webnovel

Invasi Kerajaan Grimer

Foxi memerintahkan semua wanita dan anak-anak untuk berkumpul di dekat kediamannya sebab disana juga ada Luxi serta Trixi yang bisa melindungi mereka, di sana juga pekarangannya jauh lebih luas dibandingkan yang lainnya. Sementara para pria yang ada di desa diperintahkan untuk bersiap-siap andaikan keadaan genting juga sampai ke desa mereka. Semua warga langsung bubar untuk menjalankan instruksi yang diperintahkan kepala desa mereka.

"Kalian semua siapkan senjata kalian, kemungkinan terburuknya mungkin musuh yang menyerang Kota Lunar juga akan datang kemari," teriak Foxi kepada para pria yang masih berkumpul di balai desa. Mereka langsung membubarkan diri untuk bersiap membawa perlengkapannya masing-masing.

"Kelihatannya tidak ada yang perlu aku khawatirkan di sini," batin Satria seraya menatap ke arah barat. Tampak percikan-percikan api muncul di langit, jika diperhitungkan kemungkinan jaraknya sudah melewati Kota Lunar.

"Apa yang terjadi? Mengapa musuh sudah bisa bergerak kemari?" pikir Satria yang benar-benar terkejut, dia yakin kalau kini musuh sudah bergerak ke desa tetangga mereka. Satria langsung termenung sejenak hingga akhirnya dia paham kenapa musuh bisa bergerak secepat itu.

"Ada apa nak Satria?" tanya Foxi sambil mendekat.

"Musuh sudah bergerak kemari," jawab Satria.

"Eh? Mustahil, tidak mungkin Kota Lunar takluk begitu saja," tukas Foxi dengan raut wajah terkejut sebab di Kota Lunar sangat banyak petualang tidak mungkin mereka menyerah begitu saja.

"Itu memang tidak masuk akal, tapi jika dengan strategi yang matang aku yakin mereka bisa melakukannya dengan mudah," jawab Satria sambil menatap ke langit yang terang benderang dipenuhi percikan api yang terus menerus terlontar ke atas.

"Kalau begitu aku harus siap-siap dahulu," kata Foxi sambil berlari menuju ke rumahnya untuk bersiap menghadapi musuh. Sementara itu Satria hanya menggertakan giginya seraya mengepalkan tinjunya dengan erat.

"Mereka berani-beraninya mengacaukan rencanaku! Jika begini akan membutuhkan waktu lebih banyak lagi untuk menjalankannya," gerutu Satria. Di dalam perhitungannya dia sudah bisa menebak siapa orang yang bertanggung jawab dengan keributan ini.

Tanpa ragu lagi Satria langsung mengeluarkan semua item terbaiknya dari slot tas miliknya. Sebuah perlengkapan full armor berwarna hitam dengan Kristal hitam di dadanya, sarung tangan, sepatu, dan pelindung kepalanya berwarna senada hitam-hitam kelam bagaikan gagak, meski armornya tidak setebal yang biasa dipakai guardian atau swordman tapi armornya jauh lebih tebal dari yang biasa dipakai assasins. Tentunya senjata andalannya yang bernama Dreamer's Weapon sudah dia pegang erat di tangannya. Kini semua perlengkapan yang dia pakai memiliki kualitas SSR.

"Mereka yang menabuhnya, mereka juga yang akan mendapatkan akibatnya," ujar Satria sembari menyeringai kejam.

"Archer," ucap Satria, seketika itu juga senjatanya langsung berubah menjadi sebuah busur.

Satria langsung melesat berlari menuju jembatan yang menjadi perbatasan Desa Whis, dia berniat menghalau semua musuh yang datang ke sana. Dari kejauhan terlihat segerombolan serigala liar berhamburan menuju ke arah desa. Jumlahnya begitu banyak hingga terlihat ribuan serigala, tapi di belakang mereka masih ada binatang mengerikan lainnya. Dari mulai babi hutan, anjing liar dan yang lainnya.

"Beast tamer ya, itu memang efektif," kata Satria seraya menyeringai dan menarik tali busurnya ke belakang.

"Menggunakan hewan-hewan buas untuk membuka peperangan akan mengurangi resiko korban jiwa di pihak mereka, tapi sayangnya mereka hanya mengerahkan hewan biasa seperti itu," sambung Satria, kini busurnya mulai diselimuti oleh cahaya gradasi berwarna merah membara.

"Magic arrow: burning rain!" teriak Satria sambil melepaskan panah apinya ke angkasa. Satria kembali menarik tali busurnya ke belakang.

"Magic arrow: icy burst!" tambah Satria. Busur panahnya langsung diselimuti oleh cahaya gradasi berwarna putih. Lalu panahnya dia lesatkan ke depan menuju kawanan serigala liar yang datang.

Saat itu juga ribuan titik-titik panah api terlihat muncul di langit dan meluncur ke bawah layaknya hujan. Sementara itu panah es yang dilesatkan Satria langsung menggandakan diri sampai jumlahnya bagaikan tawon yang mengerubungi mangsanya. Angin yang bertiup terasa begitu dingin. Kawanan hewan buas yang datang terlihat agak ragu untuk mendekat, tapi itu semua sudah terlambat.

Semua hewan buas yang berjumlah ribuan itu dihujani panah api dari langit dan diserang panah-panah es dari depan yang langsung meledak saat mengenai tubuh targetnya. Suara dentuman-dentuman kecil langsung terdengar, raungan hewan buas terdengar menghiasai malam yang tadinya sunyi.

Semua orang di desa sangat terkejut melihat hujan panah api dari langit, angin yang bertiup menerpa tubuh mereka juga terasa begitu dingin Foxi, Alexa dan semua orang yang ada di sana benar-benar terkejut. Foxi dan Alexa serta Trixi dan Luxi tampak sudah memakai perlengkapan petualang mereka.

"Itu, tehnik archer," batin Alexa.

"Aku pergi dulu Luxi, jaga semua orang yang ada di sini," teriak Foxi yang membawa tameng besar di punggungnya. Dia langsung berlari bersama dengan Alexa yang membawa pedang di pinggangnya.

"Apa yang terjadi di sana? Itu jika dilihat dari jumlahnya itu jelas-jelas bukanlah serangan dari archer level rendah," batin Alexa yang terus berlari bersama Foxi.

"Siapa yang bisa melakukan itu? Apa mungkin nak Satria? Tidak, aku dengar dia itu seorang priest," gumam Foxi. Di perjalanan para pria lainnya juga langsung ikut berlari mengikuti mereka dengan perlengkapan seadanya.

Sementara itu Satria masih berdiri di jembatan sambil melihat hewan-hewan buas yang dia serang tumbang satu persatu. Tapi dari belakang hewan-hewan buas itu tiba-tiba saja ratusan panah dengan berbagai elemen melesat menuju ke arahnya, riuh angin bergemuruh mengiringi ratusan panah yang melesat. Namun Satria terlihat malah senang dan mulai menarik tali busurnya lagi ke belakang.

"Magic arrow: flames strike!" ucap Satria.

Saat itu juga busurnya langsung diselimuti oleh api yang membara hingga memancarkan cahaya gradasi berwarna merah. Sekejap mata Satria langsung melesatkan panahnya menuju ratusan panah musuh yang datang. Satu panah yang Satria lesatkan kembali menggandakan diri dan menghantam ratusan panah musuhnya.

'Dhoomrr'

'Dhaamrr'

Suara dentuman demi dentuman langsung terdengar menggelegar saat panah api milik Satria menghantam panah-panah yang dilontarkan musuhnya. Riuh angin terus menderu bertiup dari titik benturan. Dari kejauhan terlihat puluhan petualang demi human yang memakai perlengkapan full armor serta membawa tameng langsung maju ke depan di susul oleh petualang demi human yang membawa pedang, tombak dan senjata lainnya.

"Hahaha.. aku harap squad yang mereka bawa cukup bisa menghiburku!" ujar Satria sambil menyeringai senang. Entah mengapa saat berada di tengah-tengah pertempuran seperti itu pikirannya serasa sangat bahagia hingga tidak bisa dia tahan lagi, seakan-akan ingin melampiaskan semua kekesalan, kegelisahan dan kemarahannya yang telah lama dia tutupi hingga saat ini.

"Swordman!" ucap Satria, busur panah hitam miliknya langsung berubah bentuk menjadi sebilah pedang hitam. Satria kemudian menekuk kedua kakinya sebelum akhirnya dia hentakan ke tanah, tubuhnya terlontar ke angkasa tepat diatas ratusan demi human yang bergerak datang ke Desa Whis.

"Hahaha.. sudah aku duga, mereka memang prajurit dan petualang dari Kerajaan Grimer. Sayang sekali, mereka malah mengganggu rencanaku!" kata Satria yang langsung turun ke tengah-tengah pasukan musuh.

"Triple slash!" teriak satria yang sudah ada di tengah-tengah barisan pemanah.

Bersambung…