Partner in crime, sebuah hubungan yang mereka jalani. Hanya sebatas sahabat tapi terkadang melebihi kekasih. Chakra adalah moodboster Lova, selalu jadi tempat bercerita saat dia senang, sandaran saat dia bersedih. Chakra selalu mengusahakan bahwa apapun keadaannya, dia harus bisa berada di samping Lova saat gadis itu membutuhkannya. Pria itu selalu menyediakan bahu untuk tempat bersandar, jari untuk menghapus airmatanya, dan tangan yang senantiasa menggenggamnya kemanapun mereka pergi.
Bagi Chakra, Lova memiliki tempat tersendiri di hatinya. Bukan sebatas sahabat namun juga bukan sebagai kekasih. Meskipun banyak orang yang bilang hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan itu tidak lepas dari yang namanya love and lust….
***********
Ospek berlalu begitu saja. Kelas normal terbentuk dan untungnya Lova satu kelas dengan Winta dan juga Sana. Meskipun bukan keberuntungan yang besar karena ia tak sekelas dengan Naka.
"Sayang! Sarapan dulu!" Rana menegur Lova yang memakai sepatunya terburu buru.
"Aduh, aku udah telat banget, Ma!" seru Lova ke arah ibunya yang berada di dapur. "Aku makan roti aja deh!" ocehnya kemudian.
Rana menghampiri meja makan,lalu menyiapkan roti untuk sarapan putrinya. "Makanya kalau nonton drama korea itu jangan sampai kemalamam. Dulu aja waktu awal masuk rajin banget, berangkat sekolah pagi pagi. Sekarang, udah 2 bulan lebih malah malas begini," tegurnya panjang lebar.
"Hehehehe." Rana hanya tersenyum cengengesan. "Ceritanya lagi seru serunya, Ma. Jadi ini itu kisah yang super duper rumit. Ada perselingkuhan, kapitalis, bullying, percintaanjuga ada, persahabatan. Pokoknya semua genre ada deh. Bahkan ada pembunuhannya juga. Judul dramanya Penthouse, Ma," celotehnya menggebu nggebu.
"Ck, sama drama aja hafal," sibir Rana geleng geleng kepala. Ia menyerahkan kotak berisi roti selai coklat kepada Lova.
"Thankyou, Mamaku sayang! Aku berangkat sekolah dulu ya." Lova selesai memakai sepatunya, ia menerima kotak bekal dari ibunya lalu berpamitan berangkat ke sekolah. Tak lupa ia mencium pipi dan bersalaman dengan ibunya.
Rana tersenyum tipis melihat tingkah laku putrinya. Meskpun Lova bukan anak kandungnya, tapi ia sangat menyyangi putri kecilnya itu.
"Lho, Rana mana, Sayang? Dia belum bangun?" tanya Gathan heran. Pria itu baru turun dari lantai atas an bergabung ke meja makan.
"Sudah berangkat, Than. Katanya kesiangan. Pasti karena dia belum ngerjain PR, kan semalam nonton drakor kesukaannya," ujar Rana sembari menyiapkan sarapan untuk suaminya.
"Makasih." Gathan tersenyum menerima nasi goreng dari istrinya. Ia memang lebih suka sarapan nasi daripada roti. Rana sudah hafal akan hal itu. "Namanya juga remaja, Sayang. Wajar aja kalau mereka bersenang senang. Sudahlah, Lova kan baru mau memasuki masa remaja," komentar Gathan.
Selalu seperti ini. Gathan adalah sosok ayah yang selalu memanjakan anak anaknya. Sementara Rana hanya mengangkat bahunya tak acuh jika Gathan sudah membela anak anaknya.
*****
Tak terasa sudah 2 Bulan Lova menjadi anak SMA. Banyak hal yang berubah semenjak ospek waktu itu, tentang penampilannya, temannya, lingkungan, tugas dan hal lainnya. Termasuk fakta bahwa ternyata Naka dan temanya yang bernama Haru adalah most wanted kelas X. Kedua pemuda itu mampu menyita perhatian dari seluruh siswa-siswi kelas X dan bahkan anak kelas XI dan XII.
Pelajaran Matematika semakin membosankan saat fikiran Lova sedang tak apda tempatnya. Guru Matematika kelas X-B tengah menjelaskan beberapa rumus, namun Lova tak mengacuhkannya sama sekali.
"Ck, banyak banget kayaknya yang suka sama Naka. Semakin sedikit juga peluang gue deket sama dia," keluh Lova dalam hati. Gadis itu moncorat-coret buku tulis di hadapannya tanpa minat.
"Untuk soal nomor 4, bisa di selesaikan dengan rumus a
=b ..."
"Gimana caranya supaya gue bisa deket sama Naka ya?" Lova terus sibuk memikirkan Naka.
"Sebelum pelajaran ini selesai, ibu akan memberikan PR kepada kalian semua. PRnya halaman 17, soal 1 sampai 20. Di kumpulkn Minggu depan!" seru guru bernama Rigan itu di hadapan semua muridnya.
"Baik, Pak!" seru semua orang dengan nada malasnya. Well, siapapun pasti akan malas jika mendapat PR yang bejibun. Di tambah lagi PR Matematika.
"Lov, nanti sore jadi kerja kelompok?" tanya Winta tanpa melirik ke arah Lova, perempuan itu sibuk merapikan buku buku ke dalam tasnya.
"Jadi," sahut Lova seadanya. Fikirannya masih berpusat pada rencananya mengambil perhatian Naka di antara saingannya yang segudang.
Ting!
Lova melirik layar ponselnya yang menyala. Namun sama sekali tak ada niat untuk membaca apalagi membalas pesan tersebut.
Ting!
Ting!
Ting!
Winta melirik teman sebangkunya karena merasa heran dengan sikap tak acuh Lova.
Jengah karena ponselnya terus berbunyi nyaring, Lova meraih ponsel miliknya dan membaca pesan yang dikirim oleh orang dengan nama kontak 'jangan diangkat'.
Jangan diangkat
| Sedih banget gue karena Lo nggak satu sekolah sama gue.
| Lo sekolah dimana sih?
| Kasih tahu gue dong..
| Sampai kapan Lo mau cuek sama gue?
| 2 bulan gue PDKT, emang kurang lama?
Lova
| Bodo amat
Setelah membalas pesan tersebut, Lova memasukan ponselnya ke dalam tas. Tak lupa ia mensetting mode silent pada ponselnya agar pesan dari cowok gila yang beberapa hari ini mengganggunya tak membuatnya emosi.
"Dari siapa, Lov? Kayaknya Lo bete banget setelah dapat chat dari orang itu," komentar Sana yang rupanya juga tengah mengamai Lova sama seperti Winta.
"Pesan dari cowok gila," sahut Lova singkat. Tidak ingin membahas lebih jauh lagi.
WInta dan Sana hanya saling berpandangan lalu mengangkat bahunya tak acuh. Tidak ingin bertanya lebih lanjut lagi karena mereka tahu jika saat ini lova sedang tidak mood bercanda.
"Lo mau ikut ke kantin?" tanya Winta pada Lova.
"Enggak deh, kalian aja yang pergi. Gue tadi udah sarapan roti," sahut Lova tersenyum malas.
"Ya udah. Kita duluan ya!" seru Sana lalu menggandeng Winta dan keluar kelas meningalkan Lova yang terlihat masih galau.
*****
Jangan lupa guys! Komen dan juga kasih review yaa..
Jangan lupa mampir ke cerita saya yang lainnya.
1. Not a CLassic Wedding
2. Jodoh [Aku yang Memilihmu]
3. Black Tears
4. Selingkuhan
5. Merakit Perasaan
6. Cinderella Scandal's : I'am CEO, Bitch!
Dukung terus anak anak saya yaa....
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang sudah mengikuti cerita ini sampai sejauh ini. Nunggu upnya luama banget, jangan lupa tab love terus komen ya guys. Biar anak saya rankingnya semakin naik. Saya jadi tambah semangat buat nulis kalau rangkingnya naik. wkwkwkwk
PYE! PYE!
Note : Saya akan lebih sering up lagi lho, stay tune....