webnovel

Twins Bad Girl And Mafia

Misi~ kasih power stone setiap hari untuk karya ini ya, supaya masuk rank dan dibaca lebih banyak orang! *** "Aku selalu berfikir apa alasanmu mengajakku mendirikan Clan Mafia kak" Adeeva Mishall Mandres "Sesuatu yang berharga tidak bisa dilindungi hanya dengan kasih sayang, lakukan apa yang bisa membuatmu kuat dan membuat lawanmu tunduk terhadapmu" Adeera Mishall Mandres. Adeera Mishall Mandres dan Adeeva Mishall Mandres, dua gadis kembar yang menaklukan dunia malam 4 tahun setelah mereka mendirikan dua clan mafia berpengaruh.

FIFIanNUR31 · Adolescente
Classificações insuficientes
297 Chs

Kemarahan Eva

*Pagi harinya..

"Pagi semua," Misha yang memasuki area ruang makan menyapa dengan dingin seperti biasanya.

"Pagi," sapa mereka dibalik meja makan.

Begitu Misha duduk disampingnya. Pemandangan bekas merah terlihat dipunggung Misha dari balik seragam, hal itu menarik perhatian Eva. Ia menatap kakaknya curiga dan bertanya. "Pulpa?" tanya Eva serius.

Meski mendengar pertanyaan Eva. Misha tampak mengabaikannya, ia fokus mengoleskan roti bakar ditangannya dan melahap roti itu dengan cepat.

"Kak, Pulpa ih!" rengek Eva tak terima, ia kesal karena kakaknya tidak menjawab pertanyaannya dan malah asik makan.

"Eva, jangan membahas binatang melata itu di sini" Mom yang mendengar perkataan anaknya sontak menegur dengan pelan, Ibu mereka memang membenci segala serangga melata, sehingga dia akan marah ketika ada yang membahasnya. Sebenarnya maksud dari pertanyaan Eva tadi adalah, 'PUnggung Lu kenaPA' itu adalah arti kalimat dibalik kata PULPA.

"Gue baik kok," ujar Misha pelan, tanpa menghentikan kunyahan rotinya.

Setelah menghabiskan sarapan pagi ini. Misha, Eva, duo A dan duo E melenggang pergi menggunakan mobil sport kesayangan mereka.

***

Setelah memasuki kelas. Misha duduk dengan tegak, tentu saja gerakan mencurigakan itu membuat Eva melihat kakaknya dengan curiga. Kakak nya itu bukan tipe yang disiplin saat ada di kelas, jadi kenapa dia duduk dengan formal seperti itu?

"Kak, lu gapapa?" tanya Eva akhirnya, dirinya benar tak tahan ingin bertanya. Naasnya, Misha mengabaikan Eva.

Malas menjawab, Misha hanya melirik adiknya. Ia memejamkan mata untuk beristirahat sebelum guru bahasa inggris masuk. Tetapi Eva masih berusaha menilik ada apa dengan punggung kakaknya, ia bersyukur seragam Misha terlihat tidak di pakaikan dasi dengan kancing paling atas tak terkancing.

Tap..

"Ngapain sih?"

Keluh Misha mendorong wajah Eva menjauh dari dirinya, sangat risih rasanya jika ada yang memperhatikannya seperti itu.

Saat Eva hendak bertanya lebih jauh pak Sandia, selaku guru bahasa inggris memasuki kelas. Eva segera duduk rapi menatap papan tulis, pak Sandia itu terkenal killer. Wajar saja jika murid takut padanya.

Meski Eva sendiri adalah seorang pemimpin Clan mafia, terkadang ada saja yang ditakuti seseorang bukan. Eva paling tidak bisa dibentak oleh orang yang lebih tua, itu adalah kelemahan Eva.

Oleh karena itu. Misha akan menjadi tameng adiknya ketika ada orang yang membentak Eva, dia tak segan segan membunuh orang itu jika keterlaluan. Sedangkan kelemahan Misha pula sangat berbahaya, Keluarga.

Misha sangat sensitif jika ada yang mengungkit masalah keluarganya, memprioritaskan keluarga dibanding diri sendiri adalah kelemahan Misha. Dia lebih mementingkan keselamatan keluarganya dibanding nyawa yang harus menjadi bayarannya.

Dan punggung Misha yang dilihat oleh Eva adalah salah satu buktinya, punggung Misha sebenarnya terluka cukup parah akibat sebuah cambuk. Luka itu dia torehkan sendiri karena menganggap dirinya tak becus sebagai kakak.

"Kak.. Ke kantin kan?"

Misha yang sedari tadi memejamkan mata tampak terkejut mendengar pertanyaan dari Eva, ia membuka matanya dan menatap adiknya dengan kening terangkat.

"Udah istirahat?"

Tanya Misha balik, perasaan dia baru memejamkan mata tadi. Apa waktu berjalan lebih cepat dari biasanya?

"Iya, lu ketiduran dari awal pak Sandia masuk"

Terang Eva pelan, ia menunduk dan memainkan jari tangan kakaknya. Pak Sandia sebenarnya akan membangunkan Misha tadi, namun dicegat oleh Aixa. Akibatnya sekarang Aixa dihukum pak Sandia, ia di suruh membersihkan semua toilet dilantai 2.

"Kak, lu beneran gak papa?"

Eva menatap Misha sambil merebahkan kepalanya di meja, tanpa berhenti memainkan jari tangan Misha.

Dia tidak bisa mempercayai suatu perkara tanpa bukti yang jelas, kakaknya itu belum menjawab pertanyaannya. Artinya dia tak baik baik saja.

Srekk..

Misha mengelus surai pirang Eva, menatap teduh adiknya dan tersenyum dalam. Mata nya memejam sebentar lalu kembali terbuka.

"Sedikit sakit tapi tak masalah, ini adalah hukuman untuk kakak."

Dengan tegas Misha menyampaikan perasaan nya, sekarang Eva yakin. Kakaknya sedang tidak baik.

"Kakak istirahat di kelas aja yah, aku beliin makanan dari kantin" tawar Eva berdiri.

"Tidak, aku ikut saja"

Tolak Misha, dia menarik nafas kemudian berdiri. Mengajak serta Anes dan duo E yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan sepasang saudara.

Mereka berjalan menuju kantin seperti biasa, hanya saja kali ini Anes tampak menjaga Misha dari belakang. Dari gerakan Misha yang kaku saja mereka tau kalau punggung pemimpin Clan Mafia mereka tengah terluka.

"Pesan apa?"

Tanya Anes, begitu mereka sudah menemukan tempat yang cocok untuk duduk. Eva, Misha dan Duo E sudah duduk.

"Spag--"

"No! lu makan makanan sehat aja kak!"

Baru Misha ingin memesan, Eva dengan tegas melarang Misha. Dia menatap horor kakaknya dan menggeleng cepat.

"Nes, untuk kakak pesankan salad buah dan smoothie saja. Kalau untuk gue kebab dan jus mangga"

Belum sempat Misha protes, Eva dengan cepat memesan makanan pada Anes. Mata Misha melotot kaget dan mencubit adiknya.

"Asyiap! lo betiga apaan?" tanya Anes pada Aixa dan duo E.

"Pen makan kebab aja deh, minumnya es teh" pesan Aixa.

"Seblak aja Nes, level 5. Minumnya jus alpukat," pesan duo E bersamaan.

"Okee, tunggu ya" ucap Anes dan melangkah pergi.

Anes kembali bersama dua pria yang membawa nampan, menyusun semua pesanan teman-teman nya dan duduk di tempatnya.

Misha menatap salad buah di depannya malas, ia menatap Eva kesal. Bagaimana bisa adiknya itu menyuruh dia makan salad buah sebanyak itu? Hei, dia bukan onta yang menyimpan makanan di punuk! Dia manusia.

"Eva.. Ini terlalu banyak," rengek Misha menunjuk segunung salad buah didepannya.

"Emang kakak gak laper kalo aku kasih mangkuk kecil?" tanya Eva menyuap kebab miliknya.

"T-tapi kan gak perlu sebanyak ini Evaa," rengek Misha manja.

"Udah kak, makan aja.. Kalo gak habis tar aku makan deh," janji Eva membuat Misha sumringah.

"Oke! Udah janji loh ya, jangan di ingkari!" seru nya senang dan mulai memakan salad buahnya.

Eva hanya melirik kakaknya sambil terus mengunyah, meski barusan kakaknya merengek karena kebanyakan. Dia sangat yakin, kakaknya itu pasti menghabiskan semangkuk besar salad buah tersebut.

Anes dan E hanya bisa tertawa pelan melihat Misha makan begitu antusias, orang yang mengajak adiknya mendirikan Clan Mafia terlihat sangat lucu saat sedang menikmati salad buah miliknya.

Bugh..

Gangguan tak diharapkan datang. Anes, duo E dan Eva berdiri sambil menunjuk orang yang membuat wajah Misha masuk ke mangkuk salad buahnya murka.

"Bang*at!"

Murka Eva, tanpa segan Eva menonjok sosok itu sampai terjatuh.

"Kyaa!" pekiknya kaget saat mendapat tonjokan kencang dari Eva.

Pelaku yang mendorong Misha terlihat jatuh tersungkur dengan pipi membengkak, seolah tak cukup Anes dan E menghukum pelaku itu didepan banyak mata.

"Hentikan! Hentikan! Ada apa ini?! Anes! Aixa! Lue! Sera! Kenapa kalian menghajar Rayala?!" bentak Pak Ridwan, sang guru Bk menjauhkan Raya dari ke brutalan duo A dan E.

"Dia nyari gara-gara pak! Lihat Misha! kepalanya di dorong kedalam mangkuk salad buah!" seru mereka berempat kencang.

"Tapi seharusnya kalian tidak memukuli Raya separah ini!" kilah pak Ridwan.

Di lain sisi Eva terlihat membantu Misha kembali duduk, saat Misha mengangkat wajahnya. Tubuh Eva memucat, nafasnya terdengar tak beraturan dan keseimbangan nya menjadi goyah.

"Tolong jangan buat kekacauan hanya karena masalah sepele!" mohon pak Ridwan membuat mata Eva memerah.

Ia melangkah mendekati pak Ridwan, tanpa segan ia menarik kerah kemeja pak Ridwan kencang dan menatap tepat di manik mata hazel pak Ridwan.

"Masalah sepele? Bapak bilang masalah sepele?" tanya Eva tak percaya.

Sreet..

Eva menyeret pak Ridwan yang memiliki tinggi 170 cm dengan berat 60 kg dengan mudah mendekati Misha, ia menunjuk wajah Misha yang berdarah karena ternyata ada pisau didalam mangkuk salad buah nya.

"Dari kelihatannya saja ini sudah direncanakan, apa bapak masih berkata hal sepele? WAJAH KAKAK SAYA SEPERTI ITU ANDA ANGGAP SEPELE?!" bentak Eva kencang.

"Eva.."

Panggil Misha pelan, ia menutup luka diwajahnya menggunakan saputangan miliknya.

"DIMANA HATI ANDA PAK?! ANDA MEMBELA RAYA BAN*SAT ITU HANYA KARENA DIA ANAK DONATUR DI SINI?! SAYA PUTRI KETIGA KELUARGA MANDRES PAK! KEKAYAAN KELUARGA SAYA LEBIH BESAR DARINYA!" bentak Eva kehilangan kewarasannya.

"Eva, cukup." Misha berusaha menghentikan adiknya yang terlihat mengamuk.

"DIA MELUKAI KAKAK SAYA TANPA KAMI TAU APA MASALAH YANG KAMI MILIKI PADANYA PAAK! DIA MEMANG ANAK ANJ--"

Plakk..

***

Yuu kasih power stoneny duluu,,

FIFIanNUR31creators' thoughts