webnovel

Chapter 33 Then

Sementara itu, Caise selesai bersiap-siap ke sekolah, tapi ia menjatuhkan tubuhnya di sofa. "Ha... Benar-benar lelah... Tinggal sendiri memang tidak enak..." gumamnya.

"(Andai saja.... Aku tinggal bersama Mas Leo... Apakah aku masih kesepian? Sikap Mas Leo yang lembut tentu saja tidak akan membuat ku kesepian, pasti akan sangat menyenangkan, namun saja... Ini membutuhkan banyak waktu, apalagi aku terus saja ingin mengetahui semua soal dia agar aku lebih percaya padanya...)"

Tapi ia teringat sesuatu. Untuk sejenak, pikirannya terlintas pada seorang anak yang senang bermain dengan ibu dan ayah mereka. Itu mengingatkan Caise pada sesuatu. "(Orang tuaku... Tidak pernah ada... Aku selalu kesepian, hanya saja aku selalu menutupinya dengan bersikap lebih baik dan lembut pada semua orang,)" pikirnya dengan kecewa lalu menutup mata perlahan.

Tapi siapa sangka, ketika ia menutup mata, sebuah mimpi menunjukkan padanya sesuatu yang mendebarkan. Caise diperlihatkan menatap kedua pasangan yang menatap tajam padanya. Di sana dia memanggil, "Ayah... Ibu..."

Tapi entah kenapa, pasangan itu berjalan pergi, membuat Caise terdiam tak percaya. Tiba-tiba saja, dia terbangun dari tidurnya yang sebentar di sofa.

"Apa... Apa yang sedang kupikirkan... Tidak, tidak... Itu tidak mungkin, kenapa baru sekarang?" Ia menggeleng cepat dan langsung berdiri. Ia berjalan menuju sekolahnya. "(Mas Leo tidak bisa mengantarku, aku terpaksa harus berjalan. Tapi aku senang karena aku tidak merepotkannya hari ini... Tapi tetap saja... Aku masih harus tahu siapa wanita di balik foto itu,)" ia menjadi khawatir dan ingat pada foto wanita yang ada di kemeja Leo.

Ia lalu berhenti berjalan di bawah lampu lalu lintas dan kebetulan melihat seorang wanita hamil besar dari seberang. Seketika dia terdiam mengingat kembali ibunya. Wanita itu menyeberang dan setelah menyeberang, ia melewati Caise. Hal itu membuat Caise semakin rindu pada ibunya. "(Ibu...)" dia perlahan meneteskan air mata.

Tapi tiba-tiba jantungnya berdegup pelan. "Ahk..." ia terdiam menekan dadanya sambil menurunkan tubuhnya.

---

Di sisi lain, sebelumnya, Leo menatap jendela. Dengan pakaian rapi dan lainnya, ponselnya berbunyi dan ia mengangkatnya. Lalu ada suara, "Leo, maaf sudah membuatmu buru-buru... Aku tidak jadi bertemu denganmu... Maaf," kata suara itu, membuat Leo terkejut dan kesal. "Sialan!!! Kau ini, aku sudah pagi-pagi siap-siap... Tapi kenapa membatalkan sekarang?!"

"Maaf... Sampai jumpa." Suara itu langsung mematikan ponselnya.

Leo kesal, seketika dia menendang kursi di sampingnya. Tapi ia teringat pada Caise. "(Paling tidak, aku akan menemuinya di jalan...)" pikirnya, lalu segera pergi.

Dia memutuskan untuk berjalan ke arah sekolah Caise sambil menatap jam tangan. "(Jika perkiraanku benar, aku akan menemuinya di jalan dan dia belum sampai di sekolah. Aku masih ada waktu bertemu dengannya...)" pikirnya. Namun, ia berhenti berjalan ketika melihat kedai bunga.

Semua orang menatap ke arahnya. "Astaga, tampan sekali..."

"Kira-kira sudah punya pacar belum..."

"Awhhh, jadi pengen kenalan..." Mereka terus menatap Leo, bahkan siswa-siswi yang seumuran Caise juga mengalihkan pandangan jalan untuk menatap Leo yang rupanya masuk ke kedai bunga itu.

Di sisi Noah, dia keluar dari bisa dan menatap ponselnya. "Di sini tertulis, apartemen nomor 4...." Dia sedang menatap peta denah lokasi, lalu berjalan ke apartemen dan menemukan apartemen nomor 4.

Lalu mengetuk pintu apartemen, tak menunggu lama, yang menunggunya adalah Kazumi yang tersenyum senang menatap nya.

"Halo wanita, bagaimana kabar mu?" Noah menatap basa basi.

Lalu Kazumi mengangguk cepat. "Aku baik baik saja.... Apa kau akan mengajariku pedang?" Kazumi menatap.

". . . (Masih saja bahas itu ya.... Padahal yang aku tahu hanyalah kuda kuda dalam memegang pedang agar tebasan sesuai....) Begini saja, kita pergi ke rumah Leo, di sana halaman nya luas, jadi kita bisa berlatih," kata Noah.

"Ah, baiklah, aku akan siap siap..." Kazumi berjalan masuk.

Bahkan tak menunggu waktu lama, Noah sudah bisa melihat Kazumi siap. Lalu mereka berjalan ke rumah Leo bersama.

Tapi di tengah jalan, Noah bertanya sesuatu. "Sejak kapan kau belajar perpedang?"

". . . Sejak orang tua ku tiada di umur yang masih muda," balasnya dengan ragu membuat Noah terdiam mendengar itu.

"Maaf...."

"Tak apa..... Wajar jika masih berumur muda, orang tuanya meninggal karena di ajari untuk mandiri...." kata Kazumi sambil menatap langit.

Ketika dia mengatakan kalimat itu, tiba tiba saja Noah teringat Caise. "(Gadis itu, tidak memiliki orang tua bahkan umurnya yang masih muda sekarang....) Jika tidak memiliki orang tua di umur yang masih muda, apa kita akan bermasalah?" tanya Noah.

Kazumi terdiam sebentar dan berpikir lalu menjawab. "Itu akan mengganggu mentalitas..... Kekhawatiran dan ujung nya membuat seorang yang kehilangan orang tua menjadi tak memiliki orang yang harus di percayai."

Noah terdiam sebentar. "(Gadis itu.... Dia pasti banyak tertekan juga.... Apa aku harus memberitahu Leo?)" ia tampak bingung.

"Siapa yang kamu pikirkan?" Kazumi menatap.

Noah terdiam sejenak lalu menjawab. "Hanya seseorang, yang sangat penting untuk Leo. Gadis itu, aku curiga bahwa gadis itu memiliki sesuatu yang aneh, mungkin masa lalunya... Aku bahkan mulai curiga dia bukan gadis biasa...." kata Noah.

Sementara itu, setelah selesai dari kedai buket bunga, Leo berjalan sambil membawa setangkai mawar yang sudah di kemas dari toko bunga. Begitu cantik sama seperti ke sekian kalinya dia membawakan nya untuk Caise. "(Kira kira aku akan mengajak Caise kemana untuk jalan jalan hari ini yah.... Mungkin aku akan menunggu dia pulang sekolah... Aku akan memberikan bunga ini pastinya...)" Ia berpikir dengan senang tapi di seberang ia melihat banyak kerumunan orang membuatnya terdiam dan semakin melihat apa yang mereka lihat. Dan di saat itu juga ia melihat bahwa itu Caise.

"Caise..." Leo terkejut dan berlari menyebrang mendekat ke kerumunan itu, di sana Caise gemetar di bawah sambil ketakutan.

"Caise... Kau baik baik saja?!" Leo datang mendekat padanya. Lalu Caise menoleh padanya.

"Aku... Aku... Tak ingin... Dilihat," dia menatap ketakutan. Leo terdiam tak mengerti. "(Apa yang harus kulakukan, apa yang sedang terjadi padanya....)" Dia terdiam ragu hingga menatap kedua tangan nya, terlintas pikiran bahwa dia harus menenangkan Caise secara lembut dan di saat itu juga, dia memeluk kepala caise.

"Ini baik baik saja Caise...."

"Tidak.... Aku tidak mau..." Caise tetap gemetar, dia juga menekan bagian dada tengah nya yang artinya ada sesuatu pada jantung nya.

Leo menjadi semakin cemas padanya, lalu dia menoleh ke banyaknya orang. "Bisakah kalian pergi dari sini!!" Leo melirik pada mereka yang mengerumuni lalu mereka perlahan pergi meninggalkan nya.

"Caise semua sudah aman... Kau tidak perlu takut lagi," kata Leo. Tapi ia terdiam ketika merasakan Caise tak bergerak sama sekali. Ia melihat wajah Caise bahwa Caise tak sadarkan diri. "Caise!!!" Leo menjadi terkejut.

"(Sial... Kenapa kau harus pingsan, kau membuat ku khawatir,)" dia mengangkat tubuh Caise dan menggendong nya di dada sambil melihat sekitar dengan panik.

Lalu memilih untuk berlari pergi dari sana.

--

"Dia akan baik baik saja kau harus pergi biarkan dia istirahat," kata seorang dokter wanita bernama Coral Lalu dia berjalan keluar dari sebuah ruangan inap rumah sakit.

Leo terdiam mendengar itu. Lalu memegang kepalanya dengan bimbang. "(Astaga, kenapa aku begitu panik....)" Dia khawatir pada kondisi Caise.

"Mas leo," tapi terdengar, Caise memanggil dari ranjang, lalu Leo menoleh dan menundukkan tubuh. "Caise.... Kau baik baik saja, bagaimana perasaan mu?" dia menatap khawatir.

Caise hanya terdiam dengan wajah lemas.

"Ada apa Caise, kau butuh sesuatu?" Leo menatap.

"Apa aku akan baik baik saja?" Caise menatap dengan wajah khawatir dan cemas.

Lalu Leo tersenyum kecil, dia memegang tangan Caise dan menciumnya. "Kau baik baik saja, aku jamin itu."

Lalu Caise juga tersenyum kecil dan mengatakan sesuatu. "Maaf, sudah, merepotkan mu," kata Caise, siapa sangka, itu kalimat terakhir sebelum dia benar benar menutup mata tertidur.

Leo terdiam menurunkan senyumnya, lalu mengecup kening Caise. "Aku harap, kau baik baik saja...."

Tak lama kemudian Leo keluar dari ruangan Caise dan di depannya sudah ada wanita bernama Carol tadi yang menggunakan pakaian dokter membawa dokumen.

Dia memberikan dokumen itu pada Leo yang menerima nya.

Leo membacanya sambil Carol menjelaskan. "Pendarahan pernapasan, dan kecenderungan anxiety atau bisa di sebut kegelisahan.... Ketika dia gelisah atau khawatir pada seauatu, pendarahan pernapasan muncul menyerang detak jantung nya.... Aku tidak tahu apa yang membuat nya gelisah, tapi aku yakin, kau lebih tahu kenapa dia gelisah," kata Carol.

Lalu dia berjalan pergi membuat Leo terdiam menatap dokumen nya. "(Jika memang begitu, itu pasti mengganggu mental nya.)"

Lalu kemudian, tampak Noah muncul dan berjalan mendekat padanya dengan tatapan serius.

"Kenapa kau tidak datang ke rapat direktur?" tatap nya dengan dingin.

"Kenapa Caise bertingkah aneh akhir akhir ini? Apa yang membuatnya gelisah?"

"(Orang ini... Mengalihkan pembicaraan,)" Noah menjadi semakin menatap tajam.

"Padahal, aku sudah tidak menunjukkan sikap yang gampang mengalami luka... Dia juga harusnya tahu tapi apa yang membuat nya begitu gelisah, sampai sampai dia pingsan di tengah ramainya orang," Leo masih bertanya tanya dengan wajah yang cemas.

"Ck, haiz.... Jika kau ingin tahu bukankah seharusnya kau mencari orang terdekatnya?"

"Siapa... Caise tak punya keluarga, tapi jika orang dekat pastinya punya, aku ingin tahu masa lalu apa yang dia alami sehingga membuatnya seperti ini."

"Dia memiliki orang dekat saja, mungkin seseorang yang membuatnya ingat akan sesuatu sehingga dia harus menekan dirinya sendiri untuk masa kelamnya," kata Noah.

Hal itu membuat Leo terdiam sejenak. "(Apa itu berarti, dia sedang khawatir akan kondisi nya, apalagi dengan keluarga nya... Aku jadi ingin tahu, siapa yang menemani masa lalunya ketika tak ada orang tua nya.... Aku yakin itu seseorang, karena tidak mungkin gadis seperti nya dari kecil sudah mandiri...)" pikir Leo dengan sungguh sangat serius.