Nathan memberenggut, saat Max dan Zeno nampak sibuk dengan interaksi mereka yang sefrekuensi. Sementara dirinya yang seperti tak bisa menyela pembicaraan akibat ketidakpahamannya sejak awal mengenai hobi mengagumkan anaknya itu, membuat Nathan memilih untuk mengasingkan diri.
"Mau kemana?" tanya Max saat menyadari Nathan beranjak dari tempat duduknya di sisi lain ranjang.
"Ke dapur, aku ingin buah. Apakah kalian juga?"
"Aku jelas tak mau, papa..." sahut Zeno yang membuat Max tercengang.
"Zen... Buah baik untuk kesehatan, loh!"
"Tapi aku tak menyukainya, paman... Kebanyakan rasanya asamnya membuat ku tak suka. Lebih baik aku titip bawakan kue saja, pa."
Ya, sifat dan kegemaran Zeno mengingatkan Nathan akan sosok kawannya yang di rindukan. Sejenak membuatnya mengharu biru, sampai akhirnya Max yang sedikit memahami memberikannya kode mata menanyakan kondisinya.
Nathan pun menggidikkan bahu, lantas mengukir senyum tipisnya pada Max.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com