webnovel

Sahabatku Mencintai Kekasihku

Peringatan! Harap bijak dalam membaca, karena ada beberapa unsur dewasa di dalamnya. Persahabatan yang terjalin di antara Ayumi dan Sintia harus berada di ujung tanduk ketika mereka jatuh hati pada laki-laki yang sama. Ayumi yang selama ini seringkali mengalah demi Sintia pun akhirnya memberanikan diri untuk memperjuangkan cintanya. Sintia merasa marah dan kecewa terhadap Ayumi ketika mengetahui hubungan mereka, hingga dia ingin memutuskan hubungan persahaban mereka. Ayumi mulai ragu untuk melanjutkan hubungannya dengan Andra, apalagi mantan terindahnya datang ingin merebut hatinya kembali dari dekapan sang kekasih. Dia mulai bimbang, apakah harus memilih Andra dan harus mengorbankan persahabatannya dengan Sintia atau lebih baik memilih Dito, mantan terindahnya dan bisa tetap mempertahankan persahabannya dengan Sintia. Di tengah kegalauan itu, keluarga Andra tengah mengalami kesulitan ekonomi dan dia terancam tidak mampu melanjutkan pendidikannya lagi. Satu-satunya orang yang saat itu bisa menolongnya hanyalah Sintia. Keadaan membuat Andra dan Ayumi mulai menyerah memperjuangkan hubungan mereka. *Catatan: Volume 1 - Kisah Asmara: Menceritakan tentang kehidupan dan kisah asmara antara Ayumi, Andra, Sintia, dan Dito. Volume 2 - Kehidupan Baru: Menceritakan tentang kehidupan baru yang dijalani Ayumi tanpa pasangan hidupnya.

Penulis_Senja · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
376 Chs

Bab 2 Kau Bukan Milikku Lagi

Sudah sebulan berlalu tanpa kehadiran Dito di sisiku. Bagaimana kabar dia di sana? Aku sangat merindukannya. Aku sudah menahan diri untuk tidak menghubunginya sesuai dengan apa yang dia minta sebelum pergi. Namun aku memberanikan diri untuk tetap mengirimkan pesan untuknya.

Sebenarnya aku pun takut kecewa jika dia tidak membalas pesan dariku tersebut. Tapi Dito sudah memperingatkanku sebelumnya. Sehingga, aku sudah bersiap untuk menerima kenyataan jika memang pesanku tidak dibalasnya.

Benar saja, sudah sekitar 2 hari pesan yang telah kukirimkan tidak dibalasnya. Memang sih aku mengirim pesan melalui media sosialnya. Dito memang salah satu orang yang jarang sekali bermain media sosial. Dengan mengerti sepenuhnya sifat Dito yang demikian, aku mengikhlaskan tak terbalasnya pesanku untuknya tersebut.

Sekitar satu bulan setelah Dito pergi, tiba-tiba ada pemberitahuan dari ponselku bahwa Dito sedang mengunggah sebuah foto di instagram. Foto dirinya bersama temannya di kampus. Yang aku sesalkan, kenapa salah satu teman wanitanya menyandarkan kepala di pundak Dito seakan tidak ada rasa canggung sedikit pun. Sementara teman-teman lainnya seakan memahami situasi tersebut dan tersenyum lebar ikut berbahagia pada momen yang dibagikan tersebut.

"Deg…" Hatiku terasa sedikit teriris. Meskipun aku tidak mengerti situasi yang sebenarnya, namun tak biasanya Dito bersikap hangat kepada perempuan lain. Meskipun sudah dekat, selama ini Dito selalu menjaga jarak dengan teman-teman wanitanya. Hal ini dilakukan untuk semata-mata menjaga perasaanku.

Aku tahu bahwa status hubunganku dengannya sudah bisa dikatakan tidak ada saling keterikatan alias break. Tapi aku masih begitu mencintainya. Dan sebaliknya, aku yakin bahwa apa yang dirasakan Dito terhadapku pun masih sama. Dia masih sangat mencintaiku.

Tapi dengan melihat foto itu, aku mulai ragu bahwa perasaan Dito terhadapku masih tetap sama seperti sebelum dia meninggalkanku ke Belanda. Aku memeriksa kotak masuk yang ada di akun media sosialku. Aku senang Dito membalas pesanku. Meskipun singkat dan mungkin tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan.

"Hai, Sayang. Apa kabar? Meskipun Aku tahu pesan ini akan Kamu balas lama, tapi setidaknya pasti akan ada balasan darimu entah kapan itu. Dito sayang, Aku merindukanmu. Jika sudah ada waktu luang, jangan lupa ceritakan padaku kegiatan dan kesibukanmu di sana ya. I love You!" Itulah isi pesanku yang kutulis untuknya.

"Hai, Sayang. Aku baik-baik saja. Semoga Ayumi juga baik-baik saja di Indo ya. Maaf bukannya tidak ingin bercerita tentang kehidupanku di sini, tapi Aku takut Kamu akan semakin merindukanku dan begitu pun sebaliknya. Aku takut rinduku padamu akan semakin besar dan bisa membuatku tidak fokus belajar di sini, karena ingin segera pulang dan bertemu denganmu. So, see you soon, Ayumi," balas Dito.

Aku senang dia sehat di sana dan masih merindukanku. Tapi apa susahnya bercerita tentang kehidupannya di sana. Padahal sepertinya dia begitu bahagia dengan kehidupan barunya di sana.

"Jangan-jangan itu semua hanyalah sebuah alasan agar dia bisa dekat dengan perempuan lain selama di Belanda. Tapi dia tetap bersikap manis terhadapku agar masih punya posisi aman ketika kembali lagi ke Indonesia nantinya," pikirku mulai curiga. "Duh ... kenapa semakin ke sini pikiranku menjadi semakin kacau enggak karuan begini ya. Yang pasti mulai sekarang aku akan berhenti saja menghubungi Dito. Karena sepertinya dia juga tidak ingin kuhubungi. Salah-salah nanti malam dibilang pengganggu lagi," ucapku dalam hati.

***

Satu semester telah terlewati. Aku pun mulai disibukkan dengan kegiatanku di kampus sebagai seorang mahasiswa penerima beasiswa. Saat itu, entah kenapa tiba-tiba aku ingin membuka IG (instagram) story. Dan benar saja, prasangkaku tepat. Aku menemukan akun Dito tengah merekap video pada IG story-nya. Terlihat ada seorang wanita yang terlihat mencoba merayunya dengan terdengar suara ramai menjodoh-jodohkan mereka.

Namun beberapa detik setelah aku melihat video itu, video tersebut tiba-tiba telah dihapus. Perasaanku campur aduk saat itu. Aku ingin sekali tetap percaya pada Dito dan meminta penjelasan kepadanya. Namun jangankan meminta penjelasan, untuk sekedar menanyakan kabarnya saja aku sudah tidak berani. Takut dia merasa terganggu seperti sebelumnya. Tapi sejujurnya, aku lebih takut mendengar jawaban darinya jika memang benar bahwa selama dia berada di Belanda, dia sedang dekat dengan perempuan lain.

"Enak kalau status hubunganku dengan Dito jelas, masih pacaran dan sedang LDR (Long Distance Relationship). Nah ini sudah break atau malah sebenarnya statusku dengan Dito sudah putus? Secara sebelum berangkat ke Belanda, Dito memintaku untuk bersama laki-laki lain saja," gumamku.

Semenjak unggahan foto pertama Dito selama di Belanda itu, aku kerap kali membuka akun miliknya dan mencari tahu aktifitas media sosialnya tersebut. Dan benar saja, meskipun Dito hanya sekali mengunggah foto bersama teman-temannya di Belanda, termasuk dengan perempuan yang aku duga sedang dekat dengan dirinya itu. Ada satu akun yang kerap kali menandai Dito dalam fotonya. Akun tersebut tidak lain adalah milik perempuan yang aku curigai. Kiara adalah nama perempuan tersebut.

Ternyata dia juga berasal dari Indonesia, tapi campuran dari Indonesia-Belanda. Ibunya orang Indonesia dan Ayahnya dari Belanda. Sepertinya Kiara menerima beasiswa yang sama dengan Dito. Dan Kiara ini juga ternyata berasal dari kampus yang sama dengan Dito selama kuliah di Indonesia. Aku harus mencari tahu tentang Kiara lebih banyak lagi. Sisil pasti tahu juga tentang Kiara ini. Tapi apakah sikap aku tidak berlebihan? Karena aku kan sudah bukan siapa-siapa Dito lagi yang berhak melarang dia dekat dengan siapa.

"Sil, kamu tahu Kiara enggak?" tanyaku.

"Lo, kamu kok kenal Kiara?" Sisil kembali bertanya kepadaku.

"Enggak kenal sih, malah ini sedang ingin mencari tahu," jelasku.

"Oh … jadi sejauh apa kamu mengetahui tentang Kiara?" tanyanya merasa ingin tahu.

"Ya Aku cuma tahu kalau dia teman Dito yang juga sedang melanjutkan S2 bersama Dito di Belanda," jawabku.

"Terus, ada lagi enggak?" Sisil kembali bertanya kepadaku.

"Enggak, Aku cuma tahu itu saja. Oh satu hal lagi. Dito dan Kiara sama-sama alumni dari kampusmu," ungkapku.

"Jadi itu saja yang baru Kamu tahu ya?" tanya Sisil mencoba memastikan kembali.

Aku menjawab, "Iya, makannya Aku nanya ke Kamu. Karena Aku yakin bahwa Kamu tahu sesuatu yang Aku enggak tahu."

Sisil menjelaskan, "Iya, tepas sekali! Jadi mereka itu memang setahuku sempat dekat. Cuma enggak sampai jadian."

"Kok Dito enggak pernah cerita ya soal Kiara? Memang kenapa mereka enggak sampai jadian? Kan Kamu bilang mereka sempat dekat?" Aku merasa penasaran atas apa yang telah dijelaskan Sisil.

Sisil mengungkapkan, "Aku sih enggak tahu persis ya. Cuma dengar-dengar karena mereka terjebak hubungan persahabatan gitu. Temen jadi demen gitu deh ceritanya. Mereka enggak mau hubungan pertemanan yang sudah lama terjalin bakalan jadi rusak. Hingga akhirnya mereka mengikhlaskan perasaan masing-masing. Cuma soal hubungan mereka setelah itu, Aku enggak begitu ngikutin. Karena setelah itu Dito agak menjauh gitu sih untuk menjaga jarak. Makanya Aku ngenalin Kamu ke dia."

Aku bertanya lagi, "Tapi Kiaranya bagaimana? Sebenarnya masih ada rasa enggak ke Dito?"

"Nah kalau itu Aku kurang tahu ya. Secara kan Kiara beda jurusan sama Aku dan Dito. Jadi Aku juga enggak begitu dekat dengan Kiara," terang Sisil.

"Huft ... menurutmu Aku harus gimana ya?" tanyaku meminta pendapat Sisil.

"Gimana apanya?" Sisil bertanya balik kepadaku.

"Ya … sikap Aku ke Dito. Jujur, Aku cemburu sama Kiara. Tapi kan sejak Dito mau ninggalin Aku ke Belanda, Kamu tahu sendiri kalau dia minta Aku sama cowok lain saja. Enggak usah nungguin dia. Nah, jangan-jangan itu alibi dia buat dekat lagi dengan Kiara," curigaku.

"Hmmm ... kayaknya sih Dito bukan tipe cowok kayak gitu deh. Cuma ya menurutku enggak salah juga kalau misal ada cowok lain yang mendekati Kamu terus Kamu juga mau dekat dengan cowok itu. Toh Dito memang enggak ngelarang Kamu untuk itu kan. Dan nanti pas Dito balik, dia masih tetap mau sama Kamu. Emang Kamu lagi deket sama siapa sekarang?" tanya Sisil terlihat penasaran.

"Ngaco Kamu. Ya enggak adalah," tegasku.

***