webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · วัยรุ่น
Not enough ratings
194 Chs

Part 137 - Kecemasan Nia

Ada beberapa hal dalam hidup yang kita sebut sebagai penerimaan. Beberapa darinya, akan menjelam sepucuk harapam tiada terkira. Sisanya, entah berbentuk apa. Kalian pernah merasakannya?

"Lagi nyari apaan sih, Ay?" tanya Ardi melihat istrinya sibuk mengecek seluruh isi laci.

"Nyari sesuatu yang penting. Deuh, aku lupa naruh dimana!" keluhnya sesekali merapikan ujung poninya yang merebak ke depan menghalangi penglihatannya.

"Memang nyari apa?"

"Pokoknya penting!"

"Referensi buat lomba, di! Bisa tolong carikan? Aku gatau deh gimana nanti lombanya kalau naskah itu ilang?"

"Memangnya kamu sama sekali gak inget terakhir naruh kapan?"

"Aku ingetnya taruh di sini!" ia menunjuk meja tak jauh dari sisi jendela kamarnya.

Ardi mendekat ke arah meja itu. Sesekali menunduk. Memeriksa semua bagiannya.

"Ouh gimana ini? Gimana kalau ilang? Waktunya kan bentar lagi. Hari ini bukannya mau menghadap Pak Riant?"

"Iya. Rencananya sih begitu."

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com