Violet mengerutkan keningnya dan perlahan mendekatiku.
"Kau tak mengenalku?" tanyanya.
"Tentu saja aku mengenalmu, Violet lama tidak bertemu!" sapaku senang. Akhirnya...
"Sampah! Namaku bukan Violet, aku Reen, sekretaris perusahaan MoinS Grup. Aku lumayan terkenal di penjuru dunia dan semua orang mengenalku, tapi kau tak mengenalku?" terkejudnya. "Oh, Ya ampun... kau melecehkan harga diriku, aku menuntutmu, besok datanglah ke MoinS Grup dan kita bereskan masalah ini di sana!" perintah Violet, menuntutku. Dengan wajah marahnya di hendak pergi dengan beberapa pengawal benda bergerak di belakangnya. Salah satu benda itu mengeluarkan sinar biru dari tubuhnya dan menyalin rangka wajahku di sinaran aneh itu. Aku tidak tahu apa yang dilakukannya.
"Eh tunggu!" aku menghentikan Violet, maksudku Reen.
Reen berhenti dan menoleh ke belakang. "Kenapa? Kau tidak mau di tuntut? Sayangnya kau tak punya kekuasaan," lantaknya memerengkan mulut sombong.
"Ha? Aku hanya ingin bertanya, di mana MoinS Grup?"
Dia terlihat semakin kesal, berbalik arah dan menghilang begitu cepat, tanpa menggerakkan kaki dirinya sampai pada tujuan, sungguh hebat. Salah satu benda bergerak itu (pengawalnya) menunjuk ke arah gedung besar yang kutatap tadi. Di sanalah aku pergi besok, haruskah?
***
"Zayn, kau dari mana saja?" tanya Apha bersantai sambil menikmati secangkir kopi.
Tidak, jangan katakan aku berjumpa orang kaya ataupun seseorang, itu hanya akan membuatnya sedih.
"Hanya menghirup udara."
"Oh, sejak kapan kau menyukai udara di luar?" tanya Apha heran.
"Ahhh... hanya sesekali, tidak juga," ucapku ceplosan.
"Hehhh (menghela nafas). Kau tahu, dulu masa kecilku begitu menyenangkan. Tidak ada tekhnologi secanggih sekarang. Kereta api saja tak pernah melayang di udara, kini kau lihat semuanya mengapung. Manusia saja sudah malas menggerakkan tubuh untuk beraktivitas, malah bergantung diri pada alat-alat penemuan. Manusia banyak menciptakan benda canggih dan para robot sebagai pembantu dalam urusan mereka, tapi mereka tak tahu pada akhirnya para robot yang mereka ciptakan bisa menindas mereka. Lemah, lemahnya manusia karena tak berpikir panjang, tahu dampak buruk tapi mengabaikan, karena rasa ingin menang. Mengira berbuat hal baik yang pada akhirnya memusnahkan kaum manusia. Hidup para robot, lantas dimana harga diri?" ucap Apha sedikit menitikkan air mata kesedihan, lalu bergegas masuk ke kamar.
Walau semua yang di katakannya terdengar aneh dan tak kumengerti, namun aku bisa merasakan kesedihannya, sama seperti rasa kehilangan, apa yang ku harapkan tak dapat ku gapai.
Aku masuk ke kamar pemilik tubuh ini, kamar yang indah walau tak seluas kamar pangeran. Yang ku injak bukan batu atau pasir, tapi kotak-kotak licin megkilat. Inikah kasur? Terasa begitu empuk dan kokoh, kecil tapi memuaskan. Senang terlentang lepas di kasur yang nyaman, yang bersinar itu... lampu. Benar, aku ingat benda yang seperti ini, tidak ada di kerajaan tapi.. yah, benda yang pertama kali ku lihat sejak hidup adalah lampu berwarna kuning. Aneh bila 7 tahun kemudian lampu menghilang, lalu muncul di dunia aneh ini. Untuk menerangkan suatu ruangan hanya api dan lilin yang mengelilingi istana, dunia ini punya lampu yang menerangkan semuanya, cukup satu lampu saja setiap sudut ruangan ini tampak begitu jelas. Sangat keren...
Tups!
Eh, ada apa ini? Lampunya padam. Aku lari keluar dari kamar dan melihat sekeliling gelap.
"Apha?"
Apha kaget keluar dari kamarnya dan menjenguk keluar mencari tahu sesuatu. Aku melihat apa yang Apha lihat, bukan hanya rumah ini yang padam, semua tempat padam dan gelap. Apa yang sebenarnya terjadi? Setelah itu Apha terus menatap gedung MoinS Grup lama.
"Apa yang terjadi?" Tanpa menjawab Apha berbalik kembali dan membuka sebuah kotak yang di ambil dalam lemari besi.
Lilin? Ternyata dunia ini punya lilin walau bentuknya berbeda. Apha menaruh lilin itu di meja tamu dan menyalakan lilinnya, duduk menghayati keindahan sinar api.
Akupun ikut duduk menghadap lilin di depannya, sambil terus memandangi apa yang dilakukan Apha dari setiap gerak-geriknya. Di lihat dari ekspresi Apha begitu senang, entah karena masih ada lilin atau dia meyukai terangnya lilin.
"Aku ingat masa kecilku, saat pertama kali ibuku menyalakan lilin di malam listrik padam. Sejak dulu keluargaku terlahir miskin dan menyedihkan, tak punya uang untuk membayar tagihan listrik, itulah penyebabnya. Aku begitu takut dan menangis, tapi aku senang terlahir miskin, karena saat itu ibuku memelukku dan menyalakan lilin sambil menyanyikan lagu tidur. Indah... suaranya begitu indah dan merdu, hingga aku tak takut lagi, tak menangis lagi, dan tertidur pulas.
"Begitu yah..." desahku.
"Ya, aku tak pernah menangis sebelum Tuhan mencabut nyawa ibu, setelah itulah aku kembali mengenal tangis. Selain miskin aku terlahir yatim, kepergian ibu telah mengosongkan dunia kecil yang kami bangun. Tinggal aku sendiri, apa gunanya dunia itu? 2 bulan kemudian aku menemukanmu di sungai atas pelipis daun pisang, kasihan... bahkan kau belum bisa berjalan, kau belum bisa berbicara, hanya bisa menangis harusnya, tapi kau tidak menangis, hanya terdiam. Aku perkira kau akan mati esoknya, namun tak tega aku meninggalkanmu, bisakah? Entah perasaan apa yang membuat aku ingin merawatmu, rasa iba atau kasihsayang. Sekarang lihatlah hasilnya, tak rugi aku merawatmu kau jadi lebih hebat." Apha tersenyum menceritakan masa lalunya.
Tap!!
"Sudah menyala, akan kumatikan lilin ini dan menyimpan kembali ke tempat semula."
"Oh iya, Apha belum menjawab pertanyaanku soal padamnya lampu, eh listrik!" harusnya aku tidak begitu bodoh di dunia ini.
Apha mengerutkan keningnya. "Kau ini kenapa? Bukankah sudah jelas penyebabnya berasal dari perusahaan MoinS Grup, presiden mereka pasti sedang merancang dan menghasilkan robot terbaru yang memuat skala besar magnet dan listrik, karena robot yang mereka buat terlalu besar hingga mengisap semua arus listrik di seluruh kota. Harusnya akan terjadi letusan listrik, tapi tidak.
Sangat aneh, walau peneliti mengatakan hal itu wajar tapi beberapa orang tidak mempercayainya, sayangnya hal itu nyata saat peluncuran pertama robot Stone DNxx 2021 silam. Robot bayangan yang menyerupai manusia dengan tinggi mencapai 13 meter dengan stamina daya biru pengolah energi dan magnet. Saat peluncuran itulah MoinS Grup di pandang dunia. Hanya MoinS Grup yang berhasil menciptakan robot bayangan skala besar hingga mencapai lebih dari 20 meter dan tanpa berat. Robot bayangan penghisap lisrik dan mengandung magnet tapi tidak mempengaruhi dunia, tembus tapi bisa di sentuh, aku bertanya-tanya tentang itu, pasti ada sesuatu yang disembunyikan MoinS Grup.
Sudahlah... mereka itu hanya orang kaya sombong, kita lakukan saja pekerjaan kita sebangai pencuci kendaraan, hanya itu satu-satunya pekerjaan mulia yang dapat dilakukan orang miskin."
Aneh... perasaanku juga begitu. Besok aku harus menjumpai Reen di sana, kebetulan sekali aku begitu penasaran seperti apa MoinS Grup dan robot.
"Besok adalah hari peluncuran robot Stone DNxx2R terbaru yang di rancang untuk periode mesin waktu, hebat... MoinS Grup mengundang para pejabat besar dari berbagai negara, peluncuran robot yang di nanti-nantikan banyak orang, dunia semakin modern dan canggih, penemuan seperti itu akan ramai di tahun yang akan datang," ucap Apha saat hendak masuk ke kamar kembali.
MoinS Grup? Robot?
***