Lima jam kemudian, Pesawat mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali. Nizam menuntun Alena yang sedikit pusing karena jetlag dan panas dingin. Ia menunggu mobil roll royce turun dari pesawat untuk membawa mereka langsung ke hotel Gardenia. Badan Alena sudah tidak karuan rasanya. Ia bersender pada tubuh Nizam yang kekar. Nizam mengelus bahu Alena. "Pusing banget yah?" Tanya Nizam pada Istrinya. Alena mengangguk dengan lesu, lututnya terasa lemas, kepala berdenyut-denyut, badan juga meriang
"Alena lihat, Mobilnya sudah datang, Ayo.." Nizam menuntun Istrinya tapi karena kelihatannya Alena sangat lemas maka Nizam langsung membopongnya. Cynthia dan Pangeran Thalal menjadi terkejut. Mereka segera mengikuti Nizam. "Kenapa dengan Alena?" Tanya Cynthia dengan khawatir. Nizam apalagi dia kelihatannya lebih khawatir lagi. Ia tidak menjawab pertanyaan Cynthia karena Pikirannya langsung bekerja, jangan-jangan Alena kecapaian karena dia. Nizam jadi menyesal. Maka Ia berkata pada Arani.
"Arani suruh guide yang sudah ditunjuk untuk mengantarkan sopir kita ke rumah sakit terdekat. Dan Kau Cynthia segera ikut dengan Pangeran Thalal untuk ikut mengantar ke Rumah sakit. Ali dan Fuad ikut mobil kalian. Yang lainnya langsung ke Hotel Gardenia."
Nizam langsung masuk ke dalam mobilnya diikuti Arani dan sopir yang khusus dibawa dari Azura. Ada mobil yang berisi guide dari Indonesia yang menjadi penunjuk jalan dan beberapa mobil dan motor polisi yang mengawal mereka. Walaupun Nizam membawa dokter pribadi tapi Ia menginginkan Alena dibawa ke rumah sakit agar peralatannya lebih lengkap.
Nizam memeluk erat tubuh Alena yang mulai terasa panas. Alena menggigil kedinginan. "Matikan AC nya!! "Suara Nizam terdengar semakin panik. Arani melihat ke sopir pribadi Nizam. "Percepat mobilnya..Yang Mulia sudah terdengar sedikit panik" Si sopir yang sedang mematikan AC segera mempercepat laju kendaraan dan tak lama kemudian mereka sudah sampai ke rumah sakit terdekat.
Karena rumah sakitnya sudah dihubungi terlebih dahulu maka begitu sampai Alena langsung dibaringkan di tempat tidur dan dibawa ke ruang perawatan. Nizam menunggu dengan cemas, hingga akhirnya dokter selesai memeriksa Alena.
Dokter umum berjenis kelamin wanita itu tampak sangat menghormati Nizam karena Ia sudah diberitahu siapa yang akan diperiksanya. Bahkan beberapa wartawan sudah mulai mencium kedatangan mereka. Mereka sudah bergerombol di rumah sakit setelah tadi menunggu dibandara. Foto Nizam membopong Alena sudah bertebaran di media sosial. Dengan berita headline bermacam-macam. Ada yang mengatakan "Rombongan Putra Mahkota Kerajaan Azura tiba di Indonesia" Ada lagi yang mengatakan, "Putri Alena jatuh sakit begitu sampai di Indonesia" dan lain-lain lagi.
Nizam menatap dokter yang telah memeriksa Alena dengan tajam. Dokter cantik itu langsung keringatan ditatap oleh Nizam yang ketampanannya tidak ada yang menandingi.
Dokter itu menelan ludah dulu sebelum akhirnya menjawab.
"Putri Alena tampaknya kelelahan. Tekanan darahnya rendah sekali. Istirahat yang cukup untuk beberapa hari akan membuatnya lebih baik. Kemungkinan karena kurang tidur dan istirahat. Mungkin Putri Alena sedang banyak aktivitas yang cukup menguras tenaganya sementara kondisi tubuhnya sedang dalam keadaan lemah". Dokter itu menerangkan dengan detail tanpa bermaksud menyudutkan Nizam. Sebagai dokter yang cukup sibuk di Indonesia mana tahu Ia kondisi Nizam dan Alena di Azura. Ia cuma tahu kalau malam ini Ia diminta untuk memeriksa istri dari putra mahkota kerajaan Azura yang berasal dari Indonesia.
Wajah tampan itu langsung merah padam. Tenggorokannya jadi terasa seret. Ia juga langsung merutuki dirinya sendiri yang terlalu memforsir Alena untuk melayaninya. Sudah tahu fisik Alena memang lemah, hampir tiap malam Ia mengganggu Alena. Akibatnya Alena jadi kurang tidur ditambah tenaganya juga dikuras habis-habisan olehnya.
"Dokter..Maaf, Tapi kami sedang dalam program kehamilan" Kata Nizam sambil menekan rasa malunya. Ia merasa memforsir Alena karena Ia ingin Alena cepat hamil. Tapi Ia juga merasa harus berkonsultasi dengan dokter tentang program kehamilannya.
Mata dokter itu membesar menyadari ucapan Nizam, Ia segera paham apa yang terjadi. Ada ketimpangan secara fisik antara Alena dan Pangeran yang di depannya. Mungkin Alena tidak dapat mengimbangi Pangeran Nizam sehingga akhirnya jatuh sakit kelelahan.
"Saya mengerti Yang Mulia, Hanya hendaknya Yang Mulia juga harus memperhatikan kondisi pasangannya. Tidak harus tiap hari yang Mulia berhubungan, asalkan dilakukan dalam masa subur maka Insha Alloh akan berhasil. Malahan kalau setiap hari bukan hanya membuat Istri Yang Mulia kelelahan tapi juga membuat kualitas sperma yang Mulia menurun kualitasnya."
Nizam tersenyum menutupi perasaan galaunya. Ia merasa kesal juga Dokter Weilla tidak menceritakan hal ini kepadanya sewaktu Ia konsultasi kehamilan Alena di Azura. Apa karena Ia takut dianggap turut campur dalam kehidupan pribadinya atau bagaimana? Nizam merasa harus mengkonfirmasi hal ini padanya.
"Baiklah Dokter, Terima kasih sekali atas Informasi nya yang sangat bermanfaat. Hanya sekarang apa yang harus saya lakukan?"
"Saya akan memberikan beberapa Vitamin dan obat kesuburan untuk istri Yang Mulia. Saya berikan obat kesuburan yang terbaik. Jangan lupa untuk mengatur waktu berhubungan seks. Dua hari sekali dan sebaiknya hanya satu kali saja agar kualitas spermanya tetap terjaga dan akan sangat efektif jika dilakukan di masa subur " Sebagai dokter umum apalagi Ia seorang wanita, Desy nama dokter itu jelas mengetahui ilmu dasar tentang teori alat reproduksi wanita yang berkaitan dengan kehamilan.
Pangeran Nizam tersenyum bahagia. Tadi Ia ketakutan Alena kenapa-kenapa tapi sekarang Ia lega sekali mendengar penjelasan dari dokter itu. Nizam segera memanggil Arani yang sedang berdiri diluar.
"Arani!!" Arani segera datang. Ia melihat Nizam memberi isyarat untuk mengeluarkan buku cek. Arani langsung mengeluarkan buku cek dari saku jasnya dan menyodorkan pada Nizam dengan pulpennya. Nizam lalu mencatat sejumlah uang dicek tersebut.
Dokter Desy adalah dokter senior dengan penghasilan yang sudah sangat layak tapi melihat nominal angka yang tertera di cek itu tak urung hampir membuatnya kelenger. Ia jadi ingat tayangan video-video alay tentang kehidupan para Sultan yang berjargon. Kalau Sultan mah bebas..mau ngapa-ngapain juga bisa, termasuk memberikan cek pemeriksaan selama setengah jam tapi bayaran hampir sama dengan seluruh penghasilan dia menjadi dokter selama satu tahun.
Dokter Desy hanya sanggup berkata terima kasih diiringi janji besok Ia akan mentraktir seluruh temannya makan-makan sepuasnya.
Nizam menghampiri Alena yang sedang ditungguin oleh Chyntia. Muka Alena yang pucat sekarang terlihat sudah sedikit segar. Ia sudah diberikan obat penurun panas dan demam.
"Bagaimana keadaanmu Alena?" Kata Nizam sambil duduk di samping Alena. Ia memegang dahi Alena. Ternyata panasnya sudah turun. "Baik Nizam.." Kata Alena sambil tersenyum lebar.
"Kamu ini hampir aku mati ketakutan" Kata Nizam sambil mendorong kening Alena pakai jari telunjuknya.
"Memang Kata Dokter apa penyakitnya?" Tanya Cynthia penasaran.
"Dia hanya kelelahan saja. Istirahat beberapa hari akan memulihkan kesehatannya dengan segera" Kata Nizam menjawab pertanyaan Cynthia. Cynthia mendelik tajam ke arah temannya. "Pasti ini semua gara-gara Kamu, Kontrol dong Nizam..kaya ga ada hari esok saja, pake setiap malam segala" Cynthia ngomel-ngomel kesal.
Nizam langsung berkata galak, "Apa maksud perkataanmu??"
Cynthia kaget lupa Ia, kalau Nizam bukan hanya sekedar temannya tapi Nizam adalah Pangeran Putra Mahkota yang Mulia.
" Euh...anu Zam, Alena terkadang suka tidak kontrol kelakuannya sendiri. Sudah tahu jangan banyak berkuda-kudaan malahan nekat aja. Akhirnya sakit deh..." Kata Cynthia sedikit gugup membuat kalimatnya tambah ngaco. Nizam jadi semakin meradang mendengar kata-kata Chyntia.
"Kau ini, beraninya berkata seperti itu kepadaku"
Cynthia makin gugup. "Aku salah lagi ya Zam? Maaf ya Zam, keseleo lidah"
Alena sampai sakit perut mentertawakan kelakuan suaminya dan sahabatnya.