" Ken?" sapa Netta. Ken yang berjalan santai terkejut disapa oleh Netta. Ken manatap si empunya suara dan melihat Netta yang sedang berdiri dengan memakai gaun tidur berwarna merah buat ibu hamil. Ken menelan salivanya. Dia mendekati Netta perlahan, semaikn dekat jantungnya semakin berdetak kencang.
" Kau baru pulang?" tanya Netta lagi. Ken tidak menjawab, dia semakin dekat dan mendorong Netta ke tembok dengan tiba-tiba hingga gelas yang dipegangnya jatuh ke lantai dan pecah.
" Ap...apa yang kamu lakukan?" tanya Netta.
" Aku sudah tidak tahan lagi, Ta! Kamu sangat menggairahkan!" ucap Ken lalu mencium paksa bibir Netta.
" Lepas...kan! Breng sek lo, Ken!" teriak Netta marah karena sikap kasar Ken. Tapi Ken tidak perduli, dia tidak mau lagi mengerang di kamar mandi sendiri. Cukup sudah kesabarannya selama 5 bulan ini menahan perasaannya yang bertepuk sebelah tangan. Ken melumat bibir Netta dan meremas dada wanita cantik itu. Netta ingin menahannya, tapi tubuhnya berkhianat.
" Ahhh!" desah Netta tanpa sadar. Ken sangat senang mendengar desahan Netta.
" Kau juga menginginkannya bukan, honey? Jangan menahannya! Aku akan memberikan pengalaman hidup yang akan membuatmu melupakan bajingan itu!" bisik Ken lalu melanjutkan aksinya memberikan kissmark disana sini pada leher dan dada Netta.
" Tolong, Ken! Jangan lakukan! Aku mohon!" pinta Netta. Tapi Ken bergeming, dia yang mengangkat tangan Netta ke atas kepalanya dengan tangan kanan, tidak menyia-nyiakan tangan kirinya.
" Aku adalah suamimu! Aku berhak atas dirimu!" ucap Ken marah. Tangannya masuk ke dalam celana dalam Netta dan memasaukkan satu jarinya ke dalam liang Netta.
" Akkkhh!" teriak Netta kaget disela ciuman panas Ken.
" Aku membencimu Kenneth Banner!... Sangat membencimu!" ucap Netta disisa-sisa kekuatan yang dimilikinya untuk melawan Ken. Ken sangat shock mendengar ucapan Netta, dia merasakan ada air hangat menetes dibahunya. Ken menghentikan kegiatannya dan menatap Netta yang ternyata telah pingsan di bahunya.
" Netta! Honey! My God, wake up! Netta!" kata Ken ketakutan. Digendongnya Netta dengan cepat ke dalam kamar dan dibaringkannya ke ranjang. Ken meraih ponselnya dan menelpon seseorang.
" Come to my house, now!" teriak Ken panik. Dia mendekati Netta dan menggosok-gosok tangan dan kakinya.
" I'm sorry, honey! Please, forgive me!" ucap Ken dengan penuh penyesalan. Tidak lama kemudian datang seorang wanita dengan tergesa-gesa ke kamar Netta.
" Ken! What's wrong?" tanya wanita itu.
" Please, Diana! Periksa, dia! Tiba-tiba saja dia pingsan!" ucap Ken dengan wajah sedih. Diana tidak menyangka, seorang Kenneth Banner bersikap seperti ini hanya karena seorang wanita.
" Ok! Don't panic and sit over there!" ucap Diana menunjuk sebuah sofa. Ken beranjak dari ranjang dan duduk di sofa yang ditunjuk Diana. Diana memeriksa Netta dengan teliti, Diana adalah dokter kandungan Netta yang khusus dipakai Ken untuk memeriksa keadaan kandungan Netta.
" How's she? Is she Ok? Is she gonna be alright? Diana? Can I..."
" Can you be quiet?" ucap Diana merasa berisik dengan sikap Ken yang cerewet dan tidak biasa. Ken langsung terdiam mendapat teguran dari Diana.
" What happen ti her?" tanya Diana.
" I just seduced her!" ucap Ken.
" Dia pasti menolak dan ketakutan!" kata Diana.
" Dia marah!" kata Ken pelan.
" Jangan melakukan sesuatu yang membuatnya ketakutan, karena akan membahayakan kandungannya!" kata Diana lalu menutup tubuh Netta dengan selimut.
" Apa tidak cukup selama 5 bulan ini dia mengabaikanmu?" tanya Diana memasukkan peralatan medisnya. Ken hanya terdiam.
" Dia tidak apa-apa! Hanya shock saja! Aku sudah memberikan dia penenang agar dia bisa istirahat!" kata Diana. Wanita itu berdiri dan menatap pria tampan dihadapannya itu.
" Aku pulang! Hentikan bersenang-senang dengan gadis- gadis bodoh! Kmu pengacara hebat! Cari wanita yang mencintaimu! Apa kamu tidak ingin berumah tangga dengan baik?" tutur Diana. Diana melangkah keluar dari kamar Netta dengan perasaan sedih. Dia mengenal Ken sejak dulu dan mencintai Ken dengan bodoh. Tapi Ken tidak pernah sedikitpun memperhatikannya. Selang beberapa jam kemudian Ken pergi keluar rumah dan masuk ke dalam mobilnya. Ting! Tong! Bunyi bel apartement Diana. Diana yang baru saja hendak tidur bangun dan menuju ke pintu. Dilihatnya wajah Ken di lubang pintunya.
" Apa yang kau lakukan?" tanya Diana pada Ken saat pintunya terbuka. Ken hanya diam saja, lalu menerjang Diana dan menciumnya dengan ganas. Diana terkejut, hatinya marah melihat tingkah Ken yang seenaknya sendiri. tapi tubuhnya tidak berkompromi. Diana membalas ciuman panas Ken, Ken meremas dada Diana.
" Ahhh!" desah Diana. Ken terus mendesak Diana ke dalam kamarnya, juniornya bangkit mendengar desahan Ken.
" Lepaskan, Ken! Jangan kurang ajar!" kata Diana. Ken bergeming, dia masih saja terus mencumbu Diana.
" Aku sudah punya kekasih!" ucap Diana yang telah jatuh ke ranjang dan berada diabawah Ken.
" Kamu tidak mencintai dia!" kata Ken lalu membuka gaun tidur Diana dan mendapatkan tubuh toples dokter cantik itu.
" Apa kau selalu tidur seperti ini?" tanya Ken.
" Pergilah Ken!" kata Dian takut, dia takut jatuh lebih dalam lagi oleh pesoan pria itu.
" Tidak! Aku tahu kamu juga menginginkan ini!" ucap Ken berbisik di telinga Diana dan menjilatnya. Diana merasakan getaran aneh menyusuri tubuhnya. Tangan Ken sudah kemana-mana, bibirnya menikmati dada kenyal milik Diana.
" Kennnn!" desah Diana.
" Say my name!" ucap Ken saat memberikan kissmark di dada Diana.
" Kennnn!" ucap Diana.
" Yes, baby! Say my name if you feel good!" kata Ken, dia menciumi tubuh Diana hingga turun ke perut. Tubuh Diana menggelinjang merasakan sensasi berbeda dan pertama baginya.
" Ken! Please! I have boy friend!" kata Diana. Ken tidak perduli, dia membuka paha Diana dan langsung menyesap liang wanita itu tanpa memberi kesempatan pada Diana untuk menutup pahanya.
" Ssshhhh!" Diana mendesis.
" It's so good, Ken!" racau Diana. Ken menyesap dan memasukkan jarinya pda liang Diana. Diana terkejut, dia seperti orang gila menggeliat dan menari di atas ranjang akibat kegilaan jari Ken.
" Ken! Akhhhh!" Diana mendapatkan pelepasannya.
" Kau sangat basah, baby! Dan rasanya sangat manis!" kata Ken. Diana tidak bisa bicara apa-apa, kenikmatan yang baru pertama dia rasakan sangat menguras tenaganya. Ken segera membuka pakaiannya saat Diana memjamkan matanya akibat lemas. Dengan cepat dibukanya paha Diana lebar-lebar dan dihujamkannya miliknya ke dalam milik Diana.
" Oughhh!" teriak Diana yang kaget dan kesakitan.
" My God! Apa kamu masih virgin, baby?" tanya Ken. Diana meneteskan airmatanya karena kesakitan dan bahagia karena yang melakukan adalah orang yang dicintainya. Ken terkejut karena milik Diana yang sangat sempit.
" Sorry, baby!" kata Ken menyesal, tapi dia sangat menginginkan Diana. Ken memaksakan miliknya untuk masuk sempurna, walau Diana merasakan perih di liangnya.
" Ini hanya sebentar, baby! Hang on!" kata Ken dan menyentakkan juniornya hingga masuk sempurna. Ken merasakan miliknya seperti dipijit-pijit dan sangat nikmat rasanya. Lalu perlahan Ken menggoyang pantatnya sambil melumat bibir Diana agar rasa sakit yang dirasakan Diana berkurang dan berganti kenikmatan. Setelah beberapa lama, Diana merasakan kembali perasaan itu tapi ini lebih nikmat dari sebelumnya.
" Kennnn! I...can'tttt..."
" Say it, baby!"
" Kennnn..."
" Akhhhhh!" mereka keluar secara bersamaan, Ken menyemprotkan cairannya ke dalam rahim Diana dan jatuh di atas tubuh wanita itu.