webnovel

Golden Chapter

Setiap orang memiliki bab emas dalam hidupnya, di mana pancapaian terbaik didapatkan. Tentu setelah melalui serangkaian proses yang mendatangkan hal baik maupun hal buruk. Untuk mencapai titik itu, He Xihuan harus menaklukkan banyak kelompok mafia dan merebut kepemimpinan. Dalam prosesnya, dia menemukan seorang anak laki-laki yang kecantikannya tersembunyi di balik kulit hitam palsu. Han Yiyue memiliki pesona alami untuk memikat orang-orang di sekitarnya dan menggiring mereka ke dalam dunia fantasi tidak bermoral. Hal itu menimbulkan keinginan He Xihuan menjadikannya homme fatale untuk dikirim kepada musuh sebagai senjata terselubung dengan tugas tertentu. Tidak pernah disangka-sangka, selama masa bergaul dengan Han Yiyue, He Xihuan malah terjerumus ke dalam rencananya sendiri. Dia jatuh cinta kepada laki-laki itu dan menginginkannya seperti orang gila.

evilesther3 · LGBT+
Not enough ratings
246 Chs

Foreign Land

Seperti yang dikatakan Feng Yu, He Xihuan harus mengambil alih keketuaan Fenghuang di Los Angeles sebagai tahap awal pemenuhan ambisinya. Dia tidak melewatkan apa pun, bahkan bertindak hati-hati. 

Setelah seminggu pembahasan berlalu, dia pergi ke kota bagian California tersebut. Menetap di rumah yang telah disediakan untuknya dan beberapa orang dari Cina. Mereka berjumlah tiga orang, He Xihuan, Feng Yu, dan Xiao Bai. Rumah tersebut merupakan tempat tinggal utama kelompok Fenghuang dengan tiga bangunan. Bangunan utama berukuran lebih besar berada di tengah, satu berada di halaman depan sebagai tempat tinggal anggota yang menetap, dan lainnya di halaman belakang dijadikan sebagai tempat eksekusi. 

Halamannya luas dengan hutan lebat di sekeliling, biasa dijadikan tempat latihan.

Di Los Angeles sendiri, Fenghuang memiliki kantor besar yang dijadikan sebagai markas kelompok mereka, gedung itu disebut Phoenix sesuai dengan arti dari kata Fenghuang. Tentu saja gedung lima lantai yang berkedok sebagai perusahaan keamanan yang menyewakan jasa. Meski banyak oknum mengetahui sisi gelap perusahaan itu, tidak ada yang berani mengacau karena perlindungan beberapa pihak dalam pemerintahan.

Phoenix memiliki 300 lebih anggota yang tersebar di seluruh California dengan berkelompok, sekitar 50 orang ada di kota Los Angeles dengan tugas menjaga ketua mereka dan bekerja di perusahaan. Lebih banyak anggota yang menetap di kota yang berbatasan langsung dengan pesisir Pasifik. Alasannya karena jalur air merupakan jalur terbaik untuk melakukan transaksi tanpa campur tangan penuh dari pemerintahan.

He Xihuan dan rekannya tinggal di rumah selama dua hari untuk menyesuaikan diri juga lebih dekat dengan orang-orang di sana. Anggota Fenghuang sendiri 97% merupakan orang Tiongkok, sehingga bukan masalah sulit untuk bergaul.

Di hari ketiga He Xihuan memutuskan mengunjungi beberapa tempat yang berada dalam pengaruh mereka salah satunya adalah Chinatown yang terbesar di Amerika serikat. Alasan utamanya untuk memeriksa bar milik kelompok mereka.

He Xihuan pergi bersama Feng Ruo, wakit ketua Janie, dan seorang supir yang merupakan anggota Fenghuang. Di belakang sekitar tiga mobil mengikuti.

Saat itu matahari sudah tenggelam di bagian barat, lampu-lampu neon menyala di depan bangunan-bangunan tinggi menjulang. He Xihuan tidak terlalu memperhatikannya, menatap datar ke luar kaca. Binirnya bergerak ringan ketika bertanya, "Bagaimana kondisi bar, Jam? Kudengar beberapa hari terakhir ada sekelompok bajingan yang mengacau."

Duduk di kursi co-driver, Jamie melirik dari cermin di depan. Dia mengerti status He Xihuan dalam kelompok, laki-laki itu bukan bagian dari Fenghuang, bukan juga seseorang yang berada dalam kendali Feng Yu atau ketua-ketua besar mafia. He Xihuan orang yang bebas, itu menunjukkan kekuatannya dan status tinggi di antara para anggota dan Tuan Feng sangat menghargainya. Bahkan Jamie diam-diam mengagumi He Xihuan.

"Ya, tapi masalah itu sudah diselesaikan, Tuan He atau bisa dipanggil Tuan Axton."

Axton He adalah nama yang digunakan di negara ini ketika dia berada di luar Fenghuang, tentu saja dijadikan sebagai nama bisnis agar lebih dekat dengan orang-orang setempat. Mendengar seseorang memanggilnya seperti itu, He Xihuan agak geli, tetapi tidak protes.

Mobil perlahan berhenti di depan sebuah bagunan bar. He Xihuan melangkah keluar dan memasuki bar. Feng Ruo menatap bagunan itu dengan kerutan di keningnya lalu memprotes dalam bahasa Mandarin. "Huan Ge, bangunan ini terlihat sangat biasa. Tidak ada yang istimewa, bagaimana bisa menarik banyak pelanggan."

Mendengar itu, He Xihuan menepuk pundaknya dengan keras. Percuma saja dia mengeluh menggunakan bahasa Mandarin, nyatanya hampir keseluruhan orang di dekat mengetahui arti kalimat itu. Jamie bahkan memberi pelajaran singkat.

"Bar ini tidak dibangun untuk menarik pelanggan biasa yang menyukai dekorasi indah. Lebih dari itu, bar dibangun untuk transaksi besar."

Ada ruangan khusus di lantai lima yang memang disiapkan untuk petinggi Fenghuang. Hanya He Xihuan, Feng Ruo, dan Jamie saja yang memiliki kualifikasi tinggal di ruangan tersebut, sisa lainnya berada di lantai pertama atau kedua.

He Xihuan memiliki ketahanan alkohol yang sangat baik, bahkan setelah meminum dalam jumlah besar dia masih sadar. Berbeda dengan Feng Ruo, baru meneguk dua gelas saja sudah tepar. Kepalanya tergeletak lemah di atas meja, mata terpejam erat, dan bibir terus-menerus mengocehkan kata-kata tidak jelas. Jamie harus direpotkan membawanya keluar.

Secara keseluruhan tempat itu tidak buruk, bahkan terbilang ramai. Ada banyak orang-orang dengan gelar dan jabatan duduk santai, bermain bersama gadis ataupun laki-laki kesukaannya, iseng-iseng berkumpul dengan rekan atau membahas bisnis.

He Xihuan cukup puas dengan pengaturan bar dan memberi acungan jempol ke pada kinerja Jamie. 

Sekitar dua jam kemudian He Xihuan memutuskan untuk kembali. Melangkah elegan keluar dari bar, auranya cukup untuk menekan beberapa orang, tidak banyak yang diam-diam menaruh perhatian padanya. Namun, karakter acuh tak acuh dan tidak peduli pada dirinya benar-benar mengisolasi orang lain. Tidak ada yang berani mendekat.

Ketika melewati pintu bar, angin malam menerpa wajahnya yang menawan diikuti siluet seseorang menabrak tubuhnya. Laki-laki berkulit hitam menampilkan wajah ketakutan ketika menatap mata He Xihuan, tetapi rasa takut itu tidak ditujukan padanya melainkan seseorang yang berlari mengejar.

Orang-orang yang mengikuti He Xihuan terkejut menyaksikan bos mereka diterjang seorang bocah, bersiap-siap menjauhkan bocah itu, tetapi gerakan mereka dihentikan. He Xihuan mengangkat tangannya untuk mencegah tindakan mereka.

Tatapan bocah berkulit hitam itu penuh harapan seakan memohon bantuannya, tangan menggenggam erat ujung jas He Xihuan. Bulu mata panjang bergetar seperti kepakan sayap dan bibir hitamnya yang penuh gemetar ringan. He Xihuan merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatinya, seperti kesenangan telah menemukan bakat terbaik untuk membantu mewujudkan ambisinya.

Tidak lama setelah itu, laki-laki dengan perut buncit dan tubuh pendek berteriak nyaring, "Bajingan kecil kembali ke sini." Di tangannya ada kayu tipis yang terayun mengikuti langkahnya.

Mendengar itu, bocah berkulit hitam hendak melepaskan diri dari sosok He Xihuan, berpikir bahwa laki-laki itu tidak mungkin menolongnya. Namun, tangan kecil itu digenggam erat dan membuat langkahnya terbatas. Dia tidak bisa melarikan diri, hanya bergeming dalam pelukan laki-laki asing.

Laki-laki berperut buncit melihat He Xihuan berusaha melindungi bocah kulit hitam. Ia berteriak marah, "Hei, lepaskan bocah itu. Dia harus dihukum karena telah mencuri di kedaiku!"

He Xihuan tidak menanggapi, tetap bergeming seolah tidak pernah mendengar seseorang berbicara. Dia bahkan berencana membawa si bocah memasuki mobilnya. Tindakan itu jelas membuat marah si laki-laki perut buncit, dia mengayunkan kayu ke arah He Xihuan. Seorang anggota bergerak lebihcepat menangkan kayu dan membalikkan kepada pemiliknya.

Bahkan tanpa kata-kata perintah dari He Xihuan, masalah laki-laki perut buncit diselesaikan dengan cepat oleh bawahannya. Dia membawa bocah itu pergi ke kediamannya. Tentu saja bukan karena belas kasihan semata, tetapi karena manfaat lain.