webnovel

The Kingdom of NETERLIANDIS

NETERLIANDIS sebuah kerajaan yang melibatkan bentuk mata dan fantalis sihir dalam penentuan kasta dari takdir seseorang. Hingga pada suatu ketika, lahirlah seorang bayi yang akan merangkai takdirnya sendiri. Seorang bayi pemilik fantalis berbeda yang akan mencoba menciptakan perubahan di kerajaan Neterliandis. Percintaan, pemberontak, penghianatan serta ribuan rahasia akan terungkap dalam perjalanannya membentuk keadilan. Akankah keadilan benar-benar tercipta di tangan seorang bayi yang akan menjadi dewasa nantinya? Atau malah kehancuran yang akan di dapat oleh kerajaan Neterliandis. Note: Cerita ini belum direvisi, bisakah kalian membantu saya untuk mencari paragraf yang mana typo dan sebagainya dalam cerita ini? jika iya kalian hanya perlu memberi komentar pada paragraf yang sebaiknya perlu saya revisi. 07 Oktober 2021

Aksara_Gelap · Fantasy
Not enough ratings
40 Chs

Moster yang Sesungguhnya

Fajar dalam hitungan jam lagi menyingsing, hampir sepertiga malam Dinata terus mencari keberadaan Putri Liliana. Rasa khawatir telah sepenuhnya menguasai hati dan pikiran Pangeran Dinata, jalan yang ia ingin ambil terasa benar-benar buntu.

Dimana lagi saya harus mencari Liliana, dikediamannya tidak ada. Apa yang sedang terjadi sebenarnya dengan Liliana, kenapa perasaan saya terasa tidak enak setelah mendengar suara tadi. Tujuan terakhir yang mungkin dikunjungi Liliana adalah rumah Pangeran Antoni, tapi apakah Antoni mau bertemu saya nanti? Ah, sudah cukup Dinata jangan terlalu banyak berpikir, keselamatan Liliana jauh lebih penting dari pada apapun. Lagipula Antoni pasti mendengarkan saya, Liliana juga merupakan kekasihnya. Dia berhak tahu hal apapun yang terjadi dengan Liliana.

Dengan sihir teleportnya Dinata bergegas pergi ke kediaman Pangeran Antoni yang penuh dengan penjagaan ketat. Akhir-akhir ini sejak Antoni masuk dalam seleksi tahap akhir, Perdana Menteri Suliam mulai menambah penjagaan di kediamannya.

Beberapa orang pengawal kediaman Perdana Menteri Suliam menahannya untuk tidak masuk, mereka diperintahkan untuk tidak mengizinkan siapapun yang ingin menemui Antoni. Bahkan salah seorang Prajurit di sana menahannya dengan pedang tajam ketika Pangeran Dinata memaksa untuk masuk.

"Jangan melawan Pangeran Dinata, jika tidak saya terpaksa bertindak kasar nantinya," ucap seorang prajurit yang rupanya memiliki nyali besar dengan menganyunkan pedang yang telah keluar dari sarungnya ke arah Pangeran Dinata.

"Saya tidak mencari keributan di sini, Prajurit. Tapi jika itu adalah jalan satu-satunya untuk masuk, saya siap jika harus melawan."

Dinata mengeluarkan fantalis sihirnya, menciptakan pedang yang tajam dan penjang dari kristal es miliknya. Tampak lima orang prajurit itu mundur beberapa langkah, kaget sekaligus takut ketika melihat sebuah pedang dari kristal es yang terlihat begitu kuat ada didepan mereka sekarang.

Melihat para prajurit itu mundur, Pangeran Dinata lantas melangkah masuk ke dalam kediaman Antoni. Pikiran Pangeran Dinata tentang gertakan untuk para prajurit tadi ternyata berhasil, dengan leluasa ia bisa mencari Antoni tanpa dihalangi mereka lagi.

Pangeran Dinata mencari hampir di seluruh ruangan di sana tapi tidak terlihat sosok yang tengah ia cari, sekarang Dinata beralih ke halaman belakang berharap ia akan segera menemukan Liliana atau setidaknya Antoni di sana.

Langkah Pangeran Dinata berhenti ketika melihat sosok yang terkenal sebagai orang paling keji di tanah Neterliandis, Bayan.

Terlihat Bayan tengah menyerahkan sebuah syal yang dipenuhi darah segar dan tercium seperti aroma darah manusia. Di bagian ujung syal itu terdapat motif angin yang merupakan lambang khas bangsawan pemilik fantalis udara.

"Semua sesuai permintaan Perdana Menteri Suliam, saya sudah melenyapkan gadis itu dan membuang mayatnya di dalam magma gunung Negalitipus."

Melenyapkan gadis? Jangan-jangan.... Liliana.

Tubuh Pangeran Dinata berjalan mendekat ke arah Perdana Menteri Suliam dan Bayan yang masih belum sadar akan kehadirannya, ia melangkah tanpa perintah dari otaknya.

"Bagus, sekarang tidak ada lagi pengganggu seperti Liliana yang akan menghancurkan rencana saya," ucap Perdana Menteri Suliam tersenyum sambil mencium aroma darah Putri Liliana dari syal yang masih dipegang oleh Bayan.

Deg....

Jantung Pangeran Dinata terasa berhenti sejenak saat mendengar perkataan Perdana Menteri Suliam yang terdengar begitu jelas tadi. Pikiran Dinata langsung tertuju untuk membunuh mereka berdua setelah mendengar nama Liliana tersebut dalam percakapan itu.

Syettt.....

Sekali tebas lengan Bayan yang tengah memegang syal Liliana langsung putus, terjeletak di tangan dan masih sedikit bergerak.

Sontak Bayan menjerit keras melihat nasib lengannya, dan Perdana Menteri Suliam kaget bukan kepalang ketika melihat sosok yang penuh amarah kini berdiri di depan mereka.

Hati Pangeran Dinata benar-benar tidak bekerja sekarang, matanya menatap kosong dengan emosi yang melebihi batas ke arah Bayan yang sudah terduduk lemas. Ia masih hendak mengayunkan pedangnya ke arah leher Perdana Menteri Suliam yang tampak tak tertutupi apapun.

Ayunan pedang Dinata menuju leher Perdana Menteri Suliam terhenti ketika Bayan menusuk kakinya dengan sebuah pisau yang telah dilumuri racun mematikan.

"Masih bisa bergerak rupanya kau, Bayan? Apakah saya harus memutuskan lehermu juga? Tunggu dulu, bagaimana cara kamu membunuh gadis sebaik, Liliana? Mencekiknya? Memukulinya? Atau kamu menusuknya dengan pisau beracun seperti ini juga? Saya akan balas lebih kejam dari apa yang telah kamu lakukan padanya."

Seluruh syaraf pada hati Pangeran Dinata telah benar-benar beku akibat fantalisnya yang mengalir begitu cepat saat mendengar berita tentang Putri Liliana tadi. Tak sedikitpun belas kasih yang bisa tercipta di sana, membuat tubuh Bayan gemetar hebat.

"A... Am..ampun, Pangeran Dinata. Saya hanya pembunuh bayaran, semua ini adalah rencana dari Perdana Menteri Suliam. Saya hanya menjalankan untuk mendapatkan uang saja," ucap Bayan mengemis memohon maaf pada Dinata yang masih dengan aura dingin.

Seberapapun Bayan memohon dan mengibah, tidak bisa membuat Dinata merasakan belas kasih sedikitpun. Dalam hitungan detik pedang Pangeran Dinata telah melepas kepala Bayan dari tubuhnya. Sekarang matanya melirik ke arah Perdana Menteri Suliam yang masih terdiam kaku karena kakinya tidak mampu digerakkan.

"Monster, itu kan rumor yang kamu sebarkan untuk saya," Dinata melangkah pelan ke arah Perdana Menteri Suliam, "saya akan membuat rumor yang kau buat menjadi kenyataan untuk kamu, Perdana Menteri Suliam. Saya akan menjadi monster yang membuat kamu mati pagi ini juga."

"Pa... Pangeran Dinata de... dengarkan saya dulu, Pi... pikiran masa depan kamu jika menghabisi nyawa saya sekarang, kamu akan ditolak oleh seluruh penghuni kerajaan Neterliandis jika mereka tahu kamu seorang pembunuh. Dan artinya tidak ada harapan untuk kamu menjadi Calon Raja seperti harapan ayahmu," tutur licik Perdana Menteri Suliam gugup.

Dinata sama sekali tidak menghentikan langkahnya, tinggal beberapa detik untuk Dinata sampai ke tempat Perdana Menteri Suliam dan menebas lehernya.

Treak, Pedang dari kristal esnya sudah terangkat, siap memutuskan kepala licik itu. Perdana Menteri Suliam hanya mampu menutup matanya menunggu sebuah keajaiban datang menyelamatkan dirinya.