webnovel

Dokter Pribadi Raja

"Apakah satu koin emas per bulan cukup?" Rion bertanya ketika Odette tidak kunjung memberikan respons apa pun.

"Ha?"

Rion melirik wanita di sebelahnya karena sejak tadi wanita itu terus saja menganga.

Apakah di dunianya Odette adalah orang yang sangat miskin? Tetapi wanita itu pernah mengatakan dengan bangga kepadanya bahwa dia telah memiliki pekerjaan dan gajinya cukup untuk membiayai hidupnya.

"Apa masih kurang?" tanya Rion.

"Ha?" Odette masih dikuasai perasan kagetnya dan belum dapat memberikan tanggapan yang jelas. Mulutnya masih ternganga keheranan.

Rion akhirnya menoleh menatap wanita muda itu dengan alis yang tertaut.

"Kalau kau terus menganga seperti itu, mulutmu akan dimasuki lalat," ucapnya yang membuat Odette segera menutup mulut lalu memalingkan wajah dari Rion.

Odette mengomeli dirinya sendiri. Kenapa sih dia selalu melakukan hal yang memalukan di depan sang raja?

"Jadi bagaimana?" Rion menunggu jawaban.

Odette berdeham lalu kembali menoleh melihat Rion. Gaji satu koin emas itu sangat besar, tetapi setelah dipikir-pikir, jumlah itu sebanding dengan risiko yang harus Odette hadapi. Dia bisa saja kehilangan nyawanya dalam pekerjaan ini.

Dia mengingat Lucifer yang mencekiknya.

Odette masih berpikir dan membuat Rion menunggu lama untuk mendengar jawabannya. Saat teringat Lucifer, rasa takut sedikit menghantui Odette.

Hal itu membuatnya merasa ragu untuk menerima pekerjaan sebagai dokter pribadi Rion. Namun, dia segera menyadari tugasnya sebagai seorang dokter. Odette tidak mungkin mengabaikan seseorang yang membutuhkan bantuannya hanya karena dia takut mati.

"Baiklah, satu koin emas," ucap gadis itu setuju.

Setelah mendengar jawaban dari Odette, Rion mengambil sebuah gulungan di dalam laci sementara Odette hanya diam memperhatikan pria itu membuka gulungan lalu menulis sesuatu di sana.

Setelah beberapa saat,Rion memberikan pena dan perkamen itu kepada Odette.

"Karena kau tidak punya apa pun untuk dijadikan jaminan, aku ingin kau membuat surat pernyataan kalau kau bersedia menjadi dokter pribadiku selama tiga bulan," jelasnya.

Odette melihat perkamen itu dan segera mengerti bahwa itu adalah surat pernyataan perjanjian kerja.

Kedua mata Odette menyorot persyaratan dari surat perjanjian itu.

Odette tidak boleh membocorkan informasi apa pun kepada orang lain tentang keadaan raja, jika Odette melanggar syarat yang berlaku maka Odette akan dijatuhi hukuman potong lidah.

Odette menelan ludah saat membaca itu. Daripada disebut surat perjanjian kerja, surat itu lebih cocok disebut sebagai suraf ancaman.

"Kenapa tiga bulan?" Odette mengerutkan dahinya saat melihat jangka waktu yang ditulis oleh Rion.

"Kenapa? Apa kau tidak bisa menyembuhkanku dalam waktu tiga bulan?" Rion bertanya balik.

Odette menghembuskan napas kasar lalu menjelaskan bahwa DID bersifat kronis maka penanganannya akan membutuhkan waktu yang lama. Tidak bisa pulih dengan cepat seperti seseorang yang pulih dari demam.

"Baiklah, angggap waktu tiga bulan ini adalah masa percobaan. Jika keadaanku membaik setelah menjalani perawatanmu, aku akan memperpanjangnya," kata Rion kemudian.

Setelah mendengar pernyataan sang raja, Odette mulai menulis pernyataan bahwa dia setuju menjadi dokter pribadi Rion selama tiga bulan dengan upah satu koin emas di setiap bulan.

Odette cukup kesulitan menulis menggunakan pena bulu dan kalau dia perhatikan perkamen yang dia tempati menulis itu terbuat dari kulit.

"Tulisanmu jelek sekali," Rion berkomentar saat melihat tulisan tangan Odette yang nyaris tidak bisa dibaca.

Odette mendecakkan lidahnya dan menunjukkan raut wajah yang sebal. Setelah menuliskan pernyataannya, ia pun memberikan perkamen tersebut kepada Rion dan Rion memberikan stempel sebagai tanda keabsahan

Odette menatap Rion yang sedang mengembalikan semua alat tulis ke dalam laci dengan lekat lalu mengingat syarat yang diberikan oleh Rion di surat perjanjian. Rion hanya ingin Odette tidak memberi tahu siapa pun tentang keadaannya. Odette bisa mengerti hal itu karena Rion adalah seorang raja, sehingga ia benar-benar harus berhati-hati, salah sedikit maka nyawanya menjadi taruhan.

"Kau bisa mencairkannya saat kita pergi ke ibu kota," ucap Rion memberikan cek kepada Odette.

"Gaji di muka? Kau tidak takut kalau aku kabur membawa uang ini? Di perjanjian tidak tertulis kalau aku harus membayar denda atau dihukum jika aku kabur sebelum masa percobaan selesai."

"Kau bisa mencobanya. Kalau kau bisa kabur dariku kau akan mencetak sejarah."

Dari perkataan Rion, Odette bisa langsung mengerti bahwa tidak ada orang yang pernah bisa kabur darinya.

Pria ini mengerikan.

"Kau bisa keluar sekarang."

Odette mengambil cek di meja lalu berdiri untuk pergi. Namun, saat dia berbalik, Rion berkata, "Aku akan pura-pura tidak ingat kalau kau berusaha mengintip kamarku."

Hal itu membuat Odette terkejut dan malu secara bersamaan. Dia melirik Rion dengan tajam lalu memalingkan wajah dengan kesal. Ketika dia membuka pintu lalu hendak berjalan menuju kamarnya, dia dikejutkan oleh Anwen dan Trish yang berdiri di ujung sambil menatap ke arahnya.

Kedua orang itu telah melihat Odette keluar dari kamar sang raja. Mereka pasti akan bertanya kepada Odette tentang apa yang Odette lakukan di kamar sang raja.

"Nona Ody, apa yang kau lakukan di kamar kakak?"

Persis seperti dugaan Odette. Anwen langsung bertanya ketika Odette tiba di dekatnya dan Trish, walaupun dia tidak mengatakan apapun tetapi tatapannya jelas-jelas menunjukkan kalau dia juga ingin tahu apa yang dilakukan oleh Odette di kamar sang raja.

Odette menunjukkan cek yang tadi diberikan Rion kepadanya.

"Cek?" Anwen berekspresi bingung.

"Aku dan Rion baru saja membuat kesepakatan," jelas Odette.

"Kesepakan apa?" Kali ini Trish yang bertanya.

Odette ingin menjelaskan tetapi Anwen menghentikannya. Anwen bilang tidak perlu memberitahu apapun kepada Trish karena Trish juga tidak ingin memberi tahu apa pun kepada mereka.

Setelah berkata demikian, Anwen segera menarik Odette pergi meninggalkan Trish.

***

"Benarkah?!" Anwen menatap Odette dengan perasaan tidak percaya setelah mendengar bahwa kakaknya meminta Odette untuk menjadi dokter pribadinya.

Tadinya dia cemas karena kakaknya terlihat sama sekali tidak ingin diobati.

Anwen terlihat sangat bahagia tetapi dia mendadak diam ketika Odette menanyakan hubungannya dengan Rion.

Setelah mengetahui keadaan Rion, apakah Anwen masih sakit hati? Anwen menggeleng.

Odette menjelaskan bahwa Anwen juga akan berperan dalam pemulihan Rion. Mereka yang memiliki DID sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya.

Mereka tidak boleh stress dan merasa tertekan karena itu akan membuat alter mereka lebih sering muncul.

Odette tahu bahwa pikiran Rion cukup terbebani saat mengingat hubungannya dengan Anwen.

"Anwen, berbaikanlah dengan kakakmu. Dia pasti akan sangat bahagia."

"Aku juga ingin begitu tapi …."

"Tapi?"

"Aku tidak tahu harus mulai dari mana dan bagaimana bicara dengan kakak." Anwen menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Odette tidak menyangka bahwa Anwen akan memusingkan hal itu, tetapi hal itu bisa dimaklumi. Setelah enam tahun tidak saling bicara tentu saja mereka akan merasa canggung jika ingin memulai pembicaraan.

Odette pikir setelah perjalanan dari Desa Verde ke Green Castle, hubungan kakak beradik itu akan kembali normal, tetapi ternyata itu tidak semudah yang Odette pikirkan. Anwen bilang saat di kuda, dia dan Rion sama sekali tidak saling bicara.

"Aku akan membantumu," ucap Odette yang disambut gembira oleh Anwen.

Anwen memeluk Odette lantas befkata, "Terima kasih, yah, Kakak ipar."

"Hah?!" Mata Odette terbuka lebar ketika mendengar Anwen memanggilnya kakak ipar.