"Kita mau kemana? " tanya anneth ketika kai yang mengemudi mobilnya begitu serius ke arah jalan kecil diantara pegunungan.
"Kamu tidak ingat jalan ini? " tanya kai tanpa menoleh ke arah anneth, dia hanya terlihat tersenyum sambil terus menerus mengendalikan mobilnya menyusuri jalan.
Dahi anneth berkerut mendengar pertanyaan kai yang seolah-olah dia pernah mengunjungi tempat yang akan di perlihatkannya nanti.
Ketika mereka melihat dari kejauhan sebuah pohon trembesi besar yang di ranting-ranting kecilnya dihiasi oleh kain-kain warna-warni yang sengaja dibuat untuk menghiasi pohon besar tersebut untuk menutupi kesan angker dari pohon tersebut.
"Apa pohon besar itu terletak di sebuah taman? " tanya anneh sambil terus memfokuskan kedua matanya pada pohon trembesi tersebut.
"Iya " jawab kai.
Ketika anneth masih fokus pada apa yang dilihatnya, satu tangannya meraih tangan anneth dan menggenggamnya.
"Nanti setelah kita sampai di dekat pohon itu, aku akan menunjukkan sesuatu padamu " ucap kai, dia lalu mencium tangan anneth yang dipegangnnya.
Anneth tersenyum dengan wajahnya yang terheran, semakin dia mendekat ke arah pohon tersebut seperti ada perasaan sedih yang membuatnya harus berpikir lebih keras untuk membuka kembali memori lamanya.
"Kai " panggilnya, "kenapa aku merasa seperti mengenal tempat ini, dan pohon itu adalah tempat yang sangat tidak asing! "
"Aku seperti selalu disana ketika kecil " sambungnya.
Kai hanya memperlihatkan lengkungan bibir membentuk senyuman yang dia perlihatkan pada anneth yang masih berusaha membuka memori masa kecilnya. Dia dengan cepat mengemudikan mobilnya agar cepat sampai dan memperlihatkan suatu tempat yang ingin dia perlihatkan pada wanita yang menjadi pendamping hidupnya itu.
"Nah, sayang. Inilah tempat kelahiranku yang sebenarnya! " ucap kai ketika dia sampai di depan taman sebuah desa kecil dengan pohon trembesi besar yang seperti menjadi ikon desa tersebut.
"Ayo kita keluar " ajak kai.
Dia keluar lebih dulu dan lalu diikuti oleh anneth. Dengan wajahnya yang masih kebingungan dia mengikuti kai yang berjalan mendekat ke arah pohon tersebut.
Anneth berdiri disamping kai yang mengusap tulisan yang timbul di pohon itu.
"Apa kamu percaya kalau monyet dan kambing memiliki ikatan batin yang spesial disini? "
Tawa anneth muncul ketika mendengar ucapan kai tenang hubungan aneh antara monyet dan kambing.
"Apa monyet dan kambing itu tinggal disini? membangun rumah tangga dan memiliki seorang anak? " tanya anneth.
"Iya, mereka sedang berada disini sekarang " jawab kai dengan senyuman manisnya yang dia perlihatkan ke arah anneth.
Kai meraih tangan kanan anneth dan menempelkannya di tulisan yang sedari tadi di pandanginya.
"Mereka disini! " cetus anneth pelan, dia lalu memutarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman, akan tetapi dia tidak menemukan binatang yang kai katakan tadi.
Kai lagi-lagi memperlihatkan senyumannya pada anneth.
"Karena monyet disini adalah annetha dan kambing itu adalah kai si anak penunggu pohon! "
Ucapan kai itu membuat anneth menganga dan kedua matanya membulat ke arah laki-laki yang berdiri disampingnya itu.
"Apa maksudnya? " tanyanya kebingungan.
"Tujuh belas tahun yang lalu, ketika aku berusia sepuluh tahun dan seorang diri terduduk di pohon ini ada seorang gadis kecil yang tiba-tiba memanggilku "
"Dia satu-satunya orang yang menyapaku dan setelah itu kami berteman dengan baik,,, " kai menoleh ke arah anneth dan tersenyum seraya memperlihatkan sebuah daun akasia kering yang telah dia bungkus dengan plastik transparan yang memperlihatkan sebuah barisan nomor.
"Kamu,,, " anneth mencoba mengingat kembali ketika melihat daun akasia tersebut.
"Aku adalah orang yang dulu kamu sebut anak kain, karena aku selalu mengikat sisa-sisa kain di pohon " kai memperjelas apa yang sedang diingat anneth, "yang ketika kamu kesal, kamu selalu memanggilku kambing karena aku tidak suka mandi! "
Tawa anneth pecah, wajahnya terlihat begitu tidak percaya dia menemukan sahabat kecilnya ketika dia masih berumur enam tahun dulu.
"Kamu yang memberiku nama kai, karena kain-kain itu! " kai menggenggam satu tangan anneth seraya memandangi pohon trembesia dihadapannya.
"Dan aku selalu memakai nama pemberian darimu sampai saat ini,, " sambungnya.
Anneth mengerutkan dahinya, tawanya perlahan menghilang karena kedua matanya menangkap sosok kai yang begitu serius memandangi pohon tersebut.
"Kai " panggil anneth, "tuhan kembali mempertemukan kita tapi aku sama sekali tidak mengenalimu "
Kai tersenyum dan menundukkan kepalanya, "aku sudah berjanji padamu akan bertemu denganmu suatu hari nanti, walaupun dengan susah payah. Aku harus melalui beratus-ratus hari dan menghadapi ratusan wanita untuk tahu itu adalah kamu sampai akhirnya tuhan memberikanku jawaban dari semua rasa sakitku "
"Bagaimana kamu bisa mengenaliku? " tanya anneth kembali.
"Awalnya aku tidak mengenalimu, tapi ketika melihat ayahmu barulah aku tahu. Dan dengan cepat aku menikahimu! "
"Terdengar seperti suatu kebetulan yang sangat tidak masuk akal! " anneth menggelengkan kepalanya, dia sedang mencoba untuk mempercayai semuanya.
Tiba-tiba kai membungkukkan tubuhnya di hadapan anneth, meraih satu tangannya dan memberikan satu ciuman di tangan kanannya.
"Aku sudah memenuhi janjiku untuk menikah denganmu suatu hari nanti " ucapnya, kali ini dia bersimpuh dihadapan anneth. Mengangkat wajahnya dan memandang wajah anneth dengan senyuman penuh kebahagiaan dia perlihatkan pada anneth.
"Mulai saat ini kita tidak akan pernah terpisah lagi oleh jarak, aku akan selalu melindungi dan kita bersama-sama sampai menua nanti! "
Kedua mata anneth berkaca, dia terlalu bahagia mendengarnya. Kedua tangannya membawa kai untuk berdiri dan diberinya pelukan dengan lelehan air matanya.
"Dasar kambing! " cetus anneth ketika dalam pelukan kai dia menangis dan memukul kecil dadanya.
"Kamu curang! " dia kembali berkata, "kenapa tidak mengatakannya dari awal "
Kai mengusap punggung anneth dengan lembut dan lalu mengusap air matanya.
"Aku kan sudah bilang sewaktu kita terakhir bertemu disini, bahwa aku adalah orang yang akan menemukanmu dan berjanji akan membawamu kembali ketempat ini "
"Iya " anneth tertawa dalam tangisnya, "tapi aku sedikit tidak percaya, kambing kumal yang takut air itu sekeren ini! "
"Bagaimana bisa kulitmu itu berubah menjadi menakjubkan seperti ini? "
Kai tertawa kecil, "aku senang bermain dengan tante cantik dan kaya raya, jadi mereka akan selalu merawatku dengan baik asal aku menuruti semua perkataan mereka "
"Apa! " pekik anneth, dia membulatkan kedua matanya ke arah kai.
"Bercanda " kai tertawa dengan kembali memeluk anneth dan menciumi kepalanya.
"Setelah ini, aku akan membawamu ke tempatmu " dia melanjutkan perkataannya.
Anneth mengernyit, "ke tempatku? "
"Iya " kai lalu memegang tangan anneth dan membawanya untuk berjalan bersama menjauhi pohon trembesia.
"Kamu akan membawaku kemana? " tanya anneth.
"Rahasia " jawaban kai membuat sebuah ambigu di pikiran anneth.
Mereka berjalan menyusuri sebuah pasar kaget yang masih di penuhi oleh pedagang dan pembeli yang melakukan transaksi perdagangan.
"Pasar ini masih sama seperti dulu! " anneth berkata dengan memutarkan pandangannya ke seluruh penjuru desa, dia seperti merasakan kembali ke masa kecil ketika dia berpindah ke tempat ini bersama ayah dan ibunya. Masa ketika dia masih merasakan kebahagiaan dan mendapatkan kasih sayang dari sang ibu.
Kai menghentikan langkahnya ketika mereka sampai di sebuah gerbang yang tertutup rapat, dia lalu menekan bel.
Tidak lama setelah itu muncul seorang laki-laki paruh baya membukakan pintu gerbang tersebut dan menyambut kai dengan senyuman.
"Selamat datang kembali di rumah masa kecilmu! " kai kembali membawa anneth berjalan memasuki sebuah halaman luas dibalik pintu gerbang yang terbuka.
"Kai, ini rumah yang aku tempati dulu,,, " anneth kembali diberi kejutan oleh kai yang membuatnya semakin merasakan haru.
"Aku membelinya memang untuk aku hadiahkan untukmu " ucap kai, dia membukakan pintu rumah tersebut dan membawa anneth masuk.
"Setiap tahun aku kesini, dengan harapan tahun yang akan datang aku membawamu ketempat ini. Dan semua terwujud hari ini "
Anneth semakin merasa tidak percaya dengan kejutan yang bertubi-tubi ini.
"Aku menyimpan foto ibumu di ruang utamanya " lalu kai membawa anneth ke ruangan dimana foto ibunya yang berukuran besar tersimpan di dindingnya.
"Ibu,,, " anneth berjalan lebih mendekat ke arah foto tersebut.
Setelah ayahnya tidak lagi peduli setelah kematian ibunya, kai lah orang yang begitu merawat ibunya walaupun hanya sekedar benda mati yang berwujud sebuah gambar foto.
Dia mendapatkan pelukan dari belakang oleh kai.
"Dia ibu mertuaku yang paling cantik dan baik hati " ucap kai, "dia begitu lembut, walaupun yang menurun darinya hanya wajah cantiknya ada padamu dan kamu sama sekali tidak lembut tapi aku tetap menyukainya "
"Kamu! " anneth menyikut pelan perut kai, "kamu mau bilang aku kasar dan tidak ada cantik-cantiknya ketika bicara! "
Kai tertawa kecil, "tidak apa-apa, aku tetap menyukainya karena kamu istriku sekarang,, "
"Jadi kalau aku bukan istrimu kamu tidak akan menyukainya? "
"Iya "
"Kai! " teriak anneth.
Lagi-lagi tawa kai muncul, "aku hanya bercanda, aku tetap menyukainya,,, "
Anneth tersenyum lebar dan memandangi foto ibunya, begitupun dengan kai.
"Karena kita sudah disini, sekarang ceritakan bagaimana kamu akhirnya menemukanku " pinta anneth.
Kai mempererat pelukannya, dan menempelkan pipinya pada anneth.
"Baiklah, aku akan menceritakan bagaimana aku bisa menemukanmu,,, "