Selama ini dia hanya tau kalau sang ibu adalah orang yang melahirkannya, dan bahwa bumi adalah tempat kelahirannya. Sampai suatu saat, ketika semua kebenaran mulai muncul, dia dihadapkan pada pilihan. Apakah dia akan tetap tinggal di bumi, atau haruskah ia kembali ke dunianya sendiri?
Dua orang gadis berumur enam belas tahun terlihat sedang bercengkrama berdua di kursi mereka di kelas, karena saat ini kelas sedang kosong, tentu saja penghuninya akan berubah menjadi monster ganas dan berisik.
“Berisik banget, kayak pasar!” teriak salah satu dari kedua gadis itu.
Ia memiliki mata biru indah yang menyorot tajam dan surai coklatnya yang tergerai bebas.dia Ouryne sang primadona, tidak ada satupun siswa di sekolah menengah atas itu yang tidak mengenali Ouryne. Gadis baik nan ramah itu menjadi primadona karena kepandaian dan sifatnya yang friendly membuat siapa saja nyaman berinteraksi dengannya.
“Gak papa Ryne, sekali-kali!” sahut salah satu teman kelasnya dengan nada yang semangat.
“sekali-kali ndasmu kelas ini udah sering banget berisik!” balas gadis bernetra coklat disamping ouryne.
Dia adalah Aera, sahabat baik Ouryne, dua orang yang tidak bisa dipisahkan sejak kecil hingga sekarang. Mereka berdua memiliki warna rambut yang sama, tinggi yang sama, bentuk wajah yang sama, dan bahkan sifat merekapun hampir sama, yang membedakan hanyalah netra biru milik Ouryne dan netra coklat milik Aera.
“Sellow kek, marah-marah mulu!” teriak teman kelas yang lain.
“eh, stop guys. Ada yang dateng tuh!” seru ketua kelas yang sedari tadi berjaga di pintu, mengantisipasi jika ada yang datang seperti ini.
Seluruh murid sontak saja duduk dengan rapi di kursi mereka masing-masing, berlagak anteng seolah tak pernah terjadi keributan apapun, hingga seorang wanita cantik yang menurut mereka berumur sekitar 20 tahunan memasuki kelas dengan wajah ramah nan menyenangkan.
“Apa benar ini kelasnya Ouryne dan Aera?” tanya wanita itu ramah.
“iya, disini kelas kami!” jawab Ouryne sembari menatap wanita itu.
“bisa ikut saya sebentar, ada yang perlu kita bicarakan.”
Ouryne dan Aera bangkit lalu mendekati wanita muda itu.
“Ada perlu apa ya bu?” tanya Aera ramah.
“Kita ke ruang BK aja dulu yuk!” ajak wanita itu ramah.
Meski bingung, Aera dan Ouryne tetap mengikuti wanita muda itu tanpa rasa curiga.
Ketiganya sampai di ruang BK dan wanita itu mulai membicarakan tujuan kedatangannya ke sekolah mereka.
“Perkenalkan, namaku Bella. Aku kesini untuk memberikan surat dari kepala sekolah Magical academy untuk kalian berdua,” jelas wanita bernama Bella itu.
“Bercanda ya?” tanya Aera sinis.
“Aduh Ra, sopan dikit dong!” tegur Ouryne pelan.
“Lagian dia ngomong sesuatu yang gak masuk akal!” Aera menggerutu pelan, “memangnya ada yang namanya magical academy. Dia kira ini di dunia fantasy!” lanjut Aera.
“Aku cuma disuruh membawakan surat ini dan menyerahkannya kepada kalian, jadi untuk lebih jelasnya kalian bisa tanya orang tua kalian.” kata Bella sambal menyerahkan dua surat kepada Aera dan Ouryne.
Ouryne menerima dalam diam, sedangkan Aera sedikit menggerutu kesal. Saat kedua gadis itu kembali menoleh untuk menanyakan sesuatu kepada Bella, wanita itu sudah menghilang dari hadapan mereka dan membuat Aera otomatis berdiri dari kursinya dan melempar surat yang diberikan Bella.
“Dia ngilang?!” pekik Aera terkejut.
Ouryne mengernyit bingung, “bisa gitu ya?” gumam Ouryne takjub.
“Memangnya ini saat yang tepat buat takjub? Ouryne sadar, orang tadi ngilang begitu aja, kalau dia hantu gimana?” tanya Aera ngeri.
“Kamu kebanyakan nonton film horror!” cibir Ouryne.
“Kalau gitu coba kamu jelasin alasan yang lebih rasional!” seru Aera kesal.
“Bisa aja dia punya teknologi canggih yang bias bikin dia berteleportasi,” balas Ouryne tak mau kalah.
“Kamu kira ini film fiksi ilmiah?!” ujar Aera merasa semakin kesal.
Ouryne menghela nafas pelan, dan tanpa menghiraukan kicauan sahabatnya itu, dia langung membuka surat dari Bella.
“Hello ms. Ouryne, how are you? Hope you are okay.
Pertama-tama, mari berkenalan. Aku Flo, kepala sekolah magical academy sekaligus ibu dari orang yang mengantarkan surat ini.
Ouryne, ini sudah sebelas tahun sejak kejadian hari itu terjadi. Kami fikir sudah saatnya kau kembali dan melatih kekuatanmu. Untuk tahu lebih jelanya mungkin akan lebih baik jika kau tanyakan kepada ibumu, pointnya disini adalah, kami berharap agar kau cepat kembali dan mengasah kekuatanmu. Kami juga berharap agar ibumu bisa kembali ke fantasy world untuk membantu melatihmu dan beberapa murid lainnya.
Kami menunggu kedatanganmu Ouryne. Sampai jumpa di magical academy."
Ouryne tertegun, sesaat dia menatap Aera yang tampak memungut surat yang di lemparnya lalu membukanya perlahan dan membacanya.
“Hallo ms. Aera how are you? Hope you are okay.
Perkenalkan aku Flo, kepala sekolah magical academy sekaligus ibu dari orang yang mengantarkan surat ini.
Aera, ada yang harus aku jelaskan di sini, sebenarnya kamu bukanlah anak kandung dari kedua orang tua yang bersamamu sekarang. Ayah dan ibu yang ada bersamamu hanyalah manusia yang sudah dimanipulasi oleh orang tua kandungmu untuk merawatmu sejak sebelas tahun yang lalu. Saat itu keadaan sedang genting dan kedua orang tua kandungmu terpaksa memanipulasi pikiran manusia dan menitipkanmu disana, bersamaan dengan terlemparnya sahabatmu ke bumi.
Aku tidak bermaksud mengejutkanmu dengan kabar ini, tapi kamu harus kembali kemari dan menemui keluarga kandungmu, kami semua menunggumu.”
“Omong kosong!” pekik Aera keras, gadis itu bahkan meremas lalu melempar suratnya ke sembarang arah.
Ouryne mendekat lalu mengusap bahu sahabatnya bermaksud menenangkan. Aera berbalik lalu menggenggam tangan Ouryne dengan erat, matanya menampilkan kekecewaan yang mendalam.
“Ini pasti mimpi kan Ryne?” tanya Aera.
“Terlalu nyata untuk disebut mimpi Ra,” jawab Ouryne seadanya.
“Gak, gak mungkin. Masa mama sama papa bukan orang tua kandungku, mereka yang rawat aku dari kecil!” seru Aera masih mencoba menyangkal.
“kamu punya ingatan saat kita berumur lima tahun?” tanya Ouryne sedikit sarkas.
Aera terdiam. Ouryne benar, ia tidak memiliki ingatan saat ia berumur lima tahun. Padahal seingatnya saat berumur enam tahun ia dan Ouryne sudah sangat akrab. Jadi sebenarnya, kapan mereka bertemu dan dimana?
Ouryne tersenyum kecil, karena ia juga tidak ingat apapun makanya ia langsung percaya isi surat itu. Kemungkinan perpindahan dimensi lah yang menghapus ingatan mereka. Tapi meskipun begitu, ikatan yang sudah mereka jalin mungkin tidak mudah terpatahkan. Sekarang Ouryne justru bertanya-tanya, apakah mama nya itu adalah ibu kandungnya, atau bahkan hanya seseorang yang ditugaskan untuk menjaganya?
Menyudahi semua pertanyaan yang tak terjawab itu, Ouryne akhirnya mengajak Aera untuk pulang ke rumahnya. Karena dalam surat kepala sekolah bilang bahwa mamanya mengetahui sesuatu jadi mereka memutuskan untuk pulang ke rumah Ouryne dan meminta penjelasan atas semua kebingungan ini.
***
“Kamu bukan anak mama,”
Ouryne terdiam, ada sepersekian detik saat ia merasa tertipu, lalu selanjutnya ia justru merasa sedih bercampur kecewa.
“Atas dasar apa mama nyembunyiin ini dari Ryne selama ini?” tanya Ouryne sarkas.
Alice, yang merupaka ‘mama’ Ouryne hanya bias tersenyum kecut, “kerena keadaannya rumit sayang,” ucapnya lembut.
Aera dan Ouryne menghela nafas pelan, mereka berdua merasa di bodohi sekarang. Kedua gadis itu akhirnya memutuskan untuk mengikuti kata Bella untuk ‘kembali’ ke dunia mereka.
“kita mau pulang!” seru kedua gadis itu kompak.
Alice tersenyum lembut, “aku akan mengantar kalian,” kata Alice.
Mereka akhirnya kembali kesekolah tanpa membawa apapun karena Alice melarang mereka untuk melarang mereka untuk membawa apapun. Mereka akhirnya sampai di sekolah dan ternyata Bella sudah menunggu di sana.
“Sudah siap?”