Setelah bertukar pikiran dengan Rahmi, dan berpikir lebih matang, hari ini kuputuskan untuk menjawab permintaan mereka. Pak Rais, mas Romi, dan pak Amir duduk di hadapanku saling mengitari di sofa di ruangan direktur utama. Rasa dongkol pada si Duren masih tersimpan, membayangkannya saja sudah membuat naik pitam, apalagi menjalaninya. Namun, aku bersikap profesional di sini, seperti biasa.
Seperti dugaanku, ketiganya melempar lirikan tajam. Meskipun sejak awal mereka sudah tahu jawaban apa yang akan mereka terima, tapi mungkin saja kali ini aku berubah pikiran. Itu yang ada di benak ketiganya. Dengan yakin dan mantap aku menolak dengan berkata baik dan halus. Sebisa mungkin tidak membuat mereka tersinggung.
Tapi, mereka memang negosiator ulung, tidak menyerah berusaha menggoyah keputusanku. Mungkin seharusnya mereka bekerja menjadi salesman, itu yang cocok untuk mereka. Apa pun caranya tidak akan berhenti sampai seseorang membeli produk yang mereka tawarkan.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com