webnovel

PART 3

Tiba waktunya hari perkenalan. Perkenalan kedua keluarga, keluarga Bara Aditya dengan keluarga Cinta Anastasya. Keluarga Bara sudah sampai di rumah Cinta dan telah di sambut hangat oleh sang empunya rumah. Kedua keluarga itu tampak sedang mengobrol santai, hanya ada kedua orang tua Bara dan kedua orang tua Cinta. Kemana Cinta? Kenapa tidak ikut acara penting ini? Dimana dia?....

"Ra! Mana anakmu? Mana calon mantuku?" tanya mama Bara pada mama cinta.

Mama Cinta pun menjawab pertanyaan calon besannya. "Masih diatas lagi siap-siap. Bentar lagi beres. Oh ya kenalin dulu dong siapa calon mantuku? Dari tadi kita kan belum kenalan ya? Hihi".

Mereka hampir lupa memperkenalkan diri satu sama lain. Mungkin para orang tua sudah mengenal satu sama lain, tapi tidak dengan Bara.

"Bara, kenalkan ini calon mertua kamu!. Mereka adalah Atmajaya Hadiwiryo dan Lira Hadiwiryo. Ra! Ini anakku, Bara Aditya." ucap mama Bara memperkenalkan anaknya.

"Bara Aditya!" sambil mengulurkan tangan bersalaman kepada calon mertuanya secara bergantian.

"ganteng ya pah! Calon mantu kita" lanjut Lira.

Tiba-tiba seorang gadis nampak muncul dan sedang menuruni anak tangga 1 persatu. Siapa lagi kalau bukan Cinta Anastasya, anak pasangan pengusaha sukses bernama Atmajaya Hadiwiryo dan Lira Hadiwiryo. Seketika pandangan Bara teralihkan, nampak terpesona dengan kecantikan bakal calon istrinya yang semula dia tolak.

"Itu dia sudah turun! Sini sayang. Kenalan dulu" ucapan tante Lira membuyarkan padangan Bara.

Cinta melangkah dengan anggun dan perlahan mulai mendekat kearah dua keluarga yang sedang duduk berkumpul itu.

"Halo semua! Maafkan Cinta yang baru bergabung".

Dengan penuh semangat ternyata Mama Bara begitu antusias melihat kehadiran calon menantunya.

"Cinta, ini kenalkan. Yang ini calon mama mertuamu, namanya tante Yuli Aditya. Dan yang ini calon papa mertuamu, Wira Aditya. Dan yang ini Bara aditya, calon suamimu!"

Mereka pun berkenalan satu sama lain. Proses berkenalan pun berjalan lancar. Sepanjang obrolan Cinta hanya menunduk pasrah, sedang Bara nampak meremas-kedua tangannya. Seolah bertanya apakah ini adalah pilihan yang benar. Dan memang sepanjang obrolan hanya para orang tua saja yang berbicara.

"Jadi sesuai kesepakatan ya, mereka akan menikah dalam waktu 2 bulan kedepan. Dan sementara itu mereka punya waktu bisa mengenal satu sama lain". Ucap Atmajaya, papa Cinta.

Terdengar helaan nafas kecewa dari Yuli mendengar kabar pernikahan anaknya yang sangat lama. "Yaah, sebenarnya aku kurang setuju. Tapi mau bagaimana lagi. Itu juga benar, biarkan mereka mengenal satu sama lain". "benar mah!" sambung Wira.

.....Cinta Pov.....

Yah! Hari itu tiba juga, perkenalan kedua keluarga. Aku berfikir apakah akan di langsungkan pertunangan?.

Kalian tahu? Betapa gelisahnya aku. Tak tahu harus berbuat apa? Bahkan semalaman aku susah tidur, sakit perut dan lainnya. Dan yess!! Ternyata ini hanyalah perkenalan biasa, karena ternyata papaku juga tidak egois untuk buru-buru menikahkanku!. "Alhamdulillah ya Allah, hamba masih di beri kesempatan menghirup bebasnya melajang" ucapku dalam hati.

Saat aku melihat langsung bakal calon suamiku, dia memang terlihat lebih tua sedikit dariku. Ya bayangkan saya, aku kan baru 19 tahun, kuliah saja baru beberapa semester. Tapi aku seperti pernah melihat wajahnya, tapi dimana ya? Aku mencoba berfikir keras, tapi aahhh.... Gagal. Aku tidak ingat dimana pernah melihatnya.

Saat acara berlangsung, aku merasa bahwa laki-laki didepanku ini gelisah. Seolah tidak nyaman dengan situasi seperti ini, sesekali kulirik dia dan benar saja! Tangannya diremas-remas. Seperti orang frustasi akan mengikuti UN. Kufikir hanya aku yang gelisah tak nyaman, ternyata laki-laki ini juga sama. Bedanya aku biasa saja. Tidak seheboh sikap dia.

....Cinta pov end....

....bara pov....

Begitu acara berlangsung, aku belum melihat calon istriku. Calon istri? Yah kusebut saja begitu, toh memang benar adanya!.

Saat beberapa saat menunggu, aku terpesona melihatnya sangat cantik berjalan anggun menuruni tangga. Benar aku memang terpesona tapi kurasa aku belum jatuh cinta.

Kemudian kami berkenalan satu sama lain.

Dan aku gelisah, apa benar pilihan yang kuambil. Menerima perjodohan!

Yahh, kuakui wajahnya memang sangat cantik dan aku sangat tertarik. Tapi apakah bisa menjalani pernikahan hanya didasari rasa suka, tapi tanpa cinta. Sambil berfikir aku tidak sadar bahwa aku juga sambil meremas-remas kedua tanganku secara bergantian. Aku tidak memikirkan situasi sekitarku. Karena keempat orang tua itu sedang sibuk berbincang mempersiapkan segala sesuatu mengenai perjodohan ini. Aah persetan dengan ini!.

Hingga mencapai kesepakatan bahwa pernikahan 2 bulan lagi, dan kami di beri waktu untuk saling mengenal. Ku sedikit bersyukur, karena tidak terburu-buru menikah.

Setelah selesai sesi perkenalan itu. Kami pun berpamitan pulang. Dan ya, keluarga itu nampak sangat hangat menerima kami.

...bara pov end...

********

Apa!!??? Di percepat? Besok?!"

Mulutku menganga lebar saat kedua orang tuaku berkata bahwa pernikahanku dipercepat, bahkan besok mereka akan menikahkanku. Yang benar saja! Bukannya mereka bilang memberikan kami waktu untuk saling mengenal!? Ya Tuhan!! Inilah akhir masa remajaku? Yahh, umur 19 kan masih remaja.

Bara pov

Kedua orang tuaku memberitahu kenyataan baru, bahwa aku harus menikahi gadis itu besok!. Aku? Bagaimana? Tentu tidak kutolak. Karena dengan cara ini mungkin aku bisa memanas-manasi Angel, mantan kekasihku. Bahkan kami belum berpisah!. Gadis itu? Tentu saja dia pasti akan berkompromi setelah nanti kujelaskan alasanku, dan dia pasti akan membantuku. Aku yakin dia juga tidak memiliki rasa padaku, mengingat kami memang baru bertemu.

"Baiklah Bara mau menikah besok! Sesuai permintaan papa!". Kuliat rona bahagia di wajah papa dan mamaku, memang ini sebetulnya yang mereka mau.

Waktu berlalu begitu cepat. Dan hari ini adalah hari H pernikahanku. Aku tidak heran jika semua sudah tersusun rapi, mengingat semua adalah keinginan papa. Jadi semua sudah dipersiapkan dengan matang. Dalam prosesi ijab kabul aku juga mengucapkannya dengan lancar hanya dalam 1x tarikan nafas. Ya, kalian harus tau, malam sebelum hari H papaku memintaku belajar. Dan sekarang saat aku mengucapkannya pun lancar, dengan santai dan sama sekali tidak gugup. Hei!! Itu karena aku tidak mencintai gadis disebelahku yg sekarang menjadi istriku. Ahh... Sial!!.

Cinta pov

Kalian harus tau perasaanku!. Gugup!. Walaupun aku belum mencintai laki-laki itu. Bagaimanapun ini adalah pernikahan yang sakral. Acara berlangsung dengan khidmad aku bersimpuh disebelahnya. Dan dia dengan lancar mengucapkan ijab kabul dengan 1x tarikan nafas. Selesai ijab kabul, digantikan dengan prosesi sungkeman yang di warnai dengan isak tangisku dan kedua orang tuaku. Dia? Laki-laki itu? Aku tidak memikirkannya. Biarkan saja!

"Tolong jaga putri manja kesayangan Mama ya, Bara! Jangan membuatnya menangis. Berjanjilah untuk menjadi suami yang menyayangi dia" Ucapan Lira lirih saat acara sungkeman berlangsung.

"Pasti ma!. Mama jangan khawatir, Bara janji". Bara berucap seolah meyakinkan orang tua Cinta.

"Anak mama udah menikah sekarang, jadi manjanya ke suami aja ya". Ucap Lira sambil mengerjapkan sebelah mata menggoda anaknya."

"mama apaan sih!?" Cinta merona malu, sambil membatin."isshh yg benar saja kalau aku harus bermanja-manja dengan laki-laki itu. Yah, mulai sekarang aku tidak boleh manja. Manjaku akan tetap pada mama". Hening sejenak, kemudian matanya nyalang sambil berfikir dan berbicara pada dirinya sendiri. " Oh Tuhan! Akan seperti apa pernikahan ini."

Acara pernikahan berlangsung dengan lancar. Pesta hanya dihadiri oleh relasi bisnis kedua keluarga. Tanpa dihadiri oleh teman dari Cinta ataupun Bara. Yah! Dalam sekejap kehidupan Bara dan Cinta berubah. Beberapa hari yang lalu mereka masih sama-sama sendiri, namun sekarang mereka sudah menjadi suami dan istri.

Setelah pesta pernikahan berakhir, Bara dan Cinta akhirnya pergi menuju kamar hotel, yang sudah dipesan. Mengingat acara pernikahan di laksanakan di sebuah hotel. Jadi mereka juga akan menghabiskan malam di hotel.

Dua keluarga beserta kedua mempelai itu menaiki lift bersamaan dan kemudian para orang tua berpisah di lantai 2 dan pengantin melanjutkan kelantai 3. Sengaja memesan kamar terpisah, para orang tua itu membiarkan anaknya menghabiskan malam berdua.

Dua anak manusia itu hanya berdiam tanpa suara. Hening!. Hingga kemudian pintu lift terbuka, mereka langsung menuju ke arah kamar yang sudah di pesan.

Dengan langkah gontai Cinta mengikuti Bara dari belakang. Bara segera membuka pintu kamarnya dan masuk ke kamar, disusul oleh Cinta di belakangnya.

"Capek banget sih hari ini! Kakiku pegal semua!" Suara Cinta memecah kebekuan.

Bara yang mendengar keluhan Cinta kemudian menjawab dengan wajah datar."Dasar Manja!".

Cinta hanya mendesah mendengar ucapan Bara sembari mengrucutkan bibirnya kesal.

"Aku mau mandi dulu, nanti setelah selesai baru kamu mandi. Kita gantian mandinya". Seru Bara kemudian melangkah pergi kekamar mandi.

Cinta tidak menjawab, dia hanya menghela nafas lelah, hari ini cukup melelahkan hingga malas untuk Cinta membalas ucapan Bara. Tapi sejenak dia berfikir kalimat Bara yang terakhir dan menjawabnya pelan. "ih, lagian siapa juga yg mau mandi bareng dia! Jangan mimpi!." sambil melirik Bara yang sudah masuk kamar mandi.

Mungkin rasa lelah yang amat sangat di rasakan tubuh Cinta, hingga tak butuh waktu lama Cinta terlelap dalam tidurnya dengan masih mengenakan gaun pernikahannya. Ranjang hotel yang lembut juga membuat nyaman tubuhnya dan seakan akan memang menyuruhnya untuk cepat terlelap.

Bara sudah selesai mandi. Tubuhnya hanya di balut oleh handuk yang dikaitkan di pinggangnya, rambutnya yang acak-acakan dan masih basah setelah keramas membuatnya tampak semakin tampan,sexy dan hot.

Dilihatnya Cinta yang masih mengenakan gaun pengantin sedang terlelap tidur di pinggir ranjang.

"Ternyata dia cantik juga kalau lagi tidur. Manis!" gumamnya dalam hati.

Bara melangkah perlahan menuju sofa dekat ranjang, sialnya lagi itu bersebelahan dengan sisi ranjang Cinta. Derap langkahnya ternyata membuat Cinta terbangun.

"Aaahhhh!!!". Teriakan Cinta sontak membuat Bara terkejut dan langsung menutup mulut Cinta dengan satu tangannya. Membuat Cinta meronta ingin melepaskan bekapannya.

"emmppp ... Emmpp lep....emmpp"

"kamu bisa diam nggak? Kalau nggak bisa, aku nggak bakal lepasin tanganku!"

Cinta hanya mengangguk sebagai jawabannya. Kemudia menghela nafas panjang"haaaahhh...." ka..mu.. Mau... Buat aku mati ya? Hahh!?". Ucapnya sedikit terbata-bata sembari menetralkan nafasnya setelah dibekap Bara.

"Salah siapa kamu teriak tiba-tiba? Hah?. Nanti orang dengar akan berfikir apa?."

"lagian kamu, aku kan kaget. Kamu tiba-tiba deketin aku!". Kata cinta sebal.

"Aku deketin kamu? Kamu liat ini?". Sambil menunjukkan piyama yang tergeletan di sofa samping ranjangnya.

"Oh, ya maaf. Aku kan gak tau. Kalau..." kalimatnya terhenti ketika Cinta menyadari bahwa Bara hanya mengenakan handuk di pinggang dan hanya telanjang dada. Tubuh itu sangat amat dekat dengan tubuhnya. Hingga membuat Cinta dengan cepat

menutup rapat wajahnya dengan kedua tangannya.

Bara terkekeh melihat kelakuan Cinta yang membuatnya geli bercampur gemas. Bara menyadari apa yang dilihat istrinya itu. Pasti karena dia hanya mengenakan handuk di pinggang saat keluar kamar mandi. Tapi tetap dia bertanya perihal itu."kenapa kamu? Malu? Ngobrol udah lama tapi baru sadar!".

Dengan santai ia mengambil piyama lalu melepas kaitan handuknya kemudian mengenakan piyamanya. Dia sangat sadar melakukan itu, tidak perduli Cinta melihatnya berganti pakaian atau melihat tubuh polosnya.

"Sudah! Sana cepat mandi! Aku tau kamu lelah seharian" ucapnya.

Tanpa basa basi Cinta hanya mengangguk dan kemudia pergi ke kamar mandi. Untuk apa lagi? Tentunya mandi dan membersihkan sisa-sisa make up sehabis acara pernikahan tadi. Setelah selesai dia keluar kamar mandi. Lain dengan Bara, cinta terlebih dahulu mengambil piyamanya dan langsung mengenakannya di dalam kamar mandi. Saat dia selesai membersihkan diri, dia melihat Bara sudah terlelap di ranjang. Di tatapnya ruangan kamat hotelnya. Hanya ada satu ranjang besar dan satu sofa di sisi ranjang. Dan ranjang sudah di tempati Bara untuk tidur. Lelaki itu nampak lelah. Tanpa berfikir panjang Cinta melangkah menuju sofa dan merebahkan tubuhnya diatas sofa itu. Tak butuh waktu lama, ia pun tertidur.