webnovel

Murid Baru

"Hai anak baru." Sapaan itu sukses membuat Aria mengalihkan pandangannya dari buku ke arah depan.

Siapa lagi kalau bukan Sita, Inggit, dan Citra. Ketiga gadis itu berjalan menghampiri bangku Aria. Entah apa ulahnya kali ini yang akan mereka buat, karena sudah menjadi khalayak umum ketiga gadis di depan Aria itu menjadi biang kerok di sekolah.

"Lo nggak tuli, kan?" Ujar salah satu gadis berambut sebahu dengan beberapa hiasan rambut di atasnya.

"Sa-saya kira bukan...,"

"Iya-iya gue paham. Kenalin, gue Sita Prameswari. Panggil aja Sita," Potong gadis yang menyapanya tadi memperkenalkan diri.

"Kalau gue, cewek tercantik seantero Nusantara. Inggit Maharani, si cewek famous yang terkenal dengan kepintarannya." Ucap Inggit dengan nada centilnya.

"Pinter pantat panci." Ledek Citra. "Panggil aja gue Citra."

Inggit memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Citra yang begitu dingin. Entah kenapa ucapan gadis manis itu, tak pernah semanis wajahnya.

"Keluar yuk." Ajak Sita yang langsung diangguki oleh kedua temannya.

"Kemana?" Tanya Aria polos.

"Lo belum punya temen, kan." Ucap Citra yang langsung diangguki Aria.

"Makanya itu, kita mau ngajak lo ke tempat paling rahasia di sekolah ini." Sahut Sita lalu menggandeng tangan Aria, mereka berempat berjalan ke areka belakang sekolah, lebih tepatnya WC umum untuk murid.

Sita, Inggit, dan Citra sudah duduk dikursi panjang depan pintu masuk. Sementara Aria dibiarkan begitu saja bak patung manekin.

"Ngapain ke sini?" Tanya Aria.

"Kita kan udah jadi best friend forever, Ar." Ucap Inggit.

"Dan sebagai temen yang baik, lo bisa nggak bantuin kita." Sahut Citra yang kali ini sangat ramah.

"Ba-bantuin apa?" Gagu Aria.

"Bantuin bersihin kamar mandi." Jawab Sita.

"Ke-kenapa harus di bersihin?"

"Kita kena hukuman Pak Bagas, Ar. Mau kan bantuin kita? Gue, Inggit sama Citra udah nggak kuat lagi buat beresin semuanya." Gadis yang disebut namanya memasang muka memelas.

"Oh gitu ya," Polos Aria.

Aria pun masuk mulai membersihkan WC yang di pinta ke tiga gadis itu, namun kegiatannya terhenti saat Sita, Inggit, dan Citra beranjak pergi meninggalkannya sendirian.

"Ka-kalian mau kemana?"

Yang ditanya pun menghentikan langkahnya. "Kita mau ke kantin, lo haus kan." Jawab Citra.

"Kita nggak mau lo nyampe kecapean." Sahut Inggit. Sementara Sita hanya memutar bola matanya malas melihat tingkah ke dua temannya.

"Oh, gitu ya." Gumam Aria.

"Yuk cabut." Ajak Sita yang lebih dulu meninggalkan Inggit dan Citra di belakang.

Melihat kepergian teman barunya, Aria hanya menghela nafas lalu melanjutkan pekerjaannya. Gadis itu begitu polos, sehingga tidak sadar tengah di manfaatkan. Lebih tepatnya, Aria menjadi Terget bully baru oleh Sita, Inggit, dan Citra.

***

Suasan kantin begitu ramai, ketiga gadis itu tengah sibuk menikmati makanan yang mereka pesan sebelumnya. Sesekali bergurau mengenai Aria si anak baru yang menjadi target bully mereka.

"Bodo banget ya si Aria, mau-maunya bersihin WC yang super duper bau itu." Ujar Inggit disela mengunyahnya.

"Maklum, anak kampung." Sahut Citra.

Inggit tertawa mendengar ucapan sahabatnya, namun sepersekian detik berikutnya dia terbatuk karena tersedak makanan.

"Kalau makan-makan aja." Ujar Sita.

"Udah, minum-minum." Citra memberikan segelas air putih yang langsung dihabiskan sekali teguk oleh Inggit. Bukannya berhenti, batuk Inggit semakin menjadi membuat seiisi kantin terfokus ke arah mereka.

Sementara gadis berkuncir kuda itu terlihat senang melihat adegan di depannya. Lalu tak lama kemudian, gadis itu berjalan menuju WC yang dimaksud Inggit tadi. Tak butuh waktu lama untuknya sampai di tempat itu, terlihat Aria sedang menggosok keramik dengan peluh yang sudah membanjir seluruh tubuhnya.

"Lo Aria?" Aria mengangkat kepalanya saat ada orang yang memanggilnya dari belakang.

"I-iya, kamu siapa?"

"Kenalin, gue Ayu. Anak XII IPA 1, sekelas juga sama lo." Jawab gadis bernama Ayu itu dengan mengulurkan tangannya.

Aria menyambut uluran tangan Ayu dengan hangat. "Aria." Sahutnya.

"Kantin yuk." Ajak Ayu.

"Ta-tapi ini,"

"Udah, biarin aja."

Ayu menggandeng Aria lalu membawanya menuju kantin. Selama perjalanan hanya keheningan yang menyertai kedua gadis cantik itu, hingga Ayu membuka suara lebih dulu.

"Kalu Sita cs nyuruh lo kaya tadi, jangan mau." Ucap Ayu.

"Kenapa?"

Ayu menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan polos dari gadis di sampingnya. "Lo naif banget sih, Ar."

"Maksud kamu?"

"Gini ya gue jelasin," Ayu menarik nafasnya dalam sebelum melanjutkan. "Sita cs itu cuma manfaatin lo doang, nanti ujung-ujungnya lo bakal jadi target bully mereka. Udah paham gue sama trik licik mereka."

"Oh." Ayu mengerenyitkan keningnya mendengar Aria yang hanya ber-oh ria.

"Saya juga sebenarnya udah tahu kalau mereka jadiin saya Terget bully." Ujar Aria yang kali ini kalimatnya cukup panjang dari sebelumnya.

"Terus?"

"Kenapa lo nggak lawan?"

"Saya nggak mau nyari musuh di sini, Yu. Apalagi saya murid baru pindahan." Ayu manggut-manggut mendengarkan penjelasan Aria.

"Tapi kalau mereka buat semena-mena lagi, lawan aja. Itu bukan berarti lo nyari musuh, tapi lo cuma lindungin diri lo sendiri supaya nggak di tindas sama mereka." Jelas Ayu panjang lebar, sementara Aria hanya tersenyum kecil melihat Ayu yang begitu semangat.

"Lo mau pesen apa? Biar gue pesenin." Tawar Ayu setelah mendudukkan diri bersama Aria di meja kosong.

"E-emang boleh?" Tanya Aria gugup.

"Boleh dong, kita kan temenan."

"Kalau gitu, saya mau bakso sama es teh manis aja Yu." Aria mengeluarkan uang lima puluh ribu dari saku bajunya untuk di berikan pada Ayu.

"Nggak usah, gue yang traktir."

Ayu melenggangkan kaki meninggalkan Aria yang mematung menatapnya dari belakang. Namun tak butuh waktu lama untuk Ayu membawa pesanan Aria dan dirinya, karena suasana kantin yang tak begitu ramai. Sita cs pun sudah tidak ada, hanya beberapa murid yang masih ada di sana. Hingga suara histeris dari beberapa murid perempuan membuat heboh seisi kantin, siapa lagi kalau bukan karena keempat most wanted yang ada di sana.

"Makasih, Yu." Gumam Aria.

"Santai aja."

"Itu, mereka kenapa?" Tanya Aria bingung.

"Palingan gara-gara cowok terfamous se-SMA Antariksa."

Aria mengerenyitkan keningnya semakin bingung dengan penjelasan yang diberikan oleh Ayu. "Biar gue jelasin." Ayu menghentikan kegiatan mengunyahnya.

"Satya Prameswara, cowok jenius berhati dingin tapi selalu saja jadi pusat perhatian cewek-cewek. Lo pasti kenal sama dia, secara dia sebangku sama lo. Dan itu membuat gadis-gadis lenjeh di sekolah ini iri karena keberuntungan lo, Ar. Secara, Satya itu nggak pernah duduk sebangku sama siapapun. Kecuali lo."

"Yang di sebela kiri Satya, dia namanya Aditya Herlambang. Emang sih namanya sedikit kolot, tapi jangan salah. Orang tua si Adit itu salah satu donatur terbesar di sekolah ini, jadi jangan heran kalau dia jadi murid kesayangan para guru. Selain ganteng dan tajir melintir, Aditya juga anak senja."

"Maksud kamu?" Tanya Aria.

"Ia, maksud gue dia itu puitis banget. Bisa bikin puisi, novel, quotes yang bikin cewek-cewek di sini baper. Makanya dia ngambil jurusan Indonesia buat ngembangin bakatnya."

"Sementara yang disamping Aditya ada Gilang Samudera. Anak XII IPS 2 sekaligus anak tunggal dari kepala sekolah SMA Antariksa. Di antara keempatnya, bisa dibilang dia yang paling playboy. Tebar pesona sana-sini, setau gua hampir semua cewek yang seangkatan sama dia udah pernah jadi pacarnya."

Aria membulatkan matanya mendengar penuturan Ayu, namun ia tak mau membuka suaranya lebih dulu karena Ayu belum selesai menjelaskan.

"Dan yang terakhir, yang paling belakang itu." Ayu menunjukan jarinya ke arah laki-laki yang sibuk memainkan ponselnya. "Dia Rendi Amerta, temen sekelas Satya juga kita. Dia itu yang paling aneh diantara mereka semua. Coba deh Lo bayangin, isi otaknya kosong melompong tapi malah masuk kelas IPA. Awalnya sih gue kira salah ngambil jurusan, tapi semua dugaan gue salah. Dia cuma iseng-iseng doang ngambil jurusan IPA, makanya setiap kali ulangan kena remed terus."

Aria tersenyum mendengar penjelasan Ayu yang menurutnya sedikit berlebihan, namun untuk rupa. Aria tak mengelak jika keempat pria itu memiliki wajah yang rupawan.

"Emang mereka seterkenal itu ya?"

"Em, jangan di tanya lagi. Semua murid SMA Antariksa, nggak ada tuh yang nggak kenal sama mereka. Bahkan cewek-cewek dari SMA sebelah, nggak jarang sengaja datang ke sini cuma mau ketemu sama mereka doang."

"Oh gitu ya, Yu." Gumam Aria sembari melanjutkan makan baksonya.

"Lo naksir siapa diantara mereka?"

Ayu tersedak mendengar pertanyaan konyol Ayu. "Santai-santai, gue cuma bercanda kok." Ayu tersenyum lebar.

"Saya belum mikir nyampe sana, ada sesuatu yang harus saya kejar."

"Iya-iya, gue percaya." Ayu menganggukkan kepalanya. Memang, gadis lugu seperti Aria akan mengutamakan pendidikan dari pada cinta. Pikir Ayu.

Setelah selesai dengan urusan perutnya, Aria kembali ke kelas bersama dengan Ayu. Tak banyak yang mereka obrolkan setelah pergi dari kantin. Namun Aria bisa menebak seperti apa kepribadian teman barunya itu

***

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Wis_Ti_Anncreators' thoughts