webnovel

TERPURUK

Sementara menunggu kasusnya dilimpahkan ke pengadilan, Reggie dan Hasann diijinkan pulang dengan pertimbangan status mereka yang masih pelajar . Pihak yang berwajib berpegang pada komitmen mereka yang akan menjalani proses pengadilan dan tidak melarikan diri, hanya mereka diwajibkan lapor setiap hari ke Kantor Polsek.

Merekapun kembali kerumah masing-masing, tapi apalah yang bisa mereka kerjakan kalau sudah menjadi tersangka begini... ? Sepertinya nasi sudah menjadi bubur , semua sudah berubah tidak seperti dulu lagi. Jangankan pandangan orang luar , Hasann menyadari, saudaranya sendiri pun dirumah tampaknya kecewa melihat dia.

Tidak banyak yang bisa Hasann lakukan karena terlalu berat masalahnya. Konsentrasi belajarnya pun terganggu dan banyak merenung dan menangisi nasibnya saja. Hasann masih beruntung karena ada ibunya yang tentu bersimpati.

Alis sengaja duduk disamping Hasann, dan berkata dengan penuh kasih

"Ibu tahu kamu anak baik Nak, kamu berdoa saja sama Tuhan minta dikasi kekuatan buat jalani semua cobaan ini, dan minta maaf atas segala kesalahan yang kamu buat San...,"sambil mengusap kepala anaknya, ibunya meneruskan ,

"Kalo kamu emang engga salah, jangan takut ...minta dibukakan jalan supaya terbebas dari hukuman yang berat ," lanjutnya.

Alis berdiri sambil memegang pundak anaknya "Kamu berdoa aja San, engga ada lagi yang bisa diandalkan San kecuali minta ke Tuhan. " Ia menguatkan Hasann sambil menyeka air mata dari pipinya sendiri yang keluar enggak bisa ditahan.

"Iya Bu...," jawab Hasann ikut nangis.

Hasann anak yang baik sebenarnya cuma terpengaruh pergaulan yang salah saja.

Suatu siang , Hasann kepikiran ingin ngobrol dengan bapaknya. Ia merasa perlu untuk mendapat masukan dari sesama lelaki pikirnya.

Ia mendekati bapaknya yang kebetulan sedang istirahat berbaring . Sambil memijat-mijat kaki bapaknya, dia bercerita kalau sebenarnya dia tidak memiliki sedikitpun niatan untuk berbuat jahat.

"Saya nggak tau sama sekali rencana si Reggie Pak...dia tiba-tiba saja tancap gas dan merebut tas si Ibu itu. Saya juga kaget waktu itu, tiba-tiba dilempar tas kebelakang...engga ada rencana, betul !" katanya dengan nada agak keras diakhir kalimatnya. Ia seakan minta pengertian siapapun yang mendengarkannya.

Hanya segitu saja dia cerita . Bapaknya mendengarkan dan mencoba mengerti ,lalu dia bilang,

"Mungkin sebaiknya kamu coba hubungi pa Henga, siapa tau dia bisa bantu San... ." Pa Henga adalah satu-satunya orang yang ada dalam pikiran bapaknya.

Hasann merasa ragu kalau harus menceritakan kepadanya bahwa dia terlibat penjambretan dan sedang menunggu jadwal persidangan. "Tapi Pa...," katanya.

Hasann bergetar dan dia menangis teringat akan kebaikan pa Henga , teringat akan cita-citanya , teringat akan sekolah, teman-teman dan gurunya. Bapaknya mendengar isak tangis anaknya ini. Ia pun ikut trenyuh merasakan beban yang dipikul anak kesayangannya.

Ia memegang tangan Hasann. "Cepat saja, mumpung masih ada waktu kamu ketemuin pa Henga dan ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. "

"Gitu yaa paa... ?" kata Hasann lemah ,engga punya pilihan lain.

Akhirnya meski dengan berat hati , Hasann pun memberanikan diri pergi menemuinya. Di perjalanan Ia teringat, kali pertama kerumahnya sendirian dan memohon bantuan untuk meneruskan sekolahnya dan sekarang, kali kedua dia kesana , dengan cerita yang berlainan !

Apa ia engga kecewa nanti ? dalam hatinya.

Tentu saja pa Henga kaget mendengar ceritanya, kalau ternyata Hasann sedang berurusan dengan hukum . Matanya membelalak dan memandang Hasann dengan kesan rona wajah bercampur antara rasa kasihan , kecewa dan tidak percaya. Beberapa kali ia mengedip-ngedipkan matanya...manatap Hasann nafasnya kelihatan sedikit tidak beraturan. Ia tampaknya kecewa dengan Hasann.

Ia berfikir sejenak sebelum kemudian berkata "Saya engga bisa bantu apa-apa San soal ini, sebaiknya kamu ikuti aja semua proses persidangan," katanya.

Hatinya Hasann langsung mencelos mendengarnya. Sepertinya pa Henga tidak memperdulikannya, dalam hatinya.

Pa Henga meneruskan kalimatnya, "Hanya saja, kalo kamu nanti diberi waktu untuk membela diri, kamu harus menceritakan semua yang sebenarnya terjadi. Jangan takut dan jangan ragu untuk membeberkan semua kejadiannya. Jangan lupa bilang juga kalo kamu engga ada rencana untuk aksi kejahatan itu. Itu spontanitas dari teman kamu si Reggie saja" pa Henga nerocos memberi petunjuk .

"Bilang juga kalau kamu masih ingin sekola mengejar cita-cita kamu."

Hasann mendengarkan , dan hanya bisa merespon iya...iya saja.

Pa Henga pun memberi semangat supaya Hasann jangan cepat berputus asa. Tak lama kemudian Hasann pun pamit pulang.

Dalam perjalanan pulang Hasann berusaha mengingat-ingat pesan dari pa Henga supaya berani menceritakan kejadian yang sebenarnya nanti dipersidangan. Dia pun seperti diberi suntikan kekuatan dan semangat baru. Ia bergegas pulang.

Sesampai dirumah ia pun menemui bapaknya dan menceritakan pertemuan dengan pa Henga itu. Pa Rahmat setuju dengan saran pa Henga , ia juga memberi semangat kepada Hasann.

Diam-diam Hasann berdoa sebisanya supaya dilindungi dan dibebaskan, yaaah doa yang sungguh-sungguh dari seorang anak remaja hm... . Kasihan juga kan yaa ?

Hari persidangan pun tiba.

Setelah pembacaan kronologis kejadiannya , Jaksa penuntut pun membuka tas tersebut dan mengeluarkan seluruh isinya. Ternyata isi tasnya hanya ada uang 125.000 rupiah saja dalam bentuk recehan dan beberapa uang koin, sebuah sisir, topi ,selendang wanita dan selembar catatan belanjaan.

Itu saja isi tasnya, tidak ada barang berharga lainnya. Korban bernama Ros, seorang ibu pedagang keliling. Siang yang naas itu , Ros kebetulan hendak menyebrang jalan menuju rumahnya di pemukiman padat penduduk, dibelakang deretan toko dijalan Braga itu.

Ros , yang menjadi korban penjambretan itupun menangis mengingat kejadiannya yang menimpa dirinya. Rencana uang itu bakal buat modal dia jualan di hari berikutnya.

"Siang itu, saya berjalan sendiri hendak menyebrang jalan. Saya sudah hampir sampai disebrang , tiba-tiba saja tas saya ada yang narik secara paksa Pa. Saya kaget bukan main , saya terjatuh dan engga sempat melawan karena kejadiannya begitu cepat !" ceritanya sambil sesekali mengusap air matanya.

"Semenjak kejadian itu saya jadi trauma kalo nyebrang jalan, pa Hakim... ," tambahnya sambil kembali terisak dan menyeka hidungnya.

Sebelum pembacaan keputusan Hasann diberi waktu untuk pembelaan dirinya. Dengan sungguh-sungguh Hasann menceritakan kalau ia tidak tahu apa-apa tentang rencana jahat temannya itu . Ketika kejadian itu ia hanya seorang penumpang ,duduk di jok belakang dan tiba-tiba saja diberi tas hasil jambretan temannya.

Hasann juga menceritakan bahwa ia tidak sempat berfikir sedikitpun sampai motor yang ditumpangi itu tiba dirumahnya. Kemudian tas tersebut dibawa Reggie pulang, tanpa mereka ketahui isinya.

"Kejadian itu semua spontanitas Pa, tanpa kami rencanakan !" kata Hasann diakhir kalimat pembelaannya.

Hakim pun tertegun mendengar dan melihat begitu semangatnya Hasann ngomong. Kayak sudah dihapalkan gitu. Hasann pun meminta ijin kepada hakim untuk menemui Ros disisi lain ruang sidang itu untuk meminta maaf .

"Maafkan saya ya Buu...? saya engga sedikitpun berencana buat jahatin Ibu... sungguh Buuu !" suara Hasann perlahan trus menundukkan kepalanya. Ia tegang, engga menentu perasaannya, takut akan vonis penjara yang sebentar lagi akan diketuk palu.

Ros pun berdiri dan beranjak dari kursinya mendekati Hasann. Ia dengan tulus memaafkannya bahkan memeluknya seakan ke anak sendiri gitu. Hasann menangis saat dipeluk, yang membuat iba banyak orang yang hadir disana. Selesai dengan Ros, Hasann duduk kembali ditempatnya menghadap kedepan. Kembali ia bergetar , jantungnya berdegup kencang, ketakutan akan vonis yang sebentar lagi akan dijatuhkan oleh Hakim pengadilan.

Akhirnya hasil putusan persidangan dibacakan Hakim pengadilan dan menyatakan Reggie terbukti bersalah melakukan aksi penjambretan melanggar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana no.365 Ia dijatuhi hukuman 6 bulan untuk mengikuti bimbingan di rumah tahanan. Dan Hasann yang juga dinyatakan bersalah ikut membantu aksi tersebut , akhirnya dikembalikan ke keluarganya untuk dibina.

Hal yang memberatkan adalah pelaku begitu tega berbuat jahat kepada orang miskin tapi beruntung masih banyak hal yang meringankan mereka .

Juga mengingat usia mereka yang masih remaja dibawah 18 tahun dan merupakan aksi pertamanya. Ditambah dengan tidak ada isi tas yang hilang ,semua masih utuh seperti semula. Reggie dan Hasann pun menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi.

Sepertinya Reggie pun menyesali perbuatannya setelah mengetahui isi tasnya ternyata hanya sejumlah uang kecil saja . Engga ada artinya buat dia mah uang segitu, dia anak orang kaya ,tidak kekurangan. Hakim berkesimpulan , merasa tidak perlu untuk memenjarakan mereka karena ini dianggap sebagai kenakalan remaja dan ada harapan perbaikan untuk kedepannya.

Putusan hakim dirasakan adil dan cukup melegakan semua pihak.

Diluar persidangan Reggie pun mendekat Hasann dan bapaknya .

"Aku minta maaf ya San," katanya sambil memeluknya, tertawa terkekeh-kekeh, seakan mentertawakan kekonyolan perbuatannya sendiri . Hasann tahu itu gayanya Reggie yang sepertinya ringan saja menghadapi kejadian yang hampir meluluh-lantakan harapan Hasann.

Tapi Hasann tetap berbesar hati . "Sama-sama Gie," kata Hasann . Merekapun saling tos-tosan akrab. Dalam hati, Hasann merasa bersyukur juga temannya ini engga harus mendekam dipenjara.

Dan merekapun berpisah dengan janji akan bertemu lagi suatu hari nanti.

Tak lama setelah keputusan persidangan itu , pihak Dewan Pengurus sekolah memutuskan untuk me non-aktifkan Reggie dan menyarankan untuk pindah sekolah ! sedangkan Hasann di skors selama 2 bulan. Masih beruntung dia tidak dikeluarkan dari sekolahnya . Huuh ...ada-ada aja Hasann !! tapi tentunya ini menjadi pelajaran yang sangat-sangat berharga untuk hidupnya kedepan.

"Saaaaan...aduuh kamu tuh ...ngagetin aja San...!" kata Ahmad abangnya tersenyum sambil memeluknya, "beruntung luh engga di penjara. Weeh gila aja kalau sampe mendekam di penjara , bisa makin bejat lu ...!! syukur...ya Pak yaaa ?" katanya seolah minta pendapat bapaknya.

Pa Rahmat memandang Hasann, ia merasa lega masih diberi ampun untuk kesalahan anaknya, "Iya laaah , engga kebayang San... kalo kamu sampe dipenjara mah, si Kodir aja cuma 3 bulan di penjara, sampe kapok-kapok dia !! " jawab bapaknya membulatkan matanya, mukanya segar kembali.

"Iya bersyukur ya Naaak ...lain waktu mah cari teman yang baik San," nasihat Alis ,ibunya polos. Matanya berkaca-kaca, haru melihat anak lelakinya yang satu ini akhirnya selamat juga dari jerat hukum.

Ahmad menambahkan "Iya teman itu pengaruhnya banyak San...makanya hati-hati !" yang engga lepas terus menatap adiknya itu. Hasann cuma diam angguk-angguk aja.

Seakan mendapat obat yang mujarab, pa Rahmat berdiri berjalan ketengah-tengah mereka dan sambil menggerak-gerakan tangan dan kakinya dia bilang ,

"Bapa sekarang sudah sehat lagi hehehe," katanya menghibur semuanya. Semua menatap bapaknya , kemudian menoleh ke arah Hasann yang cuma tersenyum saja. Hm.

"Oh iya Pak ?" tanya Hasann dengan wajah senang.

Jualan sate tetap dipegang ibu Alis sekarang , pa Rahmat membantu persiapan dan memegang keuangannya. Perlahan-lahan ekonomi keluarga itu mulai membaik. Alis pintar berdagang rupanya, semakin laku satenya. Hampir setiap pulang malam hari, mereka membawa keberhasilan.

Malam hari , diruang tamu rumahnya , Hasann sering melihat ibunya duduk selonjoran melepas lelah sambil makan dan minum es selepas berdagang. Ia duduk dan menghitung uang pendapatannya didampingi oleh pa Rahmat yang mencatat semua pendapatan dan pengeluarannya.

Alis ,ibunya Hasann, berumur 55 tahun , orangnya sederhana dan sudah terbiasa bekerja keras. Ia kuat mengerjakan semua pekerjaan rumahnya dan membesarkan 7 anaknya. Perempuan hebaaat !

Di dalam kepalanya ia ingat betul masa lalunya yang susah "Ibu kenyang hidup susah San...makanya sekarang ibu nggak mau seperti dulu lagi...susaaah sekali ...sampai-sampai buat beli beras aja, harus ngutang sana-sini." Ia menyeka sudut matanya yang basah. "Kasihan juga anak-anak, ibu engga bisa menyenangkan mereka "katanya .

Sebenarnya Hasann merasa kasihan sama ibunya yang harus bekerja keras. Kadang tengah malam sewaktu Hasann terbangun dan hendak ke toilet, dia melewati ruangan yang engga berpintu itu , ia melihat ibunya tertidur nyenyak sekali.

Padahal ruang tidurnya itu adalah dapur kalau siang hari. Tempat tidurnya pun di bangku kayu kecil yang jelas kurang nyaman dan kurang bersih. Maklumlah rumahnya kecil ...hebat perjuangan ibunya juga.

Seakan-akan hidupnya Alis hanya untuk berdagang dan tidur saja.

Waktu berlalu , dua bulan telah lewat dan Hasann kembali bersekolah. Enggak terlalu susah dia mengejar pelajaran yang tertinggal karena memang Hasann cukup pintar dan menjanjikan . Hari-hari selanjutnya ia lalui dengan lebih rajin belajar dan lebih pintar dalam memilih teman .

Menyusul kemudian, ketika ada kabar kalau Reggie diterbangkan ke Inggris untuk melanjutkan sekolahnya disana. Ia mendapatkan kesempatan kedua dalam hidupnya. Keluarganya memutuskan itu dengan harapan Reggie bakal lebih baik disana.