"T-tuan … aku ingin …."
Kata-kata bocah itu, Han Yiyue, ditelan kembali ketika manik mata kebiruan menatapnya dengan tajam dan penuh intimidasi. Bulu matanya terkulai ke bawah, enggan menatap langsung pada sosok menakutkan di samping.
He Xihuan mungkin sedikit kesurupan ketika dia memaksa bocah yang tidak sengaja ditemukan untuk ikut kembali ke kediamannya. Dia menyukai manik mata keabu-abuan bocah itu dan wajahnya yang cantik meskipun berkulit hitam. He Xihuan kemudian menatap lamat-lamat telapak tangannya sebelum melayangkan tatapan ke samping, melihat bocah yang gemetaran karena dibawa kabur oleh orang asing.
Memikirkan tindakan impulsifnya barusan, He Xihuan mencoba menghibur bocah itu dengan berkata, "Tenanglah, kamu aman bersama kami."
"T-tapi, ibuku …." Han Yiyue mengatakan bantahan, tetapi tidak berani mengangkat kepala. Senantiasa menunduk sembari menahan tubuhnya yang bergetar tidak terkendali. Aura laki-laki yang menolongnya sangat kuat, terlebih tatapan mata itu, Han Yiyue sudah menemui begitu banyak orang jahat, tetapi tidak ada yang begitu menakutkan sampai membuatnya gemetar hanya ditatap saja.
Sekali lagi He Xihuan merutuki tindakannya, dia memang kejam dan dingin, tetapi ia bukan bajingan yang tidak menghargai keputusan orang lain. Apalagi orang-orang yang tidak terlibat masalah dengannya. Ya, kecuali bocah di samping. Menghela napas di dalam hati, dia kembali melayangkan kalimat menenangkan.
"Besok kita akan menemui ibumu."
He Xihuan mengalihkan perhatian ke luar kaca, menatap kosong pada jalanan yang dipenuhi kegelapan malam, mengabaikan bocah yang gemetaran di samping. Sementara dua orang lainnya diam-diam memiliki pemahaman mengenai situasi kali ini. Tentu saja Jamie yang paling mengerti, dia tahu tujuan He Xihuan membawa bocah itu bukan sekadar untuk kesenangan pribadi, tetapi ada niat besar di balik tindakan itu.
Mereka tiba di vila dan memasuki bangunan utama, Han Yiyue diseret oleh Jamie mengikuti langkah He Xihuan. Bocah itu lemah, tetapi bertekad dan keras kepala sehingga cukup sulit untuk membawanya masuk, itulah sebabnya ia diseret paksa.
"Tuan He, apa yang harus dilakukan pada bocah ini?" Jamie bertanya ketika mereka telah tiba di ruangan tengah vila.
"Mandikan dia!" He Xihuan memberi perintah tanpa pikir panjang.
"Baik."
Membawa Han Yiyue masuk bukanlah berkara mudah meski tidak sulit juga, tetapi kali ini bocah itu benar-benar menolak dengan keras. Dia menarik tangannya dengan kuat dan berseru, "Aku tidak mau mandi!"
Seruan itu membuat He Xihuan dan beberapa orang lainnya terkejut bukan main. Bocah pendiam yang keras kepala tadi dapat mengetakan kata-kata seperti itu dengan nada suara tinggi. Padahal sejak awal dipaksa memasuki vile dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun, hanya melewan dengan mulut tertutup rapat.
Jamie berusaha mengabaikan teriakan itu dan menarik tangannya lagi menuju kamar mandi, tanpa disangka-sangka bocah itu mengaitkan tangan ke sofa besar di ruangan, menahan diri agar tidak terseret tarikan Jamie.
"Aku tidak mau mandi! Aku tidak mau mandi! Aku tidak mau mandi!"
He Xihuan menggertakkan gigi melihat tingkah nakal itu, dia menyuruh seseorang untuk membantu Jamie. Kedua tangan Han Yiyue dipegang erat, tubuhnya juga diangakat seperti barang, tetapi tidak membuat semangatnya luntur. Dia menggigit tangan mereka bergantian hingga bekas merah tampak sangat tebal. Ketika kedua tangannya bebas, dia berlari ke arah pintu hendak melarikan diri.
Sayang, upaya itu digagalkan oleh beberapa orang lagi yang mengejar, memegang tangan kecilnya dengan erat bahkan menggunakan keuatan berlebihan. Han Yiyue merasakan gelombang kesakitan di tangan, matanya berkaca-kaca, dan bibirnya berteriak, "Lepaskan aku! Aku ingin pulang, aku tidak ingin mandi!"
Tingkahnya benar-benar membuat sakit kepala, He Xihuan menyuruh orang-orangnya untuk melepaskan Han Yiyue. Menatap bocah itu dengan tajam, lebih parah dari sebelumnya membuat Han Yiyue membeku. Kepalanya menunduk dalam-dalam, berusaha menahan isakan tangis.
Suara magnetik terdengar menggema di dalam vila, terkesan dingin dan penuh intimidasi. "Ikut aku!"
Mendengar suara itu, Han yiyue tidak bisa tidak mengikutinya. Tubuh bergerak tanpa sadar mengikuti langkah laki-laki pemilik aura menakutkan. Dia dibawa menuju kamar mandi di salah satu kamar kosong, dipaksa untuk mandi.
Han Yiyie menatap laki-laki itu dengan perasaan takut dan masih berusaha melontarkan bantahan. "Aku tidak …."
"Mandi!"
Han Yiyue menggelengkan kepala lemah. Dia ingat jika ibunya melarang dia untuk mandi di tempat lain sekalin rumah sewaan mereka, kata ibunya itu untuk melindungi dia. Meski ibunya galak, masihlah satu-satunya orang yang dapat dipercayai Han Yiyue, ibunya tidak pernah berbohong dan tidak berniat menyakitinya.
Sayang, laki-laki menakutkan itu tidak mendengarkan perkataannya seolah penolakan itu hanya sebuah tawaran sia-sia. He Xihuan kembali melayangkan tatapan tajam dan secara diam-diam memaksa Han Yiyue untuk patuh. Hanya dalam beberapa detik saja sudah membuat bocah nakal menjadi penurut.
Dengan langkah gontai dan terkesan ogah-ogahan, Han Yiyue memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri sementara laki-laki menakutkan masih bergeming di tempat sebelum duduk di sofa dalam kamar. Mengeluarkan cerutu dan menghisap dengan rakus.
Gemericik air terdengar dari kamar mandi, pintu kaca menjadi buram karena uap air. Setelah beberapa saat, air berhenti mengalir dan uap mulai lenyap, tetapi pintu tidak kunjung terbuka. Tidak ada pergerakan atau suara dari dalam kamar mandi. He Xihuan kesal menunggu, dia melenggangkan langkah lebar menuju kamar mandi dan membuka pintu dengan tiba-tiba.
Hal itu mengejutkan Han Yiyue, ia merasakan jantungnya hampir melompat keluar ketika pintu dibuka. Menundukkan kepala dan tangan mengepal erat di depan tubuh.
Pemandangan mencengangkan muncul di depan mata He Xihuan. Bocah laki-laki berkulit hitam yang dekil tadi telah lenyap digantikan sosok bak malaikat. Kulitnya putih dan terlihat halus, beberapa bagian merah muda yang menyenangkan dilihat, tetasan sisa-sisa iar masih menempel di rambut hitamnya dan kulit tubuh, membuat sosok itu terlihat sempurna.
"Angkat kepalamu!" perintah He Xihuan yang tidak bisa ditolak.
Ketika Han Yiyue mengangkat wajahnya, manik mata abu-abu tampak sayu dengan jejak godaan yang terlihat murni dan naif. Garis-garis wajah halus menonjolkan kesan oriental orang timur. He Xihuan mengutuk di dalam hati, bocah kulit hitam itu ternyata bukan orang barat, benar-benar berkah untuk mencapai ambisinya.
Wajahnya menampilkan senyuman puas ketika dia berkata lagi, "Di luar ekspesktasi."
Ya, ketika menggenggam erat pergelangan tangan Han Yiyue untuk mencegahnya pergi, He Xihuan sudah tahu jika kulit hitam bukan warna kulit aslinya, tetapi dia tidak pernah menyangka bahwa hasilnya akan sangat mencengangkan. Bocah laki-laki itu ternyata sangat cantik.
"Siapa namamu?" tanyanya lambut, sangat berbeda dengan kesan awalnya.
Han Yiyue ragu-ragu sejenak sebelum membuka mulut dan memberi jawaban, "M-moore."
Kening He Xihuan mengerut, jelas bahwa dia tidak percaya penuh pada jawabannya, tetapi berpikir bahwa nama itu mungkn merupakan nama panggilan di barat.
Merasakan tatapan pihak lain, tanpa sadar membuat Han Yiyue membuka mulut lagi, bergetar ringan ketika menyebutkan dua kata yang sudah jarang keluar dari mulutnya. "Han … Yiyue."