webnovel

PART 10

Perjalanan panjang pun di mulai, semua mahasiswa/i dan dosen kembali ke jakarta. Menandakan seluruh kegiatan telah usai. Bara harus merelakan berpisah sementara waktu dengan Cinta, karena tidak memungkinkan mereka kembali ke jakarta bersama-sama. Tidak ada alasan untuk mereka bisa satu mobil kembali ke jakarta.

*******

Hari yang melelahkan akibat perjalanan panjang tentunya dirasakan Cinta dan juga Bara. Bara dengan setia menunggu kedatangan bus yang ditumpangi Cinta meski ia tahu akan sangat lama, dan untuk akhirnya mereka kembali ke rumah bersama-sama. Bara menunggu di parkiran kampus, beberapa jam kemudian bus rombongan tiba. Cinta yang mendapat pesan singkat dari Bara jika ia telah menunggunya di parkiran segera berlari menemuinya setelah berpamitan pada sahabatnya.

"Hai kak, kok masih disini? Kenapa nggak balik duluan?".

"masa iya aku pulang duluan setelah tahu kita satu kampus, acara kita sama, Cinta. Kamu mau pulang naik apa?". Ujar Bara sembari tersenyum.

Cinta memasuki mobil dan segera memakai sabuk pengaman. Bara segera mengemudikan

"Ya kan bisa nanti naik taksi pulangnya, atau nebeng sama Mala". Cinta menoleh ke arah Bara dan bersuara.

"sudahlah, kita kembali ke rumah. Aku lelah, dan kamu pasti juga lelah,".

"Hmmm baiklah. Iya amat sangat lelah. Haaahhhh...". Helaan nafas Cinta menyiratkan ia sangat amat lelah.

Bara mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, tak lagi ia dengar suara Cinta berbicara. Hanya deru nafas yang teratur yang terdengar. Bara menolehkan pandangannya ke samping dan ditemukannya Cinta sudah terlelap tidur. Ia segera menepikan mobilnya ke tepi jalan, Bara membetulkan posisi duduk Cinta agar tidurnya nyaman. Setelah itu ia kembali melanjutkan perjalanan.

Sore hari mereka baru sampai di rumah. Rasa lelah dirasakannya, di lihatnya Cinta masih terlelap tidur di jok mobil samping kemudinya. Tanpa fikir panjang dan tanpa berfikir membangunkannya, Bara menggendong Cinta masuk kedalam rumah. Ia membawa Cinta kedalam kamar, tapi bukan kamar Cinta yang sesungguhnya. Melainkan kamarnya, eeh??!.

Dengan hati-hati Bara menurunkan tubuh Cinta ke ranjangnya agar tidak membangunkannya. Ia tahu bahwa Cinta sangat lelah. Ia pun juga lelah, tanpa membuang waktu ia segera bergegas membersihkan diri kemudian ikut beristirahat disamping istrinya itu. Sejenak Bara memandangi wajah istrinya dihadapannya. Istrinya???

Sejenak dia berfikir, "apakah ini saatnya aku memulai hal baru? Bukankah memang seharusnya begitu? Aku harus melanjutkan hidupku. Hidupku kini bersama Cinta, aku tidak perduli masa laluku. Yang aku tahu kini masa depanku dengan Cinta. Aku harus mulai membicarakannya dengan Cinta, perkara dia menolak. Itu urusan nanti".

Perlahan kedua kelopak mata Cinta bergerak. Hingga terbuka dengan lebar, Cinta tampak terkejut melihat Bara ada di hadapannya. Tidurnya menyamping sehingga mereka berhadapan.

"Kaak... Bara ke-kenapa ada disini?". Tanya terbata-bata.

"Ini kamarku, wajar kan kalau aku ada disini?". Jawab Bara sambil tersenyum.

Cinta ingin bangkit dari tidurnya dengan segera ketika Bara berkata ini adalah kamarnya. Tapi sebelum seutuhnya Cinta terbangun, lengannya dengan cepat di tarik oleh Bara. Sehingga ia kembali terjatuh di samping Bara yang sedang tertidur.

"Mau kemana?".

"Maa-mau ke- kekamar!"

"Ini juga kamarmu!". Bara berkata dengan santainya, matanya memejam.

"Taa- tapi kan..." Cinta seolah kehabisan kata-kata. Dia sadar jika semua ucapannya selalu terbata-bata.

Bara meletakkan jari telunjuknya diujung bibir Cinta. Kemudian tangannya menggapai kedua tangan Cinta dan menggenggamnya.

"Cinta, mungkin ini terlambat. Mungkin juga ini kesalahanku. Tapi bisakah kita memulainya dari awal. Aku tahu perjodohan kita adalah pengaturan dari kedua orang tua kita. Entah kapan rasa itu tumbuh di hatiku. Aku pun belum pasti apa benar yang aku rasakan. Yang pasti, aku sangat sakit ketika melihat kamu sakit aku lebih menderita ketika melihatmu terluka. Melihatmu hampir meregang nyawa, membuatku ketakutan akan kehilanganmu. Aku mulai tidak bisa membayangkan kamu sedang bersama laki-laki lain selain aku. Katakanlah aku egois, tapi memang itu yang aku rasakan, aku sendiri tidak tahu kenapa.Aku mulai berfikir untuk apalagi aku membuang waktu untuk hal yang tidak pasti, sedangkan kini aku sudah menikah. Pernikahanku dengan kamu yang ku jalani sekarang adalah sesuatu yang pasti. Tapi aku sadar, pernikahan ini dilakukan oleh dua orang, aku dan kamu. Aku tidak mau memaksamu, aku akan menghargai semua keputusanmu. Sekarang apa jawabanmu?".

Cinta mengerjap-ngerjapkan matanya, ia sungguh bingung dengan apa yang di katakan Bara. Fikirannya tengah sibuk ketika Bara menggenggam tangannya, ditambah lagi dengan ungkapan Bara panjang lebar itu. Membuatnya semakin bingung. Ia melamun, bingung tak tahu harus berbuat apa.

"Cintaa..cintaaaa.., hei!". Tangannya sibuk menepuk-nepuk pipi Cinta, berusaha menyadarkannya dari lamunan.

"Ehh iya . Kenapa kak? Hehehe " sahutnya kikuk.

"Kamu dengar tidak ucapanku tadi?" Bara kembali bertanya.

Tentu saja Cinta dengar tapi ia diambang kebingungan, apa yang harus dia katakan. Batinnya bertanya-tanya tapi ia juga menjawabnya sendiri.

"apa kak Bara sedang menembaknya?, menembak apanya? Kami bahkan sudah menikah!".

"Heiii!!! ". Bahunya kembali di guncang lembut oleh Bara. Lagi-lagi lamunannya terbuyar.

"Eehmm... Apa? Ma-maaf. Tadi kakak bilang apa ya?" Cinta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu, sejujurnya dia mengerti apa maksud Bara. Tapi dia ingin Bara memperjelas lagi maksud ucapannya. Hanya saja ia terlalu bingung harus menjawab apa.

"Aku mau pernikahan kita ini pernikahan yang sesungguhnya. Kita jadi suami istri sesungguhnya. SESUNGGUHNYA!". Ini pernyataan, bukan! Ini permintaannya. Tegas dan sesuai maksud intinya. Cinta harusnya mengerti maksud ucapannya. Tapi lagi-lagi Cinta terdiam, mematung.

"Cintaaa... Jawab aku! Tidak mungkin kali ini kamu tidak dengar!". Bara mengguncang pelan tubuh Cinta berusaha menyadarkannya dari lamunan. "Tolong jawab aku! Aku butuh kepastian!, apa kamu punya seseorang yang spesial?. Tapi baiklah, aku tidak akan memaksa kamu, tapi aku akan menunggu sampai kamu mau menerima aku jadi suua...". Kalimat Bara terhenti ketika Cinta menjawab dengan tegas dan tiba-tiba.

"Aku mau kak!"

Kini Bara lah yang mematung. Sejenak ia mencerna ucapan Cinta. Antara percaya dan tidaknya. Kemudian ia tersenyum gembira, tapi ia juga memastikan kebenaran ucapan Cinta.

"Mau apa? Ucapkan lagi. Aku ingin mendengar lebih jelas!".

"Aaa ... Aku mau. Aku mau memulai pernikahan yang sesungguhnya dengan kak Bara. Aku mau jadi istri kak Bara yang seutuhnya".

"Apa kamu benar-benar yakin dengan ucapanmu, sayang?.". Tanya Bara untuk meyakinkannya lagi.

Hanya dengan anggukan kepala, Cinta menjawab dengan pasti. Direngkuhnya tubuh Cinta kedalam pelukannya. Dikecupnya puncak kepala istrinya itu berkali-kali. Entah kapan rasa sayang itu muncul, entah kapan rasa Cinta itu muncul. Dua hati orang anak manusia tinggal satu atap memulai kehidupan barunya, harus siap menata hati satu sama lain.

Mereka masih bergemul diatas ranjang satu sama lain, sampai satu pukulan kecil mendarat di dada bidang milik Bara.

"Kenapa?". Tanya Bara sambil menundukkan kepalanya agar bisa menatap Cinta.

"Ciihhh! Tidak romantis sekali! Masa menyatakan perasaan disela-sela bangun tidur begini". Bibir Cinta mengerucut kesal.

"menyatakan perasaan? Kita sudah menikah. Buat apa menyatakan perasaan lagi? Dan lagi yang habis bangun tidur kan kamu, bukan aku".

Bara sengaja menggoda istrinya yang sedang sebal itu. Seketika itu Cinta memundurkan tubuhnya dari pelukan Bara. Tapi pergerakannya tertahan segera oleh Bara.

"hmmm, aku cuma bercanda. Kemarilah. Jangan jauh-jauh dari pelukanku". Bara kembali memeluk Cinta yang tadi sempat ingin menjauh dari pelukannya.

Setelah pernyataan cinta yang singkat itu, mereka berdua kembali terlelap tidur. Rasa lelah kembali mendera. Entah sejak kapan juga pelukan Bara membuat nyaman Cinta. Sehingga ia dengan mudahnya terlelap kembali dalam tidurnya.

******

Cinta kembali ke kamarnya ketika Bara sedang berada di kamar mandi.

Tokk...tokkk...tokkk... Suara pintu diketuk!

"Sayang!!! Kamu lagi apa? Aku boleh masuk nggak?". Tanya Bara setelah mengetuk pintu.

"Iyaaa". Sahutnya.

"Makan diluar yuk? Aku laper! Kamu laper nggak?" tanya Bara setelah berhasil membuka kenop pintu

"Laper, kak. Tapi kan nggak ada makanan. Dikulkas juga nggak ada stock makanan". Jawabnya sambil mengeringkan rambut dengan handuk.

"Makan di luar yuk!". Ajak Bara.

"Boleh! Aku siap-siap dulu deh".

"aku tunggu di bawah ya!". Kata Bara, kemudian pergi meninggalkan kamar Cinta dan menuju ruang tamu.

Tak berapa lama pun Cinta datang menemui Bara di ruang tamu. "Yukk kak, berangkat".

Atasan rajut berwarna peach dan celana jeans yang ia kenakan tampak membuat bentuk tubuhnya terukir indah. Dipadukan dengan flatshoes senada dengan warna bajunya ia tampak terlihat lebih cantik. Bara tampak terpesona melihat penampilan Cinta, hanya dengan mengenakan pakaian casual begitu saja ia terlihat begitu mempesona. Sejenak Bara tampak terdiam memandangi Cinta, hingga ia tersadar saat Cinta memanggil namanya berulangkali.

"Kaaakk!!! Kita jadi makan diluar nggak sih?....

*********