14 Anak kain

"Hei, kamu sedang apa diatas sana? "

Suara cempreng seorang anak perempuan terdengar dari arah bawah, dia lalu menghentikan sejenak mengikat kain serabutan yang dipungutnya dari toko kain di pasar dan menoleh ke arah suara tersebut.

Seorang anak perempuan berambut panjang yang dikepang dua tersenyum ke arahnya, barisan gigi putihnya dia perlihatkan.

"Hei, anak kain kamu tidak bisa bicara? " tanyanya lagi, "kenapa kamu tidak menjawabku? "

Anak laki-laki yang tengah mengikat kain serabutan di ranting-ranting pohon itu tidak lantas menjawab.

"Pergilah, aku sedang sibuk " jawabnya, "dan namaku raka bukan anak kain! "

"Apa?? " teriak gadis kecil itu, "aku tidak mendengarnya anak kain! "

Sepertinya suara gadis kecil itu membuat telinganya sakit, dan dia menjadi pusing mendengar ocehannya. Kaki kecilnya namun kuat, dengan mudah turun dari pohon trembesia yang tumbuh di tengah lapangan desa yang luas.

"Kamu anak baru? " tanyanya pada gadis kecil itu, dia baru pertama kali melihatnya.

"Iya, dan aku tinggal di rumah itu " gadis kecil itu menunjukkan tangannya ke arah seberang lapangan.

"Namaku annetha "

"Apa? onyet?? " tawanya muncul ketika gadis kecil itu memperkenalkan dirinya.

Anneth memanyunkan bibirnya, "ibuku selalu memanggilku dengan sebutan anneth bukan onyet! "

"Lagipula onyet itu nama binatang! "

"Dasar kambing " anneth membalasnya.

"Namaku rakaila tapi aku dipanggil oleh nenekku raka "

Anneth sedikit berpikir, "tapi panggilan itu jelek, aku akan memanggilmu kai saja "

"Terserah kamu saja! "

Dia lalu memunguti sampah-sampah yang berceceran di tanah lapangan yang luas itu.

"Kenapa kamu memunguti sampah? " tanya anneth.

"Karena ini membuat lapangan tempat kami bermain kotor " jawabnya, "kami orang miskin senang bermain di lapangan, kamu orang kaya mana tahu permainan lapangan! "

"Aku juga akan memungutinya " anneth lalu membantu mengambil sampah-sampah yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah yang disediakan.

"Kamu tidak takut tanganmu kotor? "

"Tidak apa-apa " jawab anneth, "aku hanya perlu cuci tangan memakai sabun saja! "

Dia kembali memunguti sampah-sampah, dan bahkan lebih bersemangat dari kai.

Setelah beberapa lama mereka memunguti sampah-sampah, anneth terheran melihat beberapa anak lain berlarian menghampiri seorang bapak yang memanggul dua kotak kecil dengan terus meniup peluit kecil yang mengeluarkan suara lucu.

"Apa yang mereka beli? " tanya anneth.

"Itu abang penjual gulali " jawabnya, "dia pandai membentuk gulalinya menjadi sebuah bentuk ayam, peluit atau koin yang bergambar "

"Kenapa kamu tidak membelinya? " lagi-lagi anneth bertanya.

"Hari ini tidak ada uang lebih, lagipula aku sudah terbiasa tidak membelinya "

"Oh,, " anneth menanggapi ucapan kai, dia lalu berlari ke arah kerumunan dan melihat berbagai bentuk gulali yang lucu.

"Berapa harganya? " tanya anneth pada abang penjual gulali seraya merogoh saku celananya.

"Lima ratus rupiah neng "

Anneth terdiam ketika dia hanya mempunyai uang yang cukup untuk membeli satu gulali saja.

Dia menolah ke arah kai yang masih terus memunguti sampah di lapangan.

"mau bentuk apa? "

Anneth lalu melihat berbagai bentuk contoh gulali yang dipajangjan.

"Yang ini saja " dia lalu mengambil gulali berbentuk bulat dengan gambar karakter wayang kulit ditengahnya.

Setelah dia berhasil membelinya, di pertengahan perjalanannya kembali ke arah kai dia membelahnya menjadi dua.

"Kai lihat, gulaliku belah " ucap anneth dengan nada sedih.

Kai melihat sekilas gulali milik anneth, "tidak apa selagi masih bisa dimakan, nantikan gulali itu hancur semua diperutmu! "

"Aku tidak suka yang ini " anneth menyodorkan sebelah gulalinya, dia memasukkan gulali yang masih memiliki pegangan seperti sebuah lidi ke mulutnya.

"Kalau kamu tidak mau aku akan membuangnya! " ancam anneth.

"Kamu tidak boleh membuang makanan yang kamu beli " kai akhirnya menerima gulali yang anneth berikan untuknya, "kamu anak orang kaya yang hanya tinggal meminta uang ke orang tuamu ketika ingin membeli sesuatu "

"Bukankah kamu juga bisa meminta uang pada ayah dan ibumu? " anneth terus menerus memberikan pertanyaan.

"Aku tidak mempunyai orang tua " jawab kai, setelah dia memakan gulali yang diberikan anneth padanya.

Kedua tangan kecilnya mengambil sebuah kotak kecil dan diikatkan di pinggangnya. Dia berdiri lalu melangkahkan kakinya menyusuri lapangan menuju ke sebuah pasar yang berada tepat di depan lapangan.

"Kenapa kamu terus mengikutiku? " kai terus berjalan ketika menyadari anneth mengikutinya.

"Aku ingin bermain denganmu " jawab anneth, "aku tidak punya teman laki-laki jadi aku ingin berteman denganmu "

"Aku tidak ada waktu untuk bermain " jawabnya, dia lalu duduk di samping sebuah gedung kantor pos.

"Apa yang kamu lakukan sekarang? tanya anneth, "apa kamu mengemis? "

"Kamu cerewet, membuatku pusing sedari tadi kamu terus menerus bertanya! " jawab kai dengan wajah datarnya.

"Aku bertanya padamu karena kamu itu pacar pertamaku! " cetus anneth.

Kai mengernyit, "apa maksudmu pacar? kita ini masih terlalu kecil untuk berpacaran! "

Anneth memajukan bibirnya, "karena menurutku teman laki-laki itu adalah pacar, karena kamu teman laki-lakiku jadi kamu adalah pacarku! "

"Terserah kamu saja " kai tidak peduli, "dan aku tidak mengemis, karena kedua tanganku masih dapat bekerja! "

"Raka! " seseorang laki-laki paruh baya yang muncul dari dalam gedung dengan kemeja berwarna abu yang dipadu padankan dengan warna orange yang sama dengan warna gedung tempatnya bekerja menghampiri kai.

"Bersihkan sepatuku " ucapnya, dia lalu melihat ke arah jam ditangannya. "Lima belas menit lagi aku akan mengantar semua surat-surat "

"Baik, pak " kai dengan semangat mengambil kedua sepatu berbahan kulit yang dimiliki klien pertamanya. Sementara kai membuat sepatunya mengkilap laki-laki itu membaca surat kabar yang dibelinya.

"Kamu menyemir sepatu? " tanya anneth lagi, dia terus memperhatikan kai yang menggosokkan sebuah kain handuk ke sepatu yang dipegangnya.

"Iya " kai masih fokus dengan pekerjaannya, dia lalu membawa sebuah kaleng kecil dan membukanya.

"Mereka harus membayar berapa? "

"Dua ribu " jawab kai, seraya mengoleskan krim berwarna hitam dari dalam kaleng kecil yang dibawanya tadi.

"Dua ribu itu uang jajanku setiap hari " ucap anneth pelan, sepertinya kerongkongannya mulai kering karena sedari tadi dia terus menerus mengoceh dan kali ini dia memutuskan untuk diam dan memperhatikan pekerjaan kai.

Dengan penuh semangat kai yang telah mengoleskan krim hitam tersebut ke sepatu pelanggannya, dia menggosoknya dengan kuat memakai sikat dengan warna biru di pegangannya dan warna hitam di bulu-bulu nya.

"Apakah itu melelahkan? " pertanyaan anneth muncul setelah beberapa waktu yang cukup lama dia terdiam.

"Tidak " jawab kai, setelah itu dia kembali menggosok sepatunya dan sesekali menyeka keringat yang terkadang menetes dari keningnya.

Anneth tampak merogoh kedua sakunya untuk menemukan sesuatu yang bisa mengelap keringat teman pertamanya itu.

"Paman sudah selesai " kai lalu memperlihatkan kedua sepatu kulit yang telah mengkilap.

"Wow, kamu pintar sekali " orang yang pertama memuji kai adalah anneth, "sepatu itu jadi seperti sebuah kaca memantulkan sinar! "

"Terima kasih kai " laki-laki paruh baya itu memakai kedua sepatu miliknya yang telah kai sulap seperti baru, dia lalu merogoh saku celananya dan memberikan upah pada kai.

"Paman aku tukarkan dulu sebentar, karena aku belum mendapatkan uang " kai lalu beranjak ketika dia mendapat satu lembar uang berjumlah lima ribu.

"Tidak perlu " ucapnya, "belikan makanan untukmu dan nenekmu, paman kebetulan mendapat bayaran lebih hari ini "

"Terima kasih paman " tangan kai bergetar memegang selembar uang yang didapatkannya hari ini.

"Sama-sama " di kepalanya mendapatkan usapan dari laki-laki yang menjadi pelanggan tetapnya itu.

"Kamu senang mendapatkan uang lima ribu itu? " tanya anneth melihat reaksi kai ketika menerima upah dari pekerjaannya.

"Tentu saja " dia lalu memandangi anneth beberapa detik.

"Kamu tunggu disini, jaga alat semirku! "

"Kamu mau kemana? " tanya anneth dengan memperlihatkan wajahnya yang kebingungan.

"Sebentar saja, nanti aku kembali " lalu kai segera melangkahkan kakinya menjauhi anneth.

"Aku harus menjaga barang yang membuatnya bisa mendapatkan uang, karena aku adalah pacarnya! " anneth bicara pada dirinya sendiri, lalu duduk di samping dimana barang-barang milik kai disimpan. Sambil sesekali dia menoleh ke arah kanan dan kirinya menunggu kedatangan kai yang berjanji akan cepat kembali kepadanya...

avataravatar
Next chapter