webnovel

Petir Menggelegar di Malam Pertama Part 2

Hujan mulai reda angin bernari-nari menggerak awan hitam menjauh, cahaya rembulan mulai berani menampakkan pesonanya.

Dengan berat hati Saiful akhirnya mengalah dia berpindah tempat tidur di bawah hanya beralaskan selembar karpet berwarna merah bercampur biru dia membaringkan tubuhnya.

Hanya bisa menggeliat ke kanan dan ke kiri karena gejolak hati, asmara yang memuncak dia tahan dengan sekuat tenaga dia memejamkan kedua matanya berusaha membuat dirinya terlelap dalam tidurnya namun gairah kelakiannya memberontak.

Hanya bisa berkata pada dirinya sendiri, "Sungguh malam ini adalah malam yang seharusnya membahagiakan, malam mengadu kasih, malam menjelajah surga dunia, entah mengapa malam ini diriku tersiksa oleh semua ini, mungkinkah saya bisa bertahan, semoga istriku kebuka hatinya dan siap menerima saya dengan sepenuh hati."

Tidak berhenti dia berkata sendiri dalam hatinya mungkin kelelahan berfikir tiba-tiba nafasnya mulai tertata rapi, hembusan nafasnya detuk jantung sudah berirama.

Ya dia sudah terlelap dalam tidurnya, di dalam tidurnya dia bermimpi seakan berada di dalam suatu daerah yang belum pernah dimasukinya.

Dia melihat banyak tumpukan batu-batu besar yang tidak terdapat pepohonan sama sekali, dia hanya bisa berjalan melewati jalanan setapak, dari kejauhan nampak seorang wanita berjalan mendekat semakin lama wanita itu nampak jelas bentuk tubuhnya.

Bagai sinderela yang turun dari kereta kencana ditambah dengan sinar rembulan yang menyinarinya membuatnya nampak lebih mempesona.

Saiful cepat-cepat mendekatinya tidak sadar bahwa ada sepasan mata yang mengintainya, entah apa sebabnya Saiful tidak bisa berbicara sedikit pun, hanya bisa tersenyum memandang wajah yang elok itu. Tiba-tiba muncul dari arah kiri balik batu macan yang siap memangsa mansanya.

Macan yang terlihat sangat lapar mengeram dan mengaung di depan Saiful, Hanya bisa pasrah menerima kenyataan menjadi santapan Macan, tidak bisa berlari maupun menjerit walau dia mencoba berteriak minta tolong dengan sekuat tenaganya apalah daya tak keluar suara sedikit pun.

Memejamkan kedua matanya sambil berkata, "Jika harus mati sekarang saya rela, tapi ijinkan dulu saya bisa berduduk berdampingan dengan wanita itu."

Tiba-tiba dia merasa ada seseorang yang memakaikan baju penghangat tubuh, ya benar saat dia membuka kedua matanya dengan kagetnya tiba-tiba wanita itu duduk disampingnya dengan mengenakan selimut padanya lalu pergi.

Saiful memanggil-manggilnya, "Hai kamu! jangan pergi ... Kumohon jangan tinggalkan diriku sendiri."

Seketika itu Saiful terbangun dari tidurnya dan dia kaget tiba-tiba di berselimut dalam hatinya berkata, "Hah ... sepertinya saya tadi tidak memakai selimut, apa istriku ya yang menyelimuti saya, pasti dia siapa lagi kalau bukan dia ... hmm ... ternyata dia perhatian juga.

Saat dia menoleh ke kanan ke arah cermin terlihat dikeningnya ada bekas ciuman warna lipstik dalam hatinya, "Hah ... kok bisa ada bekas ciuman dikeningku, kapan dia menciumku apa tadi saat dia menyelimutiku, tapi masak saya tidak merasa." Dia mengusapnya dengan tangan kanannya dan memperhatikan warna lipstik itu Dia berkata lagi dalam hatinya, "Hmm ... ternyata dia cinta padaku baiklah aku akan bersabar hingga dia rela memberikan segalanya untuk saya."

Mulailah hati Saiful menjadi tenang dan bisa terdur leluasa, menjelajah dunia mimpinya.

Rahel yang masih gelisah tidak bisa tidur dia mencoba bangun berdiri dan berjalan kesana kemari sesekali dia berjalan ke dapur untuk minum dan kembali lagi masih juga hatinya belum tenang.

Hingga waktu menunjukkan pukul 03.15 Wib suara lantunan-lantunan ayat Alqur'an mulai menggema dari segala penjuru, baru Rahel merasa kanduk yang sangat sehingga tidak sadar dia tertidur dengan pulasnya.

Saiful terbangun dulu dia pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudlu, selesai itu dia mencoba membangunkan Rahel yang sedang tidur pulas.

"Sayang! Bangun ... mari kita sholat shubuh berjamaah," ajak Saiful dengan megerak-gerakkan tubuh Rahel.

"Ayo! Sayang! ... Bangun dengar itu Adzan shubuh sudah berkumandang dimana-mana, mari kita sholat shubuh berjamaah," Saiful tetap membangunkan Rahel sesekali dia melepas selimut yang dikenakannya akan tetapi dia kenakan kembali sambil bersuara, "Emmmh ... Bentar lagi, saya masih mengantuk ini."

"Sayang! Nanti tidur lagi marilah saya sekarang kan sudah menjadi imammu maka kwajibanku mengajak kebaikan, ... Sayang kemudian kita fikirkan bagaimana di dalam kelas nanti?" ujar Saiful yang terlihat masih duduk di dekatnya di tepian ranjang.

Mendengar itu dia langsung bangun dan duduk sontak berkata, "Mas, Maafkan saya tadi malam saya tidak bisa tidur, saya libur dulu ya sekolahnya."

"Kok libur, Bagaimana kalau dikelas pada heboh apa yang harus saya lakukan?" terang Saiful.

"Sayang! Ayolah ...! kita berjamaah dulu, itu ... urusan sekolah difikir nanti saja, yang penting kuta sholat jamaah dulu," terang Saiful.

"Huh ... Iya ... Iya ... Mas ku yang paling saya sayangi, yang menjadi imamku, tunggu saya ke kamar mandi dulu, ingat jangan ngintip ya," terang Rahel.

"Ih kamu ini, kamu kan sudah halal bagi saya jadi bebas dong saya mau melihat-lihat," ujar Saiful.

"Sudah saya cepat, saya tunggu di sini," imbuh Saiful.

Dengan sempoyongan Rahel beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi, tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi, terlihat wajahnya semakin bercahaya terang.

Dia membuka lemari dan kemudian mengambil mukena yang berwarna putih, Saiful yang melihatnya menjadi terpesona, sontak berkata, "Sayang ... hmm ... kau memang bidadari dari surga yang Allah berikan kepadaku, kamu lebih terlihat cantik sekali memakai mukena."

"Ah ... Mas bisa saja membuat saya tambah baper, Mas saya nanti ingin ke sekolah mengenakan hijab Bagaimana?" terang Rahel.

"Ha ... Kamu memakai hijab ... beneran, saya tidak salah dengarkan ... ada apa kok tiba-tiba kamu mau berhijab?" terang Saiful.

"Ya ... Kamu tahu sendiri, diri ini sudah miliknya Mas Saiful ya ... Sudah seharusnya saya menutup aurot saya," terang Rahel sambil menyiapkan sajadah untuk digunakan alas melaksanakan sholat shubu.

Saiful sendiri tiba-tiba tersenyum-senyum sendiri melihat dan mendengar apa yang disampaikan Rahel, Saiful kembali berkata, "Tahu ndak kamu Sayang! Hari ini saya sangat ... sangat bahagia, melihat kamu mengenakan mukena mau menutup aurod, jika benar seperti begitu, kamulah wanita sholihah."

"Ya ... Sudah mari kita mulai sholat berjamaahnya, lalu kita memohon kepada Allah agar memberikan kepada kita yang terbaik," terang Saiful.

"Baik Mas," sahut Rahel.

Barulah mereka mulai sholat shubuh berjamaah, setelah selesai baru bereka mengobrol.

"Sayang! Saya tidak tahu mengapa ya kening saya tiba-tiba ada bekas ciuman bibir, tetapi saya tidak sadar kapan ya kamu melakukannya, andai saja kamu melakukannya sedang diriku dalam keadaan terjaga, bertambahlah kebahagianku waktu itu," terang Saiful.

"Emm ... itu lihat ada cicak berlari ingin memakan nyamuk ... Hmm lucu ya," terang Rahel yang berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Sayang! Kamu kok mengalihkan pembicaraan sih, lihat mata saya ... tatap mata saya, Adakah diriku menjadi pembohong, beneran saya sudah pasrah, saya sudah ingin menjaga kamu, cinta kamu, kalau saya harus putus sekolah saya ikhlas asal selalu bersamamu," terang Saiful.

Rahel terdiam dan menundukkan pandangannya rasa malu yang menyelimutinya membuatnya tidak bisa berkata-kata.

Nah, Bagaimana kisah selanjutnya?

Mari! Ikuti kisahnya.