webnovel

HASANN BERMASALAH

Waaah musibah ini namanya.

"Gilaa lu ...ini apa-apaan !!??" rutuk Hasann masih diatas jok motornya, merasa aneh dengan tindakan temannya ini.

Dia teriak lagi, kali ini lebih dekat kupingnya Reggie, "Gie... !!" tapi Reggie diam saja , dia konsentrasi ,terus tancap gas menjauhi lokasi ,sepertinya diapun takut sendiri atas tindakannya yang tiba-tiba dan engga terkontrol itu.

Dia ambil belokan pertama untuk keluar dari jalan Braga itu, terus masuk jalan Oto Iskandar Dinata dan langsung luruuss tancap gasnya bak dikejar setan. Motornya berbelok, masuk lagi gang-gang kecil dan sampailah di rumah Hasann ,yang memang berada disudut gang kecil yang buntu itu.

Secepat Reggie memarkir motornya , ia langsung masuk rumah dan menjatuhkan diri dikursi tamu...diikuti oleh Hasann.

"Waduuuh ...gilaa, gilaaa !! " Hasann setengah teriak , marah melotot ke arah Reggie yang tampak masih belum tenang juga. "Gie...hey sadar engga elu...?! masih komentar yang sama dari Hasann mengeluhkan tindakannya.

Reggie menghembuskan nafasnya dengan kasar beberapa kali sambil menenangkan debaran jantungnya, rupanya dia cukup syok juga.

Akhirnya setelah beberapa saat kemudian, Reggie bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Sejenak mereka saling pandang, apalagi Hasann yang dari tadi menatapnya menunggu jawaban darinya. Ia engga menyangka sama sekali akan terlibat aksi kriminal seperti itu.

"Waah gilaa ini siih ...kenapa jadi begini Gie ??...kenapa elu jambret si Ibu ?!" Hasan menggoyang-goyangkan tubuh Reggie supaya tersadar. Ingin rasanya ia memukkulnya.

Reggie mencoba menenangkan temannya yang semakin pucaat dan mau nangis itu "Tenang...tenaaang, dari tadi elu berisik amat !!" protesnya. Mendengar ada suara-suara ribut di ruang tamu , pa Rahmat perlahan keluar dari kamarnya dan melihat mereka berdua yang tiba-tiba terdiam di ruang tamu. Hening seketika, hanya saling melirik.

Spontan Reggie melirik tas si ibu yang tergeletak diantara mereka itu. Dan langsung ia menyambar dan menyembunyikan dilantai dibawah meja, supaya engga kelihatan . Sambil mengedipkan mata kanannya, Reggie memberi semacam kode ke Hasann supaya tutup mulut ! jangan cerita siapa-siapa.

Merekapun terdiam ,masih tegang merasa engga percaya dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Tapi Reggie kelihatan mulai menenangkan dirinya, seakan dia sudah berhasil dengan usaha jahatnya.

"Tenang aja, aman ...gua yang tanggung jawab !" kata Reggie sambil lagi-lagi menghembuskan nafasnya. Hasann diam saja cemberut , menundukan kepalanya, kedua tangannya memegang dahinya.

Tapi apakah benar mereka sudah aman... ? setidaknya itu yang mereka rasakan setelah berhasil lolos dari tempat kejadian perkara. Mereka tentu berharap semoga saja pihak berwajib tidak sampai mengetahui keberadaan mereka.

Besok paginya, berita penjambretan dimuat di harian Pikiran Rakyat, koran lokal. Dan beberapa saksi yang kebetulan melihat kejadian tersebut menceritakan, pelaku bersepeda motor trail merah dan mengenakan jaket kulit hitam, berboncengan dengan seorang pria juga berseragam sekolah .

Awalnya, Hasann merasa bangga bisa bersahabat dengan Reggie, anak orang kaya yang pintar dan pemberani itu ... ! sifat dan karakter yang engga ada dalam diri Hasann . Dia juga memiliki penampilan, dan cukup royal. Hasann merasa seakan-akan aman dan nyaman bersamanya. Tapi sekarang dia mulai menyadari, bahwa dia telah salah memilih teman .

Besoknya , Hasann pun mulai menjaga jarak , dan dia menolak dengan halus ajakan untuk dibonceng motornya Reggie lagi. Waah bisa berantakan masa depan hidupnya, mungkin Reggie bisa menyelesaikan persoalannya lebih mudah karena ia anak orang kaya, nah Hasann bagaimana ? apa engga hancur berantakan semua jadinya.

Satu minggu lewat tidak ada tanda-tanda pihak berwajib mencari mereka. Aman sudah mereka pikir, dan mereka pun melanjutkan hidup seperti biasa.

Tapi mereka engga paham kalau pihak Polisi sudah bergerak menyelidiki aksi penjambretan itu dari hari pertama kejadian. Polisi memang sangat berhati-hati dalam bekerja untuk menghindari kejadian salah tangkap.

Berhari-hari Polisi bekerja. Pertama mencari asal sekolah dengan seragam khas sekolah itu, kemudian melakukan penyamaran layaknya orang sipil biasa , nongkrong depan sekolahnya sambil mengintai dan mengidentifikasi beberapa pengendara motor trail dan pengguna jaket kulit hitam itu. Informasi sekecil apapun akan mereka kumpulkan untuk dibuatkan kesimpulan.

Siang hari yang panas itu, di Kantor Polisi setempat. Ada kabar yang tidak menggembirakan untuk Hasann dan temannya itu.

Seorang polisi dengan gerakan patah-patahnya melapor ke komandannya. "Lapor Dan !"

"Pelaku penjambretan sudah teridentifikasi Dan! " Ia melaporkan nama dan alamat pelaku.

"Bagus...!! secepatnya dikoordinasikan saja untuk penangkapan Target Operasi kita , laksanakan !

Dengan sikap sempurna, ia menjawab "Siaap Dan...! Laksanakan... !"

Hari Minggu subuh tepat jam 02 .00 pagi, sedang enak-enaknya orang tertidur pulas , polisi mendatangi rumah Reggie dengan diantar pak RT setempat . Terdengar gedoran pintu pagar rumah Reggie ...disusul teriakan ...,bukaa...bukaa ! Beberapa orang polisi berpakaian preman, berjaket kulit hitam menunggu depan pintu. Hari masih gelap dan tentu suara teriakan itu terdengar sampai kedalam meski rumahnya cukup besar.

"Siapa itu Paa ??" Ibunya Regie terbangun kaget bukan kepalang.

"Haaah ada apa yaaa... ?? kok kayak ribut-ribut gitu ??, biar bapak aja yang keluar Buu." Kata pak Harry , bapaknya Reggie.

Ia pun sama kagetnya mendengar ada orang menggedor-gedor pintu pagarnya.

Masih dengan pakaian tidurnya, ia keluar kamar.

Pintu rumahpun dibuka.

Ketika pintu terbuka, seorang dari mereka menenangkan tuan rumah "Malam Pa, Bu ...saya pak Anto , ketua RT disini," ujarnya.

Reggie pun ikut keluar dan polisi langsung manggut-manggut sepertinya membenarkan dirinya, kalau wajah Reggie cocok dengan orang yang mereka cari. Polisi menanyakan asal sekolah dan menanyakan peristiwa penjambretan itu.

"Kamu Reggie yaa ?"

"Iya Pak" jawab Reggie langsung lemas badannya.

"Kamu punya alias engga ?" tanya seorang petugas yang berjaket kulit hitam itu tenang, sambil tersenyum. Tampak dari wajahnya ia sudah senior.

"Engga Pa," jawabnya.

Awalnya Reggie menyangkal tuduhan terlibat dalam aksi penjambretan beberapa waktu lalu di jalan Braga itu, tapi ia menyerah setelah seorang petugas yang masuk menggeledah kamarnya menemukan barang buktinya.

"Dapat nih Dan barbuknya...!!" teriak salah seorang petugas dari dalam rumah ke komandannya sambil mengacungkan sebuah tas wanita .

"Bagus...tolong diamankan !" perintahnya.

Maka subuh itu juga Reggie digelandang ke kantor polisi setempat.

Bukan main lemasnya Reggie berjalan sambil diapit dua orang petugas, masuk kedalam mobil polisi. Ia belum bisa membayangkan akan menjadi apa dia nanti.

Singkat cerita , sesampainya di Polsek setempat, saat itu juga Reggie diinterogasi seputar kejadian , dan ditanyakan siapa orang yang diboncengnya sewaktu kejadian itu.

Tak pelak lagi, nama Hasann mencuat kepermukaan . Keesokan harinya , sekitar jam 2 siang beberapa orang polisi pun menggeruduk rumah Hasann dan langsung menangkapnya. Setelah sedikit berbincang-bincang dengan pa Rahmat tentunya.

"Maaf ini dengan pa Rahmat , ayahnya Hasann ya ?" tanya seorang petugas.

"Iya Pak. Saya orangtuanya Hasann !"

"Mohon maaf ya Pak, berdasarkan informasi dari saksi dan bukti yang kami peroleh, anak bapak yang bernama Hasann itu terlibat aksi kejahatan penjambretan pa, terpaksa harus kami amankan dulu Pak !" jelas seorang petugas polisi yang berpakaian preman.

Perih rasanya mendengar berita itu. Pa Rahmat menelan ludah dengan susah payah ditenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering dan membelakakan matanya rasa tidak percaya dengan situasi yang dihadapi sekarang dan kenyataan anaknya hendak dijemput polisi.

Rasa engga percaya dengan cerita polisi tadi, pa Rahmat langsung menanyakan ke Hasann, tapi Hasann engga bisa menjawabnya, hanya tertunduk saja. Sangat menyesali perbuatannya.

Setelah menunjukan surat penahanan ke bapaknya, Hasann pun digiring polisi menuju mobil yang diparkir didepan jalan.

"Hasann engga salah Paaa...Buuu...!!" kalimat terakhir yang Hasann teriakan sebelum meninggalkan mereka. Nangis dia.

Pa Rahmat, Alis, ibunya Hasann beserta adik dan kakaknya hanya bisa melihat punggung Hasann ketika meninggalkan rumahnya. Semua kaget dan rasa engga percaya mendapat penjelasan perihal kejadian aksi kejahatan beberapa waktu lalu itu yang ternyata melibatkan anaknya.

Dengan muka masam , pa Rahmat mengingat-ingat siang itu sewaktu terakhir ia melihat Reggie berada dirumahnya bersama Hasann diruang tamu. Dia manggut-manggut dan mulai mengerti.

Tetangga sekitar rumah Hasann pun bengong melihat banyak orang yang bersenjata pistol dan rasa engga percaya kalo ternyata Hasann ditangkap polisi. Merekapun mencari-cari penjelasan.

"Ada apa sih pa Rahmat ?" tanya seorang bapak mendekat, ikut prihatin dengan masalah yang menimpanya.

"Aah engga ada apa-apa... , Polisi cuma mau minta keterangan aja dari Hasann perihal kejadian penjambretan, " katanya mencoba menyembunyikan cerita sebenarnya yang belum jelas duduk perkaranya bagaimana.

Bapaknya masih belum bisa menerima kenyataan sepahit ini. Kalau benar Hasann terlibat , salah apa, dosa apa sampai anaknya yang disayang ini berurusan dengan polisi ? rasanya engga pernah dia mengajarkan hal-hal yang jahat seperti ini, batinnya.

Hari berikutnya terpaksa Reggie dan Hasann nginap di polsek untuk proses penyelidikan dan penyidikan. Motor trail Reggie pun sementara ditahan untuk dijadikan barang bukti berikut tas hasil kejahatannya . Hari-hari yang paling kelam dalam hidup mereka harus nginap di kantor polisi.

"Tenang...tenaang ... gua yang tanggung jawab San !" kata Reggie jantan. Entah kenapa, tapi pembawaan Reggie ini tampak tenang meski dihadapkan dengan situasi yang buruk seperti itu. Ia lebih cool.

Hasann engga menjawab cuma termenung saja, kedua tangannya ada diatas kepalanya yang menunduk memandang lantai.

"Habis sudah sampai disini semuanya," katanya lirih . Matanya merah, menandakan ia engga bisa tidur semalaman ditambah airmata kesedihan yang membasahi matanya. Kelam sekali.

Dan jika mereka terbukti bersalah kayaknya engga ada maaf lagi, mereka berdua harus menghadap ke meja hijau menghadapi tuntutan hukuman atas perbuatannya, melakukan aksi penjambretan yang melanggar hukum . Ketika ditanya Polisipun menjelaskan ...

"Melanggar KUHP pasal 365 tentang penjambretan dengan ancaman hukuman maksimal 9 tahun penjara !!" kata polisi.

"Busyeet... gilaaa...9 tahunn !!, engga main-main," teriak mereka sambil tak henti-hentinya merutuki perbuatan konyolnya. Reggie pun mulai gentar.

Sungguh Hasann tak menduga pertemanan dengan Reggie bakal berakhir seperti ini .

Aaah cobaan macam apa ini...sungguh berat dirasakan keluarga Hasann ... rasanya seperti ketiban langit runtuh saja. Hasann pun teringat akan keluarganya terutama bapaknya yang sangat-sangat mengharapkan ia memiliki masa depan yang baik. Tapi kenyataan yang dihadapi sekarang berkata lain rupanya. Apakah ia harus mendekam di penjara selama itu ?

"Hu huuu huuuu... ." Hasann engga bisa menahan tangisnya di kamar tahanan polisi itu, membayangkan dirinya didalam sel penjara bertahun-tahun lamanya.

Reggie pun berkaca-kaca, menyesal sekali perbuatannya sampai membawa teman baiknya kesituasi terburuk seperti ini.

Di rumah Hasann , air mata kesedihan langsung menggelayuti seluruh anggota keluarganya. Pak Rahmat, yang memang sudah berat dari muda menghidupi keluarganya ditambah kurang sehat dengan jantungnya, tampak fisiknya semakin kepayahan dibebani masalah ini lagi. Berat badannya langsung turun drastis , ia terlihat berantakan dengan rambut acak-acakan dan semakin tirus pipinya. Sekarang ia jadi banyak berbaring ditempat tidur... .

Ia mengeluh tidak seperti biasanya "Bapa engga kuat Buu...," katanya.

"Iya...Bapak istirahat saja."

Sesuai anjuran dokter, pa Rahmat engga boleh terlalu capek .

Untunglah masih ada Alis ,ibunya Hasann, meski ditengah kesedihan dia memberanikan diri minta ijin untuk menggantikan suaminya berjualan sate . Kali ini pa Rahmat engga punya pilihan lain selain mengiyakan dan jadilah sekarang Alis yang berjualan dibantu oleh Ahmad, kakaknya Hasann. Hidup harus berlanjut apapun yang terjadi mungkin kata-kata itu yang dipegang...!

"Sebenarnya sudah lama San... ibu kepingin jualan itu, tapi karena bapak selalu engga mengijinkan," katanya disuatu kesempatan.

"Bapak selalu bilang malu katanya kalo perempuan harus bekerja turun kejalan. " Ibunya cerita sama Hasann.

Tapi setelah dijalani , ternyata Alis kelihatan jadi lebih sehat dan senang karena disibukan dengan pekerjaan meski harus bekerja sampai malam. Dia gembira bisa menghabiskan waktunya diluar ketemu banyak orang dan bisa dapat banyak uang pula. Hm....