webnovel

Ch. 155

Haowen masih saja merengut kesal, bagaimana tidak? Baru bangun saja ia sudah di suguhi dengan Sehun yang sudah rapi dengan kemeja dan jas kerjanya. Haowen kan kesal. Masih ingin tidur nyenyak itu.

"Daddy... kemana?" Tanya Haowen masih dengan kaki yang mengangkang lebar dan tangan yang membentang luas. Kasur big size ini punya dia seorang diri nampaknya.

"Daddy ada rapat, Haowen ikut?" Nah kan, mata Haowen langsung terbuka lebar dengan kaki yang menghentak-hentak kesal. Tolong, Haowen niatnya mau liburan ini.

"Jika Haowen tinggal, Haowen bethama thiapa?" Haowen lelah setelah perjalan jauh, sungguh. Badan kecilnya serasa remuk.

"Uncle Suho."

"Tidak. Haowen ikut thaja."

Jika bersama Suho lebih baik Haowen segera bangun dari tidurnya dan berpakaian lengkap macam Sehun. Suho itu menyebalkan kadang-kadang. Haowen suka naik darah sendiri di buatnya.

"Ya sudah, ayo turun dari tempat tidur dan mandi."

Mengerang pelan, Haowen merangkak untuk turun dari kasur dan berlari kencang kedalam kamar mandi. Handuk dan baju biar Sehun saja nantinya.

Ceklek.

Blam.

Sehun tersenyum kecil, aneh saja. Kenapa anaknya tidak ada yang akrab dengan Suho. Maksud Sehun, akrab dalam artian baik. Bukan saling meneriaki dan cari masalah satu sama lain.

Ah, Sehun ingat.

"Tidak. Membosankan." Itu jika kata Jesper.

"Tidak. Kaku." Itu kata Jinyoung.

"No. Dia thelalu merebut Daddy dari Haowen." Nah, sudah jelas jika itu menurut si bungsu Haowen bukan?

Berjalan menuju koper mini Haowen. Sehun mulai memilih baju yang terlihat cocok untuk anaknya. Walau mini seperti itu, Haowen itu harus tetap tampan. Apapun yang terjadi.

Ceklek.

Bam.

Tap.

Tap.

Tap.

"Daddy, handuk Haowen?" Sehun menghela nafas kecil. Lihat saja si kecil ini. Tidak menggunakan apa-apa sudah berlari keluar saja dari dalam kamar mandi. Belum lagi dengan air yang menitik jatuh dari badannya.

"Kemari. Biar daddy keringkan." Pinta Sehun seraya berlutut di atas lantai.

"Daddy, apa rapat daddy lama?" Tanya Haowen dengan tangan yang terangkat keatas.

"Tidak juga. Kenapa sayang?" Mengambil minyak telon untuk si kecil dan membalurinya pada perut dan kaki Haowen agar si pria kecil itu tidak masuk angin.

"Tidak ada, Haowen hanya bertanya." Ujar Haowen dengan tangan yang menepuk-nepuk perut mungilnya. "Wangi. Haowen thuka."

Sehun terkekeh pelan. Mencium singkat dahi Haowen lalu mengambil baju si kecil untuk dia pasangkan.

"Daddy, apa kita bitha jalan-jalan?" Menutup mata dan mulutnya saat Sehun mulai memberi bedak pada wajah tampannya.

"Haowen ingin jalan-jalan? Boleh saja."

"Yeth!" Berseru senang, Haowen menubruk Sehun dengan pelukan eratnya dan menghadiahi Sehun dengan kecupan manis di pipi tirus sang Daddy.

"Thank you, Daddy."

"No problem, Baby."

Yang membuat Haowen kesal adalah... wanita yang duduk di depan Daddynya. Matanya itu tidak lepas-lepas dari wajah tampan Sehun. Kesal saja Haowen itu.

"Ith." Dengus Haowen dengan tangan yang bersedekap di depan dada.

Tentu saja itu membuat Suho memberikan perhatiannya pada putra Sehun yang paling kecil itu. "Kenapa?" Bisik Suho.

"Wanita itu menatap Daddy, lama." Sungut Haowen. Kata-kata dari saudaranya membuat kepala Haowen sakit karena panas.

"Jika ada yang menggoda daddy, tatap tajam saja ya." Jinyoung memberi wejengan pada adik bungsunya. Keselamatan dan keamanan status duda Sehun harus di jaga sampai tetes darah terakhir.

"Jika ada yang mengedip-ngedip menjijikan pada daddy, katakan apa saja yang penting buat dia jangan melirik daddy lagi ya." Jesper yang irit bicara, tidak peduli pada apapun, dan lihat? Kini ia bicara panjang lebar. Waah.

"Jika ada yang macam-macam, seret saja Sehun dari sana oke?" Nah, karena Lucas fans nomor satu Sehun dan juga karena ia berada pada kapal 'Sehun menduda hingga mati,' maka dari itu ia juga ikut memberi wejengan. Kedudaan Sehun harus di jaga.

"Jaga Sehun daddymu dari para wanita genit ya." Hanya Xukun yang paling normal. Seperti biasa. Kadang suka terharu Jinyoung. Kenapa manusia macam Xukun bisa terjebak dengan dua manusia idiot nan jenius macam-macam Lucas dan Jesper ini? Kan sia-sia saja hidup Xukun jadinya.

"Mungkin dia hanya kagum." Ujar Suho tanpa mau memancing amarah di bungsu. Bisa parah urusannya jika seperti itu.

"Haowen tidak thuka." Sekalinya keras kepala ya tetap saja keras kepala. Lelah Suho menghadapi manusia macam Haowen ini.

"Ya sudah, duduk tenang saja ya." Bujuk Suho. Jika yang lain terganggu, habis sudah nasibnya setelah ini.

"Kenapa tidak uncle thaja yang pergi? Kenapa daddy haruth ikut?" Kesal Haowen dengan mata yang mendelik tajam pada si sekretaris paling sabar di seluruh dunia.

"Karena orang-orang ini menginginkan Sehun." Ini alasan paling jujur dan paling masuk akal yang Suho punya sebenarnya. Lelah lahir dan bathin Suho menghadapi tiga anak setan milik Sehun ini.

**

Sehun bukannya tidak tau, dia hanya tidak peduli pada wanita di depannya itu. Mau mengedip-ngedip manja? Itu bukan urusan Sehun. Terserah dia saja. Sehun tak urus.

Untuk Haowen dan Suho yang sudah ribut sejak tadi, Sehun tau dan ia paham. Hanya saja ia masih ingin mendengar lebih jauh sampai mana Suho bisa menenagkan anaknya yang berkepala batu itu?

"Diam oke? Orang-orang itu bisa mengusir kita nanti." Bisik Suho yang membuat Sehun terkekeh. Mengusir? Seperti mereka yang berani saja.

"Haowen."

"Ya dad?"

"Kemari, duduk bersama daddy."

"Tapi, Sehun."

"Tak masalah."

Siapa yang akan berani melarang dan mengusir anaknya? Kemari! Satu lawan satu dengan Sehun.

Menghela nafas, Suho ya hanya pasrah saja. Yang Mulia Raja sudah berkata dan itu hukum mutlak baginya.

Haowen melompat turun dari kursinya, membawa tubuh kecil itu berlari pada pangkuan ayahnya yang hanya tersenyum kecil padanya.

"Ada apa hmm?" Tanya Sehun seraya melingkarkan tangannya pada perut kecil Haowen yang hanya tersenyum manis padanya.

"Dia..." melirik pada wanita di depan Sehun, "melihat daddy terlalu lama. Haowen tidak thuka." Aku Haowen. Sehun dan seluruh keluarga besar Oh mengajarkan padanya untuk selalu berkata jujur apapun yang terjadi. Dan Haowen tengah mengamalkannya saat ini.

"Ini pasti ajaran si kuartet sesat." Lirih Suho yang merujuk pada Jesper, Jinyoung, Lucas, dan Xukun. "Yang satu tidak terlalu sesat sebenarnya, yang tiga? Sudah sesepuh jabatan mereka itu." Ulang Suho karena ia merasa ada keganjilan di kalimatnya beberapa waktu lalu.

"Tabahkan hati Joonmyeon, Ya Tuhan." Pinta Suho dengan tangan yang mengepal di depan dada.

**

"Kerjakan soal ini. Waktu lima menit." Jesper melingkarkan satu soal dengan spidol warna berwarna merah milik Haowen yang ia maling dari tas kecil si bungsu.

"Terlalu cepat, Hyu-"

"Mulai!"

Menekan stopwatch pada ponselnya, Jesper hanya mengendikan bahu tak peduli. "Waktu terus berjalan." Ujar Jesper tanpa beban. Itu soal paling mudah, setidaknya menurut Jesper.

"Ck, kejam sek-"

Tuk.

"Akh!"

Mengetuk dahi Jinyoung yang terpampang nyata dengan spidol warnanya, "banyak cerita kau!"

"Sakiii-"

Tuk.

"Akh. Hyuuung!"

Tuk.

"Cepat kerjakan!"

"Iy-"

Ddrrtttt... ddrrtttt...

"Waktu habis."

Tuk.

Tuk.

Tuk.

"Akh, aissh! Sakiiiit!"

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

THANK U.

DAP.