"Tania, apa-apaan kamu ini. Kamu diberi kesempatan untuk ikut olimpiade, tetapi malah menolak. Terus kamu mau pindah sekolah? Tanpa memberitahu papa?"
Begitulah kebiasaan Pak Toni. Selalu mencak-mencak saat orang sedang menikmati menonton di ruang keluarga. Ketika datang ke rumah, bukannya memberi salam, menanyakan kabar anak dan istri, tetapi malah berteriak dengan penuh emosi.
"Papa kan hilang-hilang terus. Sudah kubilang, Mama saja sudah cukup bagi Tania. Papa kemana hari-hari ini. Papa hanya datang kalau ada sesuatu yang terjadi padaku, dan Papa datang bukan untuk memberi solusi, tapi membuat permasalahan lebih keruh," ucap Tania yang masih bisa memasang wajah santai dengan matanya yang masih menatap televisi.
"Kamu tidak boleh pindah sekolah." Pak Toni berbicara dengan tegas. Dia tidak pernah bertanya apa mau anaknya, dan dia juga tidak mau tahu. Yang dia tahu adalah, semua keinginannya harus dituruti oleh anak-anaknya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com