Guru cantik yang baru sampai itu tampak asing bagi semua murid, termasuk Flora, Vellla, Stella, dan Lucyana.
“Guru baru ya?” tanya Stella berbisik.
“Mungkin,” jawab Vella seadanya.
Aera dan Ouryne jadi ikut penasaran karena pertanyaan Stella.
“Perkenalkan, nama saya Violet, panggil saja miss. Vio. Seperti yang kalian tahu, saya guru baru di sini, jadi mohon bantuannya,” guru yang ternyata bernama Violet itu memperkenalkan dirinya.
“Hallo miss. Vio,” sapa seisi kelas serempak.
“Saya dengar ada dua murid yang baru masuk juga, bisa perkenalkan diri kalian?” tanya miss. Vio.
Ouryne dan Aera salingmelempar tatapan sebelum akhirnya mereka beriri dari kursinya dan mulai memperkenalkan diri.
“Hallo semuanya namaku Ouryne, panggil saja Ryne, salam kenal,” Ouryne mengucapkan perkenalannya dengan lantang.
“Hai semua, namaku Aera, salam kenal,” Aera sedikit membungkukkan badannya.
“Hai kalian berdua, semoga bisa menyusul ketertinggalan kalian ya, semangat,” ucap miss. Vio.
“Terimakasih miss,” balas Ouryne dan Aera kompak.
Ouryne dan Aera kembali duduk di kursi mereka dan muali menyalakan tablet ketika miss. Vio menunjukkan hologram berbentuk hewan-hewan mitologi.
“Seperti yang kalian tau, hewan-hewan ini adalah hewan-hewan yang sering di jadikan sebagai hewan partner. Pertama, saya akan jelaskan tentang partner dulu. Sistemnya adalah, kalian membuat kontrak dengan beberapa hewan yang sesuai dengan batas kekutan dan kemampuan kalian, lalu hewan itu akan menjadi prtner kalian, entah dalam pertempuran, misi, atau bahkan dalam petualangan.” Miss. Vio kemudian menatap murid- murid, memastikan bahwa mereka semua faham.
“Hewan-hewan yang sekarang kalian lihat ini adalah yang paling umum di jadikan partner oleh anak-anak kelas junior seperti kalian, biasanya setiap kenaikan kelas murid-murid akan menambah satu lagi hewan untuk menjadi partner mereka, karena semakin tinggi kelasnya akan semakin sulit misi-misi yang akan diberikan pada para murid. Sampai sini kalian faham?” tanya miss. Vio.
“Faham miss,” jawab murid-murid serempak.
“Kalau gitu sekarang saya akan menjelaskan hewan apa saja ini. Pertama ada ‘Dark Butterfly’, seperti Namanya, dark butterfly memiliki kekuatan bayangan yang biasa dimiliki bangsa vampire, meskipun begitu biasanya vampire lebih memilih kelelawar daripada dark butterfly. Yang kedua ada ‘Earth Wolf’, dan seperti Namanya, serigala berbulu coklat keemasan ini memiliki kekuatan tanah, maksudnya dia bisa mengendalikan tanah dan membentuknya seperti yag ia mau, pemilik Earth wolf kebanyakan berasal dari bangsa elf. Ketiga ada ‘Wind Bird’, kekuatannya adalah mengendalikan angin, biasanya para peri yang memilih berpartner dengan Wind Bird ini.”
Miss. Vio menghentikan penjelasannya sebentar lalu memutat hologram itu.
“Selanjutnya ada ‘Fire Cat’, pengendali api yang sering terlihat berpasangan dengan para penyihir. Dan yang terakhir ada ‘Light Pegasus’ pengendali cahaya yang biasanya dimiliki oleh para angel.”
Miss. Vio kemudian mengubah tampilah hologram menjadi bentuk hewan-hewan legendaris.
“Ini adalah hewan-hewan legenda, saya akan menyebutkannya satu persatu. Light Dragon, Red Phoenix, Dark Dragon, Blue Phoenix, White and Golden Wolf, Cerberus, Crystal Hipogriff atau yang biasa di sebut Griffin Crytal, Unicorn, dan yang terakhir adalah hewan yang bahkan tidak pernah dilihat oleh siapapun, tapi legenda menyatakan bahwa dia nyata, namanya adalah Rainbow Alicorn. Sejauh ini kalian faham?” jelas miss. Vio di akhiri pertanyaaan.
“Kami faham,” jawab murid-murid.
“Baik, karena ini sudah pertengahan tahun, kalian besok akan mulai menjalankan misi pertama kalian yaitu untuk mencari hewan partner, kalian akan menjalankan misi secara berkelompok, satu kelompok akan berisi tiga orang. Informasinya akan masuk ke tablet kalian, semoga berhasil. Dan pelajaran hari ini kita akhiri sampai sini saja, selamat siang.” Miss. Vio mengakhiri kelasnya lalu menghilang di balik asap putih.
Ouryne langsung menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi lalu memijat pelipisnya.
“Terlalu banyak informasi yang masuk ke kepalaku dalam waktu kurang dari 24 jam, kepalaku jadi sakit,” keluh Ouryne.
“Otakku sama sekali tidak bisa mencerna apapun lagi,” sambung Aera ikut mengeluh.
“Aku mendadak ragu kau adalah Aera yang selalu berada di peringkat dua, tepat satu tingkat di bawahku,” cibir Ouryne.
Aera mendegus kesal, walaupun dia memang selalu menduduki posisi kedua, tapi dia memang selalu lambat dalam mencerna apapun, makanya tak heran jika Ouryne sering mencibirnya sampai ia sendiri kebal dengan cibiran dari sahabatnya itu.
Flora, Vella, Lucyana dan Stella juga ikut menyandarkan tubuh mereka, “kelas yang berat,” ser uke empatnya kompak.
“Lebih baik kita mendinginkan kepala di cafeteria,” usul Stella yang kemudian di setujui oleh kelima temannya.
Mereka akhirnya memilih untuk berjalan menuju cafeteria yang hanya berjarak beberapa meter dari kelas mereka. Tampilan luar cafeteria itu tampak seperti kantin kecil yang bahkan tidak akan muat untuk serratus orang. Tapi ketika mereka masuk, mereka akan di perlihatkan luas cafeteria yang hamper lebih luas dari pada lapangan sepak bola. Cafeteria tampak sibuk dengan para pixie yang terbang kesana kemari untuk mengantarkan pesanan murid-murid, karena ukuran mereka yang lebih kecil dari nampan makanan, jadi nampan-nampan itu terlihat seperti melayang begitu saja.
Vella mendapati sang kakak yang sedang melambai kepadanya dan menyuruhnya untuk mendekat, Vella tersenyum lalu mengajak teman-temannya untuk bergabung di meja para pangeran itu.
Mereka akhirnya duduk di hadapan para pangeran itu lalu langsung memesan makanan.
“Kalian anak baru ya?” tanya seorang lelaki yang memiliki wajah mirip dengan Stella.
Aera menoleh lalu tersenyum malu, “iya,” jawab Aera.
Ouryne tercengang dengan tingkah aneh sahabatnya itu.
“Kamu mabuk?” tanya Ouryne bingung.
Aera melotot tak terima, kakinya dengan cepat menginjak kaki Ouryne dengan keras sehingga membuat gadis itu memekik kesakitan.
“Sepatumu itu keras, dasar bodoh!” kesal Ouryne.
“Berhenti meledekku, dasar idiot!” bisik Aera penuh penekanan.
Ouryne mengendikkan bahu acuh, menurutnya Aera terlalu berlebihan.
Seisi meja yang melihat perdebatan mereka jadi tertawa kecil, kecuali seorang lelaki bermata merah dan lelaki yang duduk di samping si lelaki bermata merah. Meskipun kata-kata mereka terdengar kasar, tapi wajah mereka terlihat tidak serius, jadi mereka tau kalau itu hanya perdebatan kecil antar teman yang memang sudah biasa terjadi.
“Bagaimana kalau kalian memperkenalkan diri dulu,” usul Flora.
Ouryne tersenyum manis, “namaku Ouryne, panggil saja Ryne, salam kenal,” sapa Ouryne ramah.
“Aku Aera, salam kenal,” sambung Aera tak kalah ramah.
Secara mengejutkan para pangeran menjatuhkan sendok yang sedang mereka pegang, hingga membuat para pixie yang baru datang hampir menjatuhkan nampan yang mereka bawa.
“Hati-hati pangeran,” tegur salah satu pixie sebelum pergi bersama teman-temannya.
“Kalian baik-baik saja?” tanya Ouryne khawatir.
“Tidak apa, kami baik-baik saja,” jawab salah satu dari mereka cepat.
“Kalian yakin?” tanya Ouryne tidak yakin dengan jawban pria berambut biru samudra itu.
“Ya!” jawab yang lainnya.
“Sebaiknya kami mulai memperkenalkan diri, aku Aaron Diamond, panggil saja Aro,” Aaron mulai mengalihkan pembicaraan dan memperkenalkan dirinya.
“Namaku Zerro Darelyn, ini Verro Ocean, Edmond Agler, Alexander Murviro dan yang pojok itu Querro Crystal.” Zerro memperkenalkan semua teman-temannya.
“hem … Omong-omong, Querro lumayan mirip dengan Aera ya,” ucap Ouryne.
Aera kontan saja menatap wajah seniornya yang memang sedikit mirip dengannya itu.
“Wah, kamu benar, kami hampir seperti kembar,” balas Aera.
“Apa?!”