" Woaahhhh-eeem! Aduh, bangun tidur kenapa badan pegel semua ya? Kayak abis lari marathon aja!"
Sambil meregangkan tangan khas orang bangun tidur, Cinta yang setengah terduduk di ranjangnya juga mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar. Dan betapa terkejutnya dia, melihat ada orang lain juga disampingnya. Bara sedang tertidur pulas. Sontak Cinta berteriak kaget. "Aaaaahhhh!!!!"
"Jangan kenceng-kenceng teriaknya. Kamu mau mereka dengar teriakanmu, lalu menemukan kita sedang sekamar berdua? Heh?." Dengan mata masih terpejam Bara berkata kepada Cinta yang tiba-tiba berteriak.
"Kak Bara ngapain tidur disini?."
Tanpa menjawab pertanyaan Cinta, Bara yang masih memejamkan mata setengah tertidur tiba-tiba menarik lengan Cinta, hingga tubuh Cinta berada di pelukannya.
" Loh-loh. Kak ini ngapain?".
"Sssstttt! Aku butuh tidur Cinta. Semalaman aku menjagamu, panasmu baru turun jam 2 pagi tadi. Jadi aku baru tidur setengah jam ini." Sambil memeluk Cinta dengan nyaman.
Cinta hanya bisa pasrah, menerima perlakuan Bara terhadapnya. Ia mulai mengingat-ingat kejadian saat dia pingsan, dan ternyata dia demam sehingga Bara yang terakhir kali dilihatnya sebelum pingsan yang merawatnya. Bara terlihat nyaman memeluk Cinta sambil tertidur. Dan entah perasaan apa yang menyelimuti hati Cinta. Perasaannya menjadi tidak karuan, jantungnya mulai berdegup kencang, bahkan dia mulai kebingungan bagaimana menyikapi perilaku Bara terhadapnya sekarang ini. Dia berharap Bara tidak merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang dengan ritme yang tak menentu.
"Haaaahhh, kamu bisa santai saja Cinta. Aku hanya memelukmu untuk memberikanku rasa nyaman. Aku juga mau memastikan kalau kamu sudah sehat. Apa kamu tidak nyaman aku peluk begini?" Bara bahkan masih memejamkan matanya.
"Hhaah? Apa?! Eng-enggak kok kak, aku...aku nyaman kok! Iya! Iya –iya aku nyaman. Nyaman kok!. Hehehe..." dengan terbata-bata Cinta berusaha menjawab pertanyaan Bara. Takut Bara tersinggung jika dia menjawab tidak.
"Bagus kalau begitu."
"Hmmm, kak Bara ti-tidur aja. Iya-iya tidur aja kalau gitu. Aku, aku gini aja nggak pa-pa. Hehehe."
"Haaaahhhh..... Kalau begini bagaimana aku bisa tidur? Aku mengantuk Cinta."
"Ke-kenapa?" Tanya Cinta gugup.
"Detak jantungmu!" jawab Bara singkat.
Damn...!!! seketika Cinta menjauhkan tubuhnya dari Bara yang sedari tadi memeluknya, tapi berhasil ditahan oleh Bara sehingga tubuhnya tidak terlalu menjauh. Tak berapa lama Bara kembali menarik Cinta dalam pelukannya, detak jantungnya bahkan semakin kencang.
"Ehemmm... sekarang semakin cepat detaknya. Tapi ini nyaman, aku suka. Ayo tidur Cinta, lagi pula ini masih jam setengah 3 pagi. Aku lelah, kamu juga masih harus istirahat lagi. Kita masih ada waktu beberapa jam lagi untuk bangun.
Cinta hanya bisa terdiam kaku dipelukan Bara, dan menyadari keterpakuan istrinya, Bara kemudian mengelus pelan punggung Cinta berulang kali dan mengabaikan bagaimana respon Cinta. Awalnya Cinta merasa tidak nyaman, namun lama kelamaan ternyata perlakuan Bara membuatnya nyaman dan akhirnya mengantuk. Tidak ada penolakan, deru nafas teratur cinta yang terdengar membuat Bara membuka matanya dan menemukan Cinta sudah terlelap tidur. Pemandangan yang menakjubkan yang pernah dilihatnya, melihat istrinya tertidur pulas dipelukannya dengan nyaman.
"Akhirnya kamu tidur juga. Dasar istri kecilku!."
Ini kali pertama dia berbuat lebih jauh dengan Cinta, jika dia mendengar detak jantung Cinta berdegup kencang untuk pertama kalinya. Keberuntungan baginya, Cinta tidak sampai mendengar detak jantungnya yang sama kencangnya seperti Cinta. Rupanya benih-benih Cinta mulai tumbuh diantara mereka. Bahkan mungkin salah-satunya sudah menyadarinya, namun tidak saling mengungkapkan.
Bara membelai lembut rambut kepala Cinta yang sedang terlelap tidur. Kemudian kembali mendekapnya dan setelahnya ikut terlelap bersama Cinta.
*******
Pagi yang cerah menghiasi langit kota Malang, Jawa Timur. Udara sejuk di tampak menyambut pagi yang cerah.
Cinta terbangun lebih segar dari sebelumnya, dan mendapati Bara tidak lagi di sampingnya. Kemana dia?
"Kemana kak Bara? Apa sudah kembali kekamarnya?. Ah sudahlah, lebih baik aku mandi dan bersiap-siap". Cinta bergumam sendiri.
Beberapa menit kemudian Cinta selesai bersiap, kemudian dia keluar dari kamarnya dan menuju kamar sahabatnya, Mala.
Tok...tok...tok...!!!
"Mala! Bangun dong udah mau siang nih, yukk turun. Ditungguin pak dosen loh ntar".
Pintu terbuka tak lama setelah Cinta mengetuk pintunya.
"Bawel lo ah. Gue mah udah bangun lagi, udah cantik malahan. Udah ah, yukk turun sarapan". Mala yang sudah rapi bergegas mengajak Cinta turun untuk sarapan.
Disana sudah menunggu beberapan dosen dan beberapa mahasiswa/i untuk bersiap sarapan bersama sebelum memulai aktivitasnya.
Terlihat Bara yang juga sudah bergabung dengan para dosen dengan menggunakan kemeja putih dan celana hitam panjang, membuat otot-otot didadanya terbentuk rapi kotak-kotak.
"wow, ganteng banget kak Bara. Badannya kelihatan sixpack kalau pakai pakaian seperti itu".
Cinta bergumam dalam hati setelah melihat penampilan Bara pagi ini.
Sadar bahwa ia setelah menilai penampilan suaminya yang gagah, ia mengerjapkan kedua matanya berkali-kali.
Dia pun segera duduk dikursi yang telah di sediakan. Setelah semua para dosen dan mahasiswa/i berkumpul, acara makan pagi pun di mulai.
....
Sesi makan pagi selesai para mahasiswa/i di minta bersiap untuk memulai acara selanjutnya yang sudah di tentukan.
Hari kedua mereka mendatangi kebun apel. Para mahasiswa/i diminta untuk belajar dan memahami bagaimana cara menanam dan merawat kebun apel, juga diajarkan cara memanen apel yang benar.
Kemudian di hari selanjutnya mereka mendatangi pabrik pembuatan minuman sari apel, pembuatan makanan khas kota Malang, kemudian oleh-oleh khas Malang dll.
Waktu seminggu yang diberikan untuk acara study di kota Malang tak terasa hampir selesai. Hari pertama mereka di beri kesempatan untuk istirahat dan para dosen memilih hari ke 6 untuk memberi kebebasan para mahasiswa/i untuk sekedar berjalan-jalan menikmati indahnya kota Malang.
"Nggak kerasa ya, kita udah 6 hari aja ada di Malang. Kotanya enak, sejuk nggak polusi hahaha". Ujar Cinta.
"Iya, jadi nggak pengen pulang deh. Eh iya gimana kalau kita jalan-jalan. Mumpung di kasih free time. Tapi kita jalan-jalannya jangan berdua,kurang seru. Ajak yang lain aja. Tuh si Rendy sama Gino ajakin juga. Gimana Ta? Setuju kan?". Kata Mala
"Aku sih setuju aja. Tapi aku ijin dulu ya sama kak Bara, biar gimanapun dia suami gue. Pengganti orang tua gue hehe". Katanya sambil berbisik.
Mala memutar malas bola matanya. "terserah lo deh, kak Bara jangan diajak. Lo ijin aja. Buruan jangan lama-lama!.
Cinta segera berlari mencari keberadaan Bara, saat ia menemukan keberadaan Bara. Cinta mendapati Bara sedang asyik mengobrol dengan dosen perempuan, ada rasa kesal dihati Cinta melihat Bara berbicara dengan perempuan lain. Meskipun perempuan itu adalah dosen di kampusnya, tapi dosen perempuan itu nampak masih muda dan kira-kira sebaya dengan usia Bara. Bak pasangan dimabuk asmara mereka mengobrol sembari tertawa dan bercanda gurau. Mendapati itu Cinta mengurungkan niat untuk meminta ijin secara langsung pada Bara, ia kemudian beralih menemui dosen lain untuk meminta ijin.
"Huhhhh.... Dicariin malah asyik ketawa ketiwi sama bu Nabila. Ngobrolnya asyik bener sih, sampai lupa kayaknya kalau udah punya istri! Dasar buaya! ". Ucapnya kesal.
"ehhh, kenapa aku jadi uring-uringan sendiri sih?. Ah bodo ah, lebih baik aku bilang aja sama pak Jaya". Sambungnya.
Cinta kemudian berjalan mendekati dosen Jaya yang tak jauh darinya.
"Pak, saya, Mala, Rendy sama Gino mau ijin pergi jalan-jalan ya pak? Kan free time hari ini".
"Ok boleh. Tapi tetap harus hati-hati ya, kabarin bapak kalau ada apa-apa. Jangan lupa isi buku yang sudah bapak siapkan di resepsionis hotel. Biar bapak tahu siapa saja yang keluar. Dan isi lagi kalau sudah kembali".
Setelah mendapat ijin Cinta pun bergegas menuju ke resepsionis hotel, melakukan apa yang diperintah Pak Jaya tadi. Setelah selesai kemudian ia pergi menemui Mala, Rendy dan Gino yang sudah menunggunya di parkiran. Mereka berempat diperbolehkan menggunakan mobil hotel untuk dipakai berkeliling kota Malang.
"Ta, lo udah ijinin kita kan, ke dosen?". Tanya Rendy
"Udah kok, mau kemana kita?". Kata Cinta
Mala menoel-noel lengan Cinta dan setengah berbisik di telinga Cinta. "Eh, lo udah dapet ijin juga kan dari suami lo?".
"Udah ah,bodo! Yukk berangkat aja. Males ah bahas dia. Biarin aja, nggak usah di pikirin, dia juga nggak mikirin gue kok. Dia nggak bakal nyariin gue". Cinta menjawab dengan nada sedikit kesal, membuat Mala mendengar seperti ada hal yang disembunyikan sabahatnya itu.
"Ok deh, mobil udah siap. Kita jalan sekarang yuk? Gue yang nyetir, cewek-cewek dibelakang aja duduk manis, ok cantikers". Seru Rendy.
"Dih cantikers, bahasa dari mana tuh? Eh tapi gapapa lah, dibilang cantik gue". Timpa Mala.
Mereka berempat masuk kedalam mobil dan memulai perjalanan mereka berkeliling wisata kota malang yang terdekat.
Saat sedang dalam perjalanan menuju tempat wisata, didalam mobil Mala yang merasa penasaran dengan perubahan sikap Cinta mencoba mencari tahu apa yang sudah terjadi.
"Heh, Ta! Lo bilang ama gue, ada apaan?. Muka loh dari sehabis datang minta ijin kenapa sepet gitu? Kenapa lo? Ceritain buruan!". Bisik Mala pada Cinta.
Cinta membalas dengan suara berbisik juga. "Gue lagi kesel, Mal. Lo tau nggak? Pas gue lagi nyari kak Bara mau minta ijin, eh dia lagi sama bu Nabila. Lagi ngobrol-ngobrol seru gitu, pake ketawa-ketiwi lagi. Dia lupa kali ya, kalau udah punya istri. Huh, sebel gue!".
Ekspresi wajah Mala kemudian berubah tersenyum geli melihat kelakuan Cinta, sepertinya dia menangkap ada yang aneh dari sikap sahabatnya saat bercerita. Berhubung sangat rawan terdengar mereka membicarakan hal tersebut, Mala memutuskan untuk menghentikan obrolan dan meminta menundanya nanti.
"Ta, nanti kita ngobrolnya di luar aja pas lagi berdua. Rawan tuh di denger ama mereka berdua, ok?! ".
"Apaan nih? Apa emang yang nggak boleh kita denger?". Gino menyela ditengah-tengah obrolan.
"kepo banget sih? Bweeee"
Jawab Cinta sembari menjulurkan lidahnya mengejek.
******
Bara kelimpungan mencari keberadaan Cinta yang tak kunjung dia temui. Fikirannya menjadi gelisah tidak karuan karena istri kecilnya itu pergi tanpa pamit. Ia kemudian berinisiatif menelpon, berulangkali panggilannya tidak dijawab oleh Cinta. Ia makin penasaran kemana sebenernya perginya Cinta. Ia pun mengirim pesan setelah beberapa panggilannya tidak mendapat respon.
*Bara*
"cinta! Kamu dimana? Tolong jawab telfonku!"
*Bara 13.20
"cinta kamu dimana? Beri tahu aku!"
*Bara 13.21*
Cinta please, aku khawatir. Kamu kemana sih?"
*Bara 13.22*
"Cintaaaaaa!!! Kamu kemana sih sayang?"
........... .
Entah berapa banyak pesan yang ia kirimkan pada Cinta, istrinya. Tanpa sadar ia menyelipkan panggilan sayang pada Cinta. Menanyakan dimana dia sekarang, sedang apa, dan bersama siapa, dan lainnya. Namun tetap saja Cinta nya itu tidak merespon baik telfon ataupun smsnya. Kegelisahannya tetap saja tidak bisa hilang sebelum mengetahui kemana perginya Cinta. Akhirnya dia mencari tahu lewat dosen yang menjadi koordinat acara kampusnya ini, pasti semua mahasiswa/i meminta ijin padanya.
"Pak Jaya!" serunya memanggil dosen yang bernama Pak Jaya itu.
"Eh pak Bara, ada apa pak?"
"lagi free time gini bapak nggak keluar jalan-jalan?" tanya Bara berbasa basi.
"Ah tidak Pak, tapi mungkin saya akan keluar sebentar untuk mencari oleh-oleh. Untuk anak istri saya". Jawab pak Jaya sembari tersenyum.
"Hmm ngomong-ngomong, apa banyak mahasiswa/i yang pergi hari ini pak? Memanfaatkan free time yang kita berikan?".
"Lumayan banyak pak. Hampir seluruh mahasiswa/i, semua pada keluar jalan-jalan".
"Aaaahh sial, bagaimana caranya aku tahu dimana Cinta". Batin Bara. Tidak ada alasan lain kecuali dia harus langsung menanyakan dimana Cinta.
"Pak Jaya tahu tidak, mahasiswi yang bernama Cinta? Atau mungkin dia sempat meminta ijin kepada bapak untuk pergi kemana?". Akhirnya pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Bara. Dia sudah tidak sabar untuk mengetahui dimana Cinta.
"Oh iya iya, saya ingat. Cinta dengan hmmm,,,siapa ya tadi?" Pak Jaya sedikit berfikir dan membuat gerakan seolah sedang mengingat sesuatu. "Oh iya, itu si Mala kalau tidak salah. Mereka berdua tadi ijin ke saya mau keluar jalan-jalan."
"kemana Pak?" tanya Bara kembali.
"Wah, saya tidak tanya Pak, mereka sih cuma bilang mau keliling-keliling sekitaran sini."
"Mereka berdua saja pak?" Bara kembali bertanya antusias.
"Tidak, mereka berempat. Ada 2 mahasiswa yang ikut juga. Cuma saya lupa siapa tadi ya namanya?. Hmmm pokoknya kelompok mereka yang pergi hanya 4 orang".
"Oh begitu, Pak. Ya sudah pak terimakasih informasinya". Ucapnya.
Beruntung Pak Jaya tidak mencurigainya karena bertanya-tanya tentang Cinta. Setelah mendapat sebagian informasi, Bara pun berniat menunggu di cafe yang berada di depan hotel. Bara ingin sekali menyusul Cinta, tapi akan sia-sia karena dia tidak tahu kemana Cinta pergi. Ada rasa kesal di hatinya, kenapa Cinta pergi tidak pamit dengannya. Dia kan suaminya. Eeeehhh!?....
*******
Cinta kembali setelah puas berjalan-jalan dikota Malang. Dia sengaja menonaktifkan nada dering di hpnya. Agar Bara tidak bisa menghubunginya, tapi setelahnya dia memang lupa dengan Bara. Terlalu asyik menikmati menghabiskan waktu jalan-jalan dengan teman-temannya. Lagi pula hatinya masih kesal melihat Bara dengan Nabila, dosennya tadi. Ia berjalan di koridor menuju kamar hotelnya. Setelah berpamitan dengan Mala yang lebih dahulu masuk ke dalam kamarnya. Ia mendorong pintu kamat hotelnya setelah menempelkan Room Card nya.
Belum sempat menutup pintu, punggungnya di dorong seseorang cepat namun tetap tidak bermaksud menyakiti. Kemudian dengan cepat pintu sudah menutup dan sedikit terbanting dengan keras. Cinta sedikir terlonjak kaget. Dia berusaha berontak saat tiba-tiba ada tangan kokoh menggenggam pergelangan tangannya sedikit kencang di dalam gelapnya kamar, karena kartu untuk menghidupkan lampu kamarnya belum di letakkan di tempat yang seharusnya.
"Eehhh ...ehhh lepasss!!! Lepasin aku!! Siapa sih kamu?! Lepassin akuu,mmmmmmppphh". Tangan Cinta bergerak memukul dada seseorang yang di hadapannya, sesaat ketika mulutnya tiba-tiba dibekap tapi tetap lembut tidak menyakitinya.
Tiba-tiba lampu kamar menyala setelah kartu kamar yang tadinya dia pegang direbut seseorang itu.
"Kak..kka..kkaaak Bara!". Cinta akhirnya bisa kembali bersuara ketika mulutnya sudah tidak lagi di bekap.
"Sudah puas jalan-jalannya?". Tanya Bara dengan nada dingin dan tatapan tajam pada Cinta.
"Llee...leepasss ah. Apaan sih kak Bara?!". Sekali dorongan dari Cinta, Bara pun terdorong kebelakangan. Cinta berjalan meninggalkan Bara menuju kasurnya. Bara tetap tidak mau kalah, ia harus mendapat jawaban dari Cinta.
"tunggu Cinta!!! Jawab dulu, kamu dari mana aja?. Sama siapa aja kamu tadi pergi selain Mala? Kenapa baru pulang jam segini? Kenapa pergi nggak pamit aku? Kamu lupa kamu udah punya suami? Hah???!!!". Suara Bara meninggi, kilatan mata merah Bara terpancar jelas dimata Cinta, lebih lagi cengkraman tangan Bara di lengan Cinta membuatnya ketakutan. Baru kali ini ia melihat seorang Bara yang pendiam sebegitu marahnya. Reflek, air matanya lolos begitu saja di kedua pipinya.
Bara mengendurkan cengkraman di lengan Cinta setelah melihat Cinta menangis. Di rengkuhnya tubuh Cinta untuk kemudian ia peluk.
"Huussttts... Cup cupp... Jangan nangis, maafin aku ya. Aku nggak bermaksud kasar sama kamu. Aku cuma khawatir". Bara membelai lembut puncak rambut istrinya yang sedang menangis.
"Hiikkss... Hikksss... Aa..aku.. Akuu cuma... Hikks.. Hiks..." tangisan Cinta semakin menjadi. Dia ketakutan melihat Bara bertanya kepadanya dengan nada tinggi, jelas sekali Bara sedang marah.
"Huussst... Udah ya cup..cup... Aku nggak marah sama kamu. Aku cuma khawatir kamu nggak ada kabar. Biar gimana pun kamu udah jadi tanggung jawab aku. Udah yaa, cup. Jangan nangis lagi donk". Bara menenangkan Cinta yang menangis tersedu-sedu. Bara melepaskan pelukannya dan mendudukkan Cinta ditepi ranjang, kini hanya terdengar isakan kecil dari mulut Cinta. Bara berjongkok didepan Cinta sambil menggenggam jemari Cinta.
"Aku minta maaf tadi udah marah-marah sama kamu. Aku cuma khawatir sama kamu. Sekarang kamu jelasin ya, habis dari mana aja tadi". Bagai seorang ayah yang membujuk putrinya setelah dimarahi, Bara bertanya.
"Hiiikkss... Tapi kan.. Bisa.. Hiikkss.. Nggak pake marah-marah. Bentak-bentak gitu. Aku.. Aku takut. Hikkss". Bahunya masih bergetar setelah tangisnya tadi.
"Iya, iya . Aku minta maaf. Tadi aku cuma khawatir aja. Aku telfon kamu berulangkali nggak diangkat. Aku kirim sms kamu juga nggak bales".
Sejenak Cinta berfikir, otaknya kembali berfikir kebelakang mengingat sesuatu. Ia baru ingat jika dia lupa mengecek ponsel nya setelah menonaktifkan nada deringnya. Ia terlanjur kesal setelah melihat kejadian tadi siang. Selebihnya ia memang lupa.
"Maaf". Cinta mengucapkan kata maaf sambil menundukkan kepalanya.
"Kenapa tadi kamu pergi nggak ijin sama aku dulu? Bagaimana kalau ada sesuatu yang terjadi sama kamu? Aku nggak akan bisa tahu kamu lagi dimana,kan?". Tanyanya lembut .
Cinta menghela nafas panjang, nafasnya sedikit sesak karena habis menangis.
"Tadinya sudah mau ijin. Cuma pas udah capek nyari-nyari kakak, pas ketemu, eh aku liat kakak malah asyik ngobrol sama bu Nabila". Ujar Cinta, raut wajahnya berubah masam. Menyiratkan ketidaksukaannya saat menceritakan kejadian tadi siang.
"Kalau udah ketemu, kenapa nggak nyamperin aku?".
"Buat apa?! Kak Bara lebih asyik ngobrol sama bu Nabila kok. Pake ketawa ketiwi lagi. Asyik bener! Kayaknya juga lupa kalau udah punya istri!!! Ngobrol sama perempuan lain. Huuhh!". Sungutnya. "Nggak mikirin free time ngajakin aku jalan kek, huh!". Lanjutnya sedikit bergumam
Bara menangkap situasinya. Sepertinya ia mengerti jika Cinta sedang cemburu.
"kamu cemburu ya?". Godanya.
Cinta tak mau dianggap cemburu oleh Bara. Ia pun menangkal ucapan Bara. "ih, apa sih?! Siapa juga yang cemburu?. Jangan ngada-ngada deh. Nggak ada ya kak, aku cemburu".
"Ngaku aja deh, sayang. Cemburu kan? Nggak papa kok, halal kan istri cemburu sama suami sendiri". Bara tetap meneruskan menggoda Cinta.
"enggak!!! Siapa yang cemburu. Kan udah aku bilang. Aku nggak cemburu titik!". Cinta tetap kekeh menyangkal. Walau sebenarnya dalam hatinya mengiyakan.
Iyaaaa... Aku cemburu. Masak harus dijelasin sih. Huuhh. Sebel!!!
"lagian kalau cemburu juga nggak ada yang larang kok. Aku juga suka kamu cemburui". Bara tak berhenti kembali menggodanya.
"Kaaak!!! Iihhh". Cinta memukul lengan Bara yang tak berhenti menggodanya.
"yaa sudah, ya sudah. Kamu pasti capek,Kamu udah makan?" Cinta mengangguk tanda jawaban pertanyaan Bara.
"Ya sudah. Sekarang istiharat aja. Tidur, besok harus bangun pagi. Perjalanan jauh kan. Aku tidur disini ya malam ini? Bolehkan?
Lagi-lagi Cinta hanya mengangguk. Entah apa yang membuatnya kini tak menolak keberadaan Bara di kamarnya. Seakan lupa akan perjanjian yang pernah mereka berdua sepakati, Cinta membiarkan suaminya berada ditempat yang semestinya.
Cinta berbarik di sisi sebelah kanan, sedang Bara di sisi sebelah kiri. Awalnya ada guling ditengah keduanya sebagai pembatas. Entah sejak kapan guling itu sudah terhempas dari tempatnya. Tidak ada lagi jarak diantara Bara dan Cinta. Cinta yang lebih dahulu terlelap tidur, sehabis menangis rasa kantuknya makin hebat. Sehingga tak lama ia bisa memejamkan mata dan tertidur pulas. Bara menyelipkan satu tangannya di bawah pinggang Cinta, sedang satu tangan lainnya memeluk pinggang atasnya. Di tatapnya wajah istrinya, bekas-bekas air mata saat menangis tadi masih ada. Tangannya terulur untuk menghapus sisa air mata yang sebagian besar sudah nengering.
"air mata ini harusnya tidak ada, maaf ya". Ucapnya lirih, kemudian mengecup dahi Cinta dan bergeser mencium kedua kelopak mata Cinta yang terpejam secara bergantian. Sebelum akhirnya ikut terlelap bersama cinta sambil memeluknya.
********