webnovel

The Kingdom of NETERLIANDIS

NETERLIANDIS sebuah kerajaan yang melibatkan bentuk mata dan fantalis sihir dalam penentuan kasta dari takdir seseorang. Hingga pada suatu ketika, lahirlah seorang bayi yang akan merangkai takdirnya sendiri. Seorang bayi pemilik fantalis berbeda yang akan mencoba menciptakan perubahan di kerajaan Neterliandis. Percintaan, pemberontak, penghianatan serta ribuan rahasia akan terungkap dalam perjalanannya membentuk keadilan. Akankah keadilan benar-benar tercipta di tangan seorang bayi yang akan menjadi dewasa nantinya? Atau malah kehancuran yang akan di dapat oleh kerajaan Neterliandis. Note: Cerita ini belum direvisi, bisakah kalian membantu saya untuk mencari paragraf yang mana typo dan sebagainya dalam cerita ini? jika iya kalian hanya perlu memberi komentar pada paragraf yang sebaiknya perlu saya revisi. 07 Oktober 2021

Aksara_Gelap · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
40 Chs

Habisi Dia Malam Ini Juga

"Apa? Para penduduk mulai bisa menerima perbedaan fantalis Pangeran Dinata. Apa kalian tidak salah lihat, Prajurit?"

Perdana Menteri Suliam tengah mendengar cerita mendetail, mengenai kunjungan Pangeran Dinata ke desa Karang dari seorang prajurit yang ia tugaskan menyebar rumor buruk di sana.

Tampak prajurit yang sedikit berumur itu gugup menjelaskan apa yang ia lihat dan dengar tadi, pada Perdana Menteri Suliam yang meledak-ledak emosinya. Makin demi makin terus terucap dari bibir ketus Perdana Menteri Suliam. Ia bahkan membanting gelas hingga pecah ketika mendengar bahwa Liliana mencari bukti-bukti tentang pemberontakannya di desa Karang tadi.

"Apa saja yang kamu lakukan di sana, kenapa kamu tidak menutup mulut penduduk untuk tidak menyebut sedekitpun tentang kita. Kamu itu terlalu bodoh!! Bagaimana jika gadis tengik itu mengadu pada Raja Indra, kita semua bisa dihukum," teriak Perdana Menteri Suliam yang telah memastikan tidak ada orang lain kecuali mereka di sana.

"Ma... Maafkan saya, Tuan. Saya belum sempat menutup mulut anak kecil itu ketika mereka datang."

"Bodoh!!! Tidak ada cara lain sebelum Liliana membicarakan ini pada Raja Indra, sekarang saya perintahkan kalian untuk melenyapkannya!!! Bakar dia di gunung Negalitipus buat apinya semakin besar supaya penduduk tidak lagi percaya pada Pangeran Dinata."

Perdana Menteri Suliam akhirnya memanggil dan meminta Bayan orang kepercayaannya untuk menghabisi nyawa Putri Liliana secepatnya sebelum semua terbongkar.

Perintah dari Perdana Menteri Suliam disanggupi oleh orang kesayangannya itu. Ia akan membunuh Putri Liliana malam ini juga, dan menenggelamkan mayatnya pada magma gunung Negalitipus agar tidak diketahui siapapun.

Bayan sendiri adalah pembunuh dengan bayaran termahal di dunia bagian gelap kerajaan. Belum ada satu orang pun yang berhasil menangkapnya karena memang dia terkenal kuat dan cerdik.

"Malam ini juga saya akan membuat gadis itu hanya tinggal nama saja."

***

Matahari sebentar lagi tenggelam, bias jingga di peraduan juga sudah mulai muncul. Pangeran Antoni belum mengatakan sepatah kata pun dari mulutnya untuk gadis cantik yang berada didepannya. Sudah hampir 15 menit hanya kebisuan diantara mereka. Setelah pertanyaan Liliana mengenai keputusannya menjauhi Pangeran Dinata tidak diberi alasan jelas oleh Antoni, Putri Liliana juga memutuskan untuk diam.

"Antoni, satu lagi saya juga mau mengatakan jika ayahmu tidak sebaik yang kamu pikirkan. Perdana Menteri Suliam telah melakukan pemberontak pada Raja Indra dan ayahmu bahkan membuat rumor untuk menjatuhkan Pangeran Dinata. Ia mengatakan pada penduduk bahwa Pangeran Dinata adalah seorang monster dan dia...."

"Berhenti Liliana," ucapan Putri Liliana langsung dipotong tegas oleh Antoni, "saya tahu kamu tidak menyukai ayah, tapi tolong jangan menuduh ayah saya seperti ini."

Antoni bersikeras tidak percaya dengan ucapan Liliana yang terkesan menuduh ayahnya tanpa alasan. Baginya ayah memang sosok yang keras tapi tidak mungkin ia bisa melakukan hal licik seperti itu.

"Saya tidak menuduh, saya melihat sendiri kelakuan licik ayahmu, Antoni. Kamu harus membuka mata ka..."

"Sudah, Liliana. Cukup saya tidak ingin mendengar omongan kosong ini lagi," Pangeran Antoni memilih untuk pergi dari sana meninggalkan Liliana yang berusaha menjelaskan ucapannya.

"Antoni, dengarkan saya," panggil Liliana pada Antoni yang hampir sepenuhnya menghilang dengan sihir teleport.

"Bodoh, kamu keras kepala Antoni," ucap Liliana sambil mengusap air matanya yang mengalir.

Apa yang harus saya lakukan sekarang? Untuk menyelamatkan persahabatan mereka. Ah, sepertinya tidak ada cara lain, saya harus mengatakan kelicikan Perdana Menteri Suliam pada Dinata. Saya yakin tidak akan mengeluarkan emosi seperti Antoni dalam masalah ini. Yah, saya akan mengatakan hal ini sekarang....

Liliana mulai menghubungi Pangeran Dinata dengan telepatinya untuk menyelesaikan ini semua. Tak selang beberapa lama telepati dari Liliana langsung diterima oleh Pangeran Dinata yang tengah melihat matahari terbenam dari jendela taman pribadinya.

"Ada apa, Liliana? Kenapa suara kamu terdengar serak. Apa kamu sedang menangis?" Tanya Pangeran Dinata yang sedikit bingung dengan sikap Liliana yang tiba-tiba mengirim telepati padanya

"Itu tidak penting, Dinata. Ada hal yang lebih penting yang harus saya sampaikan padamu sekarang," nada bicara Liliana terdengar sangat serius.

"Apa itu?" Tanya Pangeran Dinata sangat penasaran dengan hal yang akan disampaikan Putri Liliana padanya.

"Saya sudah tahu siapa yang menyebar rumor buruk tentang kamu di desa Karang tadi, tapi saya minta kamu jangan tersulut emosi setelah mendengar ini."

Pangeran Dinata terdiam sesaat sebelum ia benar-benar menyanggupi permintaan Liliana itu.

"Orang yang dibalik rumor ini adalah Haeg..."

Telepati dan Liliana terputus setelah suara pukulan terdengar, Pangeran Dinata sontak panik dengan situasi yang terjadi.

Dinata terus mencoba menghubungi Putri Liliana lagi dengan telepatinya tapi tetap tak ada respon dari Liliana.

Apa yang terjadi pada Liliana? Jelas saya mendengar suara pukulan tadi. Apa Liliana diserang seseorang? Bagaimana ini, dimana Liliana?

Pangeran Dinata mengirim telepati pada Antoni tapi tidak juga direspon positif. Pangeran Antoni sengaja tidak menerima telepati itu, demi menjauhi Pangeran Dinata.

"Ah," Dinata menghela napasnya panjang, ia terus berpikir hal yang harus dia lakukan.

"Sudah tak ada jalan lain, saya harus menemui Putri Liliana di kediamannya sekarang juga."