webnovel

PANTANG MENYERAH

pada saat usiaku menginjak 5 tahun, memang belum ada tanda² kesembuhan dari sakit ku, bahkan aku pernah di vonis lumpuh selamanya karna sakit kejang merusak syaraf di tubuhku, kata orang untung saja tidak mengenai otakku,

banyak orang yang memberi recommend tempat² orang pintar, salah satunya di Cikampek, pada saat itu ibuku sedang hamil adiku, tetapi harus tetap mencari kesembuhanku,

sesampainya kami di Cikampek, kami menemui seorang wanita paruh baya yang usianya aku kurang tau pada saat itu, seperti sudah 50 lebih kurasa usianya, namanys MAK EMAS orang² memanggilnya.

rumah² di lingkungan itu terlihat sederhana semua, tetangganya pun ramah,

ibu ; assalamualaikum, ini bener rumahnya mak emas yg bisa pijit ,

mak emas : iya betul, kamu siapa,?

ibu : kami kesini mau berobat mak, ini anak saya gabisa jalan, kenang sakit panas:'(

mak emas : ohh iya iya.. emang asalmu dimana?

ibu : kami dari pemalang jawa tengah mak,

mak emas : ohh jauh yaa,, yaudah kalian tinggal aja dirumah emak, nanti kita lihat sebulan kedepan, semoga saya bisa bantu.

..ahirnya kita tinggal bersama mak emas yang memiliki rumah amat sederhana itu, yang masi dengar pagar, tetapi nyaman, dia tinggal hanya bersama cucunya satu yang bernama riki entah ibunya dimana,.

pada saat itu aku hanya bersama ibuku, karna ayahku harus tetap bekerja untuk kami,

setiap hari aku di urut sama mak emas, agak sakit memang di usia segitu harus menahan sakitnya di urut sana urut sini, tetapi ibuku memintaku sabar dan menahanya, semua demi aku,

setiap hari mak emas membuatkan bubur kacang hijau yang di campur dengan jahe yang sangat banyak hingga membuatnya begitu pedas, anak sekecil itu memakan semangkuk bubur yang pedas,?

pada saat aku disuruh menghabiskannya, aku benar² tidak suka dengan pedasnya, ingin menolak tetapi lagi² demi aku, katanya bisa menghangatkan badan dan bisa membuat lancar peredaran darahku, dengan terpaksa aku mau menurutinya,

disana bagiku tempatnya agak menyeramkan karna belakang rumah dekat sekali dengan hutan, tapi aku tak pernah memasukinya, karna katanya sering muncul monyet yang kelaparan,

disana aku tidak memiliki banyak teman, karna aku tipe yang pemalu, hanya riki yang menjadi temanku pada saat itu, dan ada satu gadis yang cantik yang mengajakku berkenalan, namanya mala, dia putih dan sepertinya anak orang berada, terlihat dari penampilanya ,

dia suka bermain di hutan katanya ikut ayahnya entah mencari apa,

suatu kejadian saat malah berada dalam hutan ia di hampiri monyet yang lapar dan mengambil roti miliknya, mala pun ingin melawan, tetapi monyet itu sangat ganas hingga menyakar wajahnya yang putih itu, hingga di presban,

ketika siang matahari terlihat sangat terik, ibuku dan aku suka ke belakang rumah yang hampir dekat dengan hutan untuk mencari pohon asem, kami suka memetiknya lalu memakannya, rasanya asem hehehe..

kami hanya menghabiskan waktu main di rumah tetangga sambil berbagi cerita, maklumlah dirumah mak emas tidak ada televisi sehingga kami bosan berada di rumah, jika kami ingin menonton, kami biasanya numpang di rumah tetangga yang sebelahan saja biar tidak jauh jauh hehehe😁😁

aku suka meminjam sepeda kak riki hanya sekedar muter² depan rumah didorong ibu, maklum kakiku tak kuat untuk menggayuh,

ketika sore menjelang kami memutuskan untuk pergi mandi, dirumah mak emas tidak ada kamar mandi, dan adanya pompa air didepan rumah yang selalu dijadikan tempat mencuci baju, piring ataupun mandi, tetapi kami malu karna tak ada pembatas yang menutup tubuh kami, jadi kami memilih untuk ke kali yang tak jauh dari rumah mak emas, disana ada penutupnya meskipun hanya sekedar karung yang di bentangkan, setidaknya bisa untuk kami mandi, sangat menyenangkan bagiku bisa setiap saat bersama ibu, walau aku tau ini berat untuknya, seharusnya di usiaku yang 5 tahun ini sudah hampir sekolah bukan,?

...umurku memang masih kecil, tapi otakku dipaksa lebih dewasa, karna realita yang begitu rumit,

pada saat malam hari waktu itu ada sebuah tontonan sirkus yang membuat ramai warga untuk beranjak menonton, pada saat itu akupun ingin ikut serta, jaraknya agak lumayan jauh ditempuh berjalan kaki karna memang kami tidak memiliki kendaraan,

sesampainya disana kami menonton sirkus hanya sejam saja, karna aku seperti ingin menangis karna ketakutan dengan adegan yang di pertontonkan,

mereka mempertontonkan aksi extrim memenggal kepala yang bisa nyambung kembali, darah bercucuran dimana mana membuatku tak sanggup lagi menonton, ahirnya kamipun undur diri, awal mula namaku di ganti karna mak emas yang memberi saran, dan dia berkata bahwa namanya yang masuk dengan wetonku adalah w, mak emas memberi beberapa nama, tapi ibuku mengambil winda yang katanya lebih cocok, kami disuruh membuang pakaian di kali sebagai tolak balak katanya, yaaa itu baju kesukaanku pada waktu itu, tetapi lagi lagi harus berfikir dewasa.

singkat cerita, disaat mak emas ingin memberi tahu ibu mengenai aku, katanya dia harus puasa sesuai dengan wetonku agar tau apa penyebab dan apa obatnya untuk kesembuhanku, lewat mimpi katanya,.

pada saat itu malam bertepatan dengan wetonku, lalu mak emas berpuasa lalu tidur di teras rumah,

pada tengah malah kami sudah terlelap , dan mak emas pun bermimpi, bahwa dalam mimpinya itu tubuhku terlihat terpendam dalam tanah, yang terlihat hanya kepalaku saja, aku meminta tolong dan lalu mak emas mencoba menariku keluar, belum sempat aku keluar dari tanah, tiba tiba mak emas terbangun, mak emas pun menceritakan mimpi tersebut pada kami, dia tampak sedih karna tak bisa membantu dan menemukan obat untukku, dia bertanya pada ibuku

mak emas : apa ada yang tidak suka dengan kamu atau suamimu? aku takutnya ini semua karna ulah orang iri yang mengirim santet untuk kamu atau suamimu lalu jatuhnya ke anakmu yang tak berdosa,

ibu : tidak mak, saya dan suami selalu baik² saya tidak pernah ada masalah dengan siapapun, kita kan bukan pedagang ataupun memiliki usaha yang lalu ada saingan.

ucap ibuku

itu menjadi pertanda bahwa mak emas menyerah dan meminta kami untuk pulang ke kampung halaman, karna sudah satu bulan kami disana dan ibuku pun sedang mengandung, takut kenapa napa katanya, tapi ada pesan yang selalu ibu ingat hingga kini dari mak emas.

mak emas : ndok.. kamu rawat baik² winda, dia ladang rezekimu, jangan marahi dia, jangan sakiti dia, dia spesial, ini ujian dari allah yang harus kamu jaga ini amanah.

saat itu kami beranjak untuk kembali ke desa kami karna usia kandungan ibuku sudah hampir 9 bulan,

ada rasa kecewa, ada rasa lelah, tetapi bagaimana?

sudah puluhan kali aku berobat tetapi tidak membuahkan hasil.

rasa iri terkadang menghantui fikiranku, ingin sekali seperti kawan lainya, yang dengan bahagianya bermain dan bersekolah, yang membuat aku semakin pilu ialah ketika aku mendapat banyak cibiran hinaan bully,an seakan semua menjadi makanan sehari hari.

aku tidak memiliki banyak teman, hanya beberapa, aku kasian kepada orang tuaku menjadi malu memiliki anak sepertiku, pikirku.