129 Mencari Informasi

Cynthia duduk bersama Arani. Sedangkan Pangeran Thalal duduk bersama dokter pribadi Nizam. Ali dan Fuad tampak dengan juru masak yang sengaja dibawa juga. Ada juga Pelayan wanita dua orang untuk melayani Nizam dan Alena. Dua orang pengawal Pangeran Thalal dan seorang asisten pribadinya ikut serta. Dipesawat juga ada beberapa pramugari yang memang bertugas di pesawat itu.

Nizam duduk disofa pesawat seperti biasa membaca buku. Alena duduk disampingnya sambil menyender ke bahu Nizam sambil makan cemilan kismis. Di ruangan itu cuma ada Nizam dan Alena. yang lainnya ada di ruangan lain. Kegiatan mereka ada yang menonton Tv, tidur atau sekedar ngobrol-ngobrol. Cynthia sendiri tampak menonton film tapi dengan pikiran melayang-layang ke Pangeran Thalal. Ia benar-benar tidak mampu menahan jahatnya pengaruh cinta yang mulai memerangkapnya.

"Nizam.." Alena berkata sambil membaringkan kepalanya di paha Nizam. Tangan Nizam mengelus-elus lengan Alena oleh tangan kirinya sedangkan tangan kanannya tetap memegang buku.

"Hmmm.." Nizam hanya mengguman.

"Apakah Pangeran Thalal akan jatuh cinta pada Cynthia?" Tanya Alena sambil menelengkupkan tubuhnya. Wajahnya tengadah menatap wajah Suaminya. Nizam menyimpan bukunya di meja samping sofa. Ia lalu memegang pipi Alena. Telunjuknya menjulur membelai bibir Alena.

"Apa kalian sedang berencana hendak menjebak Pangeran Thalal?" Nizam bicara tanpa tendeng aling-aling. Alena langsung kesal. "Ih..apaan sih Kamu, Kho kaya gitu?"

"Lantas Apalagi yang akan Kalian lakukan. Pasti mau menjebak Pangeran Thalal. Alena, Pangeran Thalal ini orang yang lebih supel dan ramah dibandingkan Aku. Kalian tidak usah banyak bersiasat menghadapinya. Asalkan Chyntia bisa jadi teman bicara yang menyenangkan maka mereka bisa jadi teman yang baik" Nizam berkata lagi.

Nizam tampak sedikit mengejang ketika dagu Alena tanpa sengaja malah menyentuh miliknya. Alena malah seperti tidak menyadarinya. Ia sibuk berpikir sambil mengangguk-anggukan kepalanya kepangkuan Nizam. Nizam jadi mengerang tangannya memegang kepala Alena yang sedang mengangguk-angguk dan Ia lalu menekankan pada pangkuannya.

Alena langsung gelagapan ketika mukanya langsung terhujam ke pangkuan Nizam. Alena langsung bangkit sambil pucat ketika wajahnya menyentuh sesuatu yang mengeras. "Nizam...K..kamu. Apa yang Kamu lakukan?"

Nizam menyeringai Ia malah bangun dan langsung membopong tubuh Alena. Alena meronta-ronta kecil tapi Nizam malah mendekapnya dan membawanya ke dalam kamar pribadi Nizam di pesawat jet pribadinya. Ia lalu menutup pintu kamarnya. Suara pintu kamar yang terbuka lalu tertutup membuat orang-orang di pesawat yang posisinya sedikit dekat dengan ruangan tempat Nizam dan Alena berada langsung menerka-nerka dalam hatinya apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

Setelah beberapa lama Alena menggeliat-geliat sambil merintih.."Udah Nizam..Aku udah .." Alena mengejang sambil mencengkram rambut coklat Nizam. Nizam malah semakin memacu tubuhnya. "Aku belum puas..."Bisiknya sambil mencium bibir Alena.

Alena mengerang tangannya memeluk leher Nizam. Ia sudah berkali-kali terkulai lemas tapi Nizam selalu membuatnya kembali merasakan darahnya mendidih dan bergejolak. Badannya sudah terasa letih tapi Ia tidak bisa menolak perasaan nikmat yang semakin menderanya. "Nizam Aku mau keluar lagi.." Bisik Alena sambil mengerang, Nizam semakin mengintensifkan gerakannya hingga akhirnya Ia menghujamkan ciumannya ke mulut Alena yang tak henti-hentinya berdesis dan kali ini Ia tidak membiarkan istrinya mencapai puncaknya sendirian. Ia akan menyertainya maka kemudian tubuh Nizam semakin cepat dan kuat sampai mereka berdua sama-sama mengejang sebelum akhirnya terkulai.

Alena merasakan badannya sangat letih. "Nizam..Aku lelah..." Kata Alena sambil menutup matanya yang sayu.

'Tidurlah...Aku tidak akan mengganggumu lagi.." Kata Nizam sambil mengelus punggung Alena yang basah. "Aku dingin..." Bisik Alena sebelum kemudian terlelap kelelahan.

"Tentu saja Kamu kedinginan.."Kata Nizam sambil mengambil pakaian Alena yang berserakan. Ia lalu memakaikan pakaiannya ke tubuh Alena yang sudah terbang ke alam mimpi. Nizam sendiri tidak ikut tidur Ia malah bangkit dan masuk ke kamar mandi. Ia langsung mandi besar. Keluar kamar mandi dengan rambut sudah basah karena keramas.

Nizam keluar dari kamar tidurnya karena Ia memang belum mengantuk. Perjalanan masih sekitar lima jam lagi. Ia menutup pintunya lalu duduk di sofa mengambil kembali buku yang tadi sedang Ia baca.

Pelayan langsung menyodorkan makanan dan minuman begitu melihat Nizam duduk. Nizam mengambil secangkir kopi dan beberapa kue kudapan khas Azura. Bercinta selama beberapa jam membuat Ia sedikit lapar. Tiba-tiba Pangeran Thalal datang mendekat.

"Maaf Kakak, Apakah Aku mengganggumu?" Tanya Pangeran Thalal sebelum duduk.

"Duduklah.." Kata Nizam sambil tetap membaca buku. Pangeran Thalal lalu duduk didepan kakaknya yang tetap serius membaca buku. Sedikitpun matanya tidak beralih dari buku yang dibacanya.

"Kakak kelihatannya sudah mandi. Pake keramas segala." Kata Pangeran Thalal sambil melihat rambut Nizam yang basah. Akhirnya Nizam mengalihkan pandangan matanya dari buku ke Pangeran Thalal yang sedang menatapnya sambil senyam senyum. Ditatapnya oleh Pangeran Thalal sedemikian rupa membuat Nizam jadi merasa ditelanjangi oleh adiknya sendiri. Ia bukannya tidak tahu ke arah mana adiknya berkata.

"Jangan sampai Aku menyesal telah membawamu ikut serta. " Nizam berkata kesal dengan Pangeran Thalal yang terus menggodanya.

Pangeran Thalal langsung tertawa hingga gigi gerahamnya terlihat.

"Apa kamu tidak punya pekerjaan lain selain menggangguku?" Nizam menutup bukunya. Ia lalu mengambil kopinya dan meminumnya dengan perlahan.

"Ha...ha...ha...maaf Kakak..Aku cuma ingin bertanya tentang sesuatu hal"

"Tentang apa? bicaralah" Kata Nizam seraya memasukan kue ke dalam mulutnya. Entah karena perutnya lapar atau karena kuenya enak. Nizam jadi bersemangat mengunyah dengan lahap. Hal ini malah membuat Pangeran Thalal jadi ingin menggodanya lagi.

"Kakak kelihatannya lapar. Cara Kakak makan seperti habis mengeluarkan energi yang banyak"

Nizam langsung menghentikan mengunyahnya. Ia lantas melemparkan bantal sofa ke muka Pangeran Thalal dengan kesal.

"Kau mau bertanya atau mau menginterogasi ku, Kata-katamu muter-muter terus dengan pikiran yang kotor"

Pangeran Thalal tertawa penuh kepuasan. Ia senang sekali menggoda kakaknya yang sedang tergila-gila dengan Istrinya itu. Nizam membiarkan Pangeran Thalal tertawa sepuasnya. Ia sendiri masih sibuk mengunyah. Perut laparnya tidak terganggu oleh perbuatan adiknya yang terus menggodanya.

Setelah puas tertawa Pangeran Thalal baru bicara lagi, sekarang dengan wajah sedikit serius. " Ini tentang Cynthia.."

Alis mata Nizam terangkat. Ujung bibirnya sedikit naik. Kata-kata Pangeran Thalal membuat Ia menjadi sangat penasaran. Apakah rencana Istrinya menjodohkan mereka akan berhasil.

"Kenapa dengan Cynthia?" Tanya Nizam pura-pura tidak tertarik.

"Dia kelihatannya sangat cerdas"

Nizam tahu Pangeran Thalal termasuk pemuja orang-orang yang cerdas. Makanya Dia lebih dekat ke dirinya dibandingkan dengan yang lain karena Pangeran Thalal mengidolakan Nizam kakaknya sendiri. Pangeran Thalal selalu menganggap Nizam begitu pintar dan mengagumkan. Dan sekarang dia merasa menemukan Nizam dalam jenis kelamin yang berbeda. Bagaimana bisa Ia tidak terpesona. Pangeran Thalal bukan penggemar wajah cantik Ia penggemar otak yang cantik.

"Yaah... begitulah. Aku sengaja membawanya ke Azura untuk menemani Alena karena dia memang memiliki kapasitas otak yang tidak biasa. Dia penyeimbang Alena yang begitu polos."

"Aku jadi ingin mengenalnya lebih dekat. Apakah boleh?"

"Kenapa tidak? Asalkan bisa menjaga batasan Agama dan moral."

"Tentu saja Kakak..Aku hanya ingin berbincang-bincang tentang banyak hal dengannya."

"Thalal..."

"Iya Kak..."

"Hati-hati dengan cinta kadang Ia menyenangkan kadang Ia juga bisa sangat menyakitkan. Cinta seperti api jika tidak ingin terbakar jangan menggenggamnya dengan tangan."

"Kakak Aku hanya ingin berbincang-bincang dengan Cynthia bukannya hendak menyatakan perasaan cinta"

"Oooh...begitu?? Yah baiklah... terserah apa maumu" Kata Nizam sambil meminta kue lagi ke pelayannya. Pangeran Thalal menatap kakaknya dengan heran.

"Kakak seperti anak yang sedang belajar berpuasa sedang berbuka puasa. Semua kue dilahapnya sampai habis."

Nizam sama sekali tidak membantah kata-kata Pangeran Thalal. Ia mengakui bahwa Ia sangat lapar. Terus menerus memacu Alena membuat energinya benar-benar habis. Alena kadang seperti kuda binal yang tidak henti-hentinya meronta ingin melepaskan diri. Ia harus selalu menaklukannya dulu sebelum Ia kemudian menikmatinya.

avataravatar
Next chapter