webnovel

Nikah Kontrak : Kejutan Sang CEO

Apa yang terjadi kalau seorang CEO ganteng tiba-tiba mendobrak pintu hatimu!? Hidup sandra yang suram dan terlilit hutang tiba-tiba berubah ketika seorang pria tampan mendobrak pintu kamar hotelnya! Tanpa basa-basi Sandra langsung ditarik dibalik selimut oleh Nico yang harus bersembunyi dari suruhan pamannya sendiri yang ingin menghabisi nyawanya! Apa yang akan Sandra lakukan ketika Nico memohon untuk bantuannya? Bagaimana Sandra bisa menyembunyikan seorang CEO di rumahnya yang apa adanya? Apakah Nico akan memenuhi janjinya untuk melunasi semua hutang-hutang wanita itu jika Sandra menjadi istri paling manis sedunia bagi sang CEO tersembunyi?

Jelita_Cantika · วัยรุ่น
Not enough ratings
420 Chs

Siapa yang kamu pilih?

Leo menginjak pedal dengan cepat dan penuh semangat, angin yang begitu kuat berhembus menguji keseimbangannya. Namun perlahan-lahan, Leo tidak mampu menahan keseimbangan, membuat dirinya dan Sandra jatuh tersungkur. Untungnya Sandra mendarat tepat diatas tubuh Leo sehingga tubuhnya ia tidak tergores aspal. Anehnya mereka sama sekali tidak merasa kesakitan, dan malah tertawa terbahak-bahak.

"Kamu sengaja! Kenapa kau semakin payah dalam bersepeda." Tangan Sandra Jiang Xiaoxi menepuk punggung Leo dengan keras.

"Enak saja! Anginnya terlalu kencang, dan kau malah terus menyuruhku mengebut", Leo mencoba membela diri, namun dengan nada yang menenangkan.

Mereka berdua benar-benar terlalu banyak minum. Melihat jalanan yang sudah terasa familiar, keduanya memutuskan untuk berjalan menuntun sepeda sambil terus tertawa. Kedua sahabat itu benar-benar dekat. Mereka bisa saling berpegangan tangan dan berpelukan, tapi entah kenapa semua itu belum cukup bagi Leo.

"Kita sampai!", ujar Sandra dengan riang gembira, masih berada di bawah pengaruh minuman yang begitu kuat. Ia pun melambaikan tangan ke arah Leo sebelum berjalan ke gedung apartemennya. Ketika pandangannya jatuh ke arah pohon besar di sebelah kiri ruang penjaga, langkah kakinya terhenti. Melihat sosok tinggi yang familiar itu menatapnya dengan tajam.

Oh tidak! Habis sudah! Sandra mulai mengingat segalanya. Dia sudah melupakan bosnya dan mengingkari janjinya. Ia bahkan dengan bodohnya berpesta hingga larut malam, sementara bosnya pasti kelaparan di rumah sejak tadi. Tapi tetap saja. pengaruh minuman alkohol masih membuat otaknya menjadi lambat berpikir. Tidak tahu harus berbuat apa, Sandra hanya diam terpaku dengan tatapan kosong ke arah Nico.

"Sandra, ada apa?", Leo melihat Sandra yang tiba-tiba terhenti. "Oh iya, ngomong-ngomong, ini adalah obat yang kubeli pagi ini. Aku lupa memberikannya padamu. Jika perutku masih tidak enak, minum ini lalu tidurlah "

Leo mengangkat tangannya untuk waktu yang lama, dan tidak melihat Sandra menangkapnya. Pada saat ini, gadis itu berdiri dengan kaku di tempat, menatap ke suatu tempat tidak jauh. Mengikuti arah tatapan Sandra, Leo juga melihat seorang pria di bawah pohon, berdiri tegak di sana, terlihat tinggi dan kuat. Meskipun dia tidak dapat melihat dengan jelas, hanya dengan melihat sekilas Leo tahu bahwa dia bukan orang biasa. Aura yang keluar darinya menunjukkan bahwa dia adalah karakter yang kuat. Apakah Sandra mengenalnya?

"Aku ..." Sandra menjawab dengan ragu-ragu.

Dari reaksi aneh itu, Leo menjadi sangat yakin bahwa Sandra memang mengenal pria itu.

Berdiri tegak di bawah pohon, Nico memperhatikan Sandra dan wajah asing di sampingnya. Seorang anak muda dengan usia yang sepertinya sama seperti Sandra. Jika dia menebak dengan baik, wajah asing itu pasti adalah orang yang menelepon Sandra pagi ini.

Hati Nico seakan menegang. Dia pun melangkahkan kakinya, berjalan dengan tegap seolah-olah sedang menghadapi musuh, tunggu, mengapa dia harus merasa terancam dengan anak laki-laki yang jauh lebih muda darinya?

Apakah dia sebanding dengan dirinya sendiri? TIDAK, tidak sama sekali.

Lagipula ada banyak wanita yang ingin naik ke tempat tidur Nico dan berebut menjadi wanitanya. Kenapa ia harus merasa cemburu melihat gadis ceroboh yang telah menelantarkannya ini terlihat bersama dengan lelaki lain?

Nico berdiri di depan Sandra dengan wajah tegas. Ketika dia menyadari bahwa gadis itu sangat dekat teman lelaki yang berdiri di sebelahnya. Tangannya hampir menempel satu sama lain, dan perasaan ambigu yang terpancar dari mereka sangat membuat Nico tidak nyaman. Ia pun meraih pergelangan Sandra dan ditariknya ke dalam pelukannya.

Sandra yang masih dalam keadaan mabuk, menjadi semakin pusing, tetapi dia tahu bahwa bos tidak akan melakukan apa pun untuk menyakitinya, jadi dia tidak melawan.

Hanya saja tangan kekarnya begitu kuat sehingga menyakiti Sandra. Tetapi ketika wajahnya menempel di dada hangat bosnya, tanpa sengaja ia mendengarkan detak jantungnya yang berdetak begitu kencang. Mata Sandra terbelalak, entah kenapa ia seperti merasakan kebahagiaan yang begitu mendalam. Apa ini juga pengaruh minuman alkohol?

"Lepaskan dia."

Saat Sandra ditarik oleh seorang pria asing, Leo mengulurkan tangannya, tapi sayang sekali dia hanya meraih udara dan menatap Nico dengan sangat waspada.

"Bagaimana kalau tidak?" Nico memeluk gadis kecil yang penuh aroma minuman beralkohol itu.

"Jika kau tidak melupakannya, maka aku akan memanggil polisi sekarang." Leo mengeluarkan ponselnya dengan waspada. Dia tidak bisa membantu Sandra dengan tangannya sendiri, pria ini terlihat begitu berbahaya.

"Benarkah?" Nico mencibir, "Sebelum memanggil polisi, haruskah kamu bertanya pada gadis ini, apakah aku orang jahat? Apakah dia mau pergi denganmu atau aku?"

Nico terdengar sangat percaya diri. Dia begitu percaya bahwa Sandra akan memilih dirinya.

"Sandra, sadarlah, ayo kemari." Leo mengulurkan tangannya, mencoba merebut Sandra kembali.

Sandra, seperti kucing malas, dengan nyaman beristirahat di dada hangat Nico dan menolak uluran tangan Leo. Suara Leo terdengar berisik di telinganya, membuatnya tidak bisa tidur.

"Leo, jangan bersuara! Aku ingin tidur, selamat tinggal, ingatlah untuk menjemputku besok pagi, ingatlah untuk membeli sarapan, hehe!", ucap Sandra setengah sadar. Ia masih menutup matanya dengan rapat, dan kepala mungilnya bergesekan dengan lengan Nico.

Pria itu tersenyum puas, ia merangkul pundak Sandra dan menuntunnya ke atas. Dagu Sandra jatuh ke bahunya, dan dia memeluknya seperti anak kecil.

Melihat Sandra dibawa pergi oleh seorang pria tak dikenal, Leo mengepalkan tinjunya. Dia bisa melihat bahwa Sandra sangat bergantung pada pria asing ini, jika tidak, bahkan jika dia mabuk sekalipun, seorang Sandra Hartono tidak akan melompat ke pelukan pria dengan sembarangan.

Tapi, kapan mereka pertama kali bertemu? Sejak kecil, mereka telah mengetahui rahasia satu sama lain. Leo selalu percaya bahwa dialah orang yang paling mengenal Sandra di dunia. Namun sekarang, Leo tiba-tiba menyadari bahwa dia bahkan tidak mengetahui bahwa dia bahkan ada seorang pria asing di samping Sandra, dan mereka sepertinya tinggal bersama!

Tinggal bersama. Kedua kata ini meledak di benak Leo dengan dahsyatnya.

Nico memeluk tubuh Sandra dan berjalan ke dalam apartemen. Dia sesekali memperhatikan gadis itu yang masih dalam pengaruh minuman beralkohol.

"Kapan kamu belajar minum hah? Kamu tidak diperbolehkan minum lagi." Nico dengan lembut menempatkan gadis itu bersandar di pintu rumah, dan kemudian mengambil kunci untuk membuka pintu.

Sandra sudah minum terlalu banyak, pusat gravitasi tubuhnya tidak stabil, dan dia bergoyang dari kiri ke kanan. Dia hanya merasa aman saat memeluk pinggang Nico.

"Berdiri dengan baik, kalau kamu seperti ini, bagaimana aku bisa membuka pintu?" Dahi Nico mengkerut, namun sorot matanya tenang penuh perhatian.

Dia mengakui bahwa dia telah memikirkan gadis ini sepanjang waktu. Pagi ini, gadis itu berkata bahwa dia akan membuat teh untuk dirinya sendiri setiap hari, yang membuatnya merasa hangat.

Selama bertahun-tahun, ada banyak orang yang ingin tinggal bersamanya dan ingin menjadi wanitanya. Banyak orang bahkan berjuang dengan trik. Mereka semua wanita terpandang dan terhormat, tetapi mereka tidak berhasil mendapatkannya.

Pada saat ini, gadis yang rendah hati dan kikuk inilah yang membuat pikiran Nico selalu tidak tenang.

"Hei, jangan bergerak! Aku sangat mengantuk dan ingin tidur." Sandra kembali memeluk pria itu. Ia merasakan kelembutan yang membuat perasaannya nyaman, selembut memegang tumpukan Hello Kitty miliknya. Begitu nyaman sehingga dia tidak ingin melepaskannya.

...........