hubungannya dengan keberadaan mamaku di sini?" tanya Aksa.

Intan nampak terdiam dan terlihat terkejut dengan ucapan Aksa.

"Apa maksudmu?" tanya Intan.

"Aku sudah tahu identitas dan latar belakangmu, aku penasaran kenapa kau menjadi Manajer Hana. Apa ada sesuatu di balik itu?" tanya Aksa.

Terdengar suara ponsel Intan berdering di dalam kamar sana. Intan kemudian terlihat sangat gugup.

"Aku akan ceritakan padamu nanti malam detailnya. Sekarang aku harus siap-siap dengan Hana ke lokasi pemotretan. Dan sepertinya kau ada di sini untuk menemui Mama dan Papa mu."

Aksa menjawab dengan bahasa tubuhnya.

"Tunggu sebentar." Intan kemudian mengambil ponselnya yang berdering tadi.

"Halo Hana."

Aksa mendengar nama Hana diucapkan Intan. Apakah yang meneleponnya itu Hana.

"Oke aku akan siap lima belas menit lagi. Kau duluan saja untuk sarapan di bawah!"

Intan memutus panggilannya lalu mengalihkan fokusnya sekarang pada Aksa. Kemudian Intan memberikan nomor ponselnya pada Aksa.

"Nanti malam aku akan menceritakannya padamu, kita ketemu di bar hotel ini jam 10 malam. Aku harap Hana sudah tidur saat itu."

"Apa? Bar?" Aksa paling tidak terbiasa dengan tempat itu. Meski di hotelnya ada, tapi semua itu sudah menjadi di bawah tanggung jawab Direktur lain. Aksa paling benci tempat itu.

"Hanya tempat itu yang bisa leluasa aku bercerita," ucap Intan lalu menutup pintunya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aksa hanya bengong diperlakukan seperti itu oleh wanita seperti Intan.

Dengan perasaan kesal Aksa kemudian berjalan menuju pintu lift. Dia akan pergi ke restoran hotel, di mana Daniel sudah berada duluan di sana untuk sarapan.

***

Sampai di sana, dia mencari-cari sosok Daniel. Tapi dia malah melihat sosok Hana yang terlihat sedang memakan sarapannya dengan ponsel menempel di tangannya. Ingin rasanya dia menghampiri dan duduk berdua dan makan bareng.

"Pak... Pak sini!" terdengar suara Daniel memanggilnya dengan melambaikan tangannya. Suasana di restoran tidak begitu ramai dan tidak juga sepi, Aksa kemudian berhati-hati melewati beberapa meja dan kursi menuju tempat Daniel yang sudah duduk di sebuah meja.

"Pak, aku sudah menyiapkan sarapan Bapak. Tadaaaaaaa." kata Daniel mengibaskan kedua tangannya seolah sedang bersulap dan sebuah piring berisi roti panggang dan sandwich serta sausnya. Di sampingnya nampak secangkir teh beraroma chamomile masih beruap dan masih panas.

"Silahkan dinikmati Pak!"

Aksa mendengus kesal pada Daniel yang sedang bersikap manis padanya setelah apa yang terjadi semalam.

"Please Pak jangan kesal lagi, Anda sudah menghukumku semalam. Jadi kita lupakan saja kejadian yang semalam Oke!" kata Daniel mengepalkan kedua tangannya dengan sorot mata sengaja diimutkan berupaya hati Aksa menjadi meleleh.

"Tetap saja, Hana jadi tambah kesal dan benci gara-gara situasi semalam."

"Bapak tenang saja, aku akan cari cara agar mantan ... eh Hana akan kembali lagi pada Bapak."

"Walau aku ragu dengan usahamu. Tapi aku terima tawaranmu itu. Asal ingat jangan ada lagi kesalahan. Paham!" gertak Aksa.

"Baik Pak, silahkan Pak dimakan!" ucap Daniel melayani.

Aksa kemudian melirik ke meja Hana. Dan di sana dia melihat pria bule sedang berbincang dengannya. Hati Aksa panas seperti ada orang yang melempar air mendidih ke hatinya.

"Siapa itu, kok sok akrab banget?" gumam Aksa sambil menyuapkan garpu ke mulutnya, padahal garpunya belum sempat mengambil roti bakarnya. Daniel yang melihatnya tertawa.

"Pak, emang Bapak itu kuda lumping pakai mau makan garpu segala?" tanya Daniel terpingkal-pingkal karena Aksa tersadar kalau dia hanya mengunyah kosong tanpa roti. Lalu buru-buru dia mencomot roti bakar dengan garpunya lalu melahapnya dengan satu lahap. Mengunyah dengan kasar sambil tatapan cemburunya terus tertuju pada pria bule yang sedang mengobrol dengan Hana.

"Tenang Pak makannya pelan-pelan, nanti bisa kese ...."

Uhuhhukkk uhuuukkk.

Belum beres Daniel bicara Aksa benar-benar tersedak roti bakar. Aksa kemudian langsung mengambil cangkir dan langsung meminum tehnya itu dengan sekali teguk. Tapi ...

"Haduh ... hanas-hanas ... hanas (Panas-panas )," ucap Aksa sambil menjulurkan lidahnya yang kepanasan karena meminum teh panas tanpa sempat meniupnya dulu. Buru-buru Daniel memberikan tisu pada Aksa. Aksa kemudian melempar tisu ini.

"Air ... air."

Daniel kemudian memberikan botol minuman mineralnya. Dan Aksa langsung meminumnya tanpa memedulikan ekspresi Daniel yang hampir keluar biji matanya.

"Pak itu minum saya, dan Bapak barusan minum di bekas bibir saya." Kata Daniel dengan tatapan merasa jijik.

"Kenapa mukamu seperti itu? Terus kalau aku minum di bekas bibirmu itu membuat kita sudah berciuman tidak langsung begitu?" tanya Aksa sambil menoyor jidat Daniel yang sudah memasang muka absurd.

"Please Pak, bukan itu maksud saya."

"Nah terus?"

"Takutnya Bapak belum terbiasa minum bekas orang lain."

"Itu tadi darurat, dan hei ... ini salahmu kenapa kamu menyajikan teh yang masih panas untukku bukan yang hangat?"

"Masa sih Pak panas. Daniel kemudian mengambil cangkir teh itu dan meminumnya perlahan."

"Ah panas ... iya Pak, maaf."

"Apa sekarang kalian sedang bertukar bekas bibir di tempat minuman kalian. Sungguh menjijikkan kalian."

Aksa dan Daniel kaget melihat kedatangan Intan yang kembali menyiduk mereka saling minum di bekas minumannya masing-masing.

"Kalian sedang berciuman tidak langsung?" tanya Intan memperjelas.

"Apa?" Aksa dan Daniel kompak menjawab. Tak lama kemudian mereka kemudian memuntahkan apa yang mereka minum tadi.

Hueeeekkk.

Kembali situasi mereka yang tidak menguntungkan membuat kesalahpahaman Intan semakin menjadi pada mereka berdua. Entah sejak kapan Intan memperhatikan mereka berdua.

"Kalian sungguh pasangan yang romantis." Intan kemudian meninggalkan mereka berdua dan berjalan menuju tempat Hana duduk dengan seorang pria bule tadi.

Bersambung ...

===Studio Author ===

Hai gaeeess! Jangan lupa untuk vote terus dan berikan komentar gokil di setiap chapternya.

Yukk jadi top fans dengan mengirimkan banyak PS nanti Author akan mengirimkan hadiah untuk kalian yang akan diundi tiap bulan. Pastikan kalian membaca ini hanya di aplikasi resmi Webnovel.

avataravatar
Next chapter